
Diterima di Program Studi Sarjana Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM tanpa tes lewat jalur Seleksi Nasional Berdasar Prestasi (SNBP) menjadi kebahagiaan bagi Syarifah Nazwa. Terlebih ia mendapatkan beasiswa Uang Kuliah Tunggal (UKT) Pendidikan Unggul Bersubsidi 100 persen sehingga dibebaskan dari biaya pendidikan selama kuliah nantinya.
Bagi Syarifah Nazwa diterima menjadi mahasiswa baru UGM menjadi babak baru dalam hidupnya. Sejak di bangku SMP, ia mengaku sudah mematri keinginan melanjutkan pendidikan di UGM. Bukan karena predikat universitas ternama, melainkan meyakini UGM adalah tempat belajar di mana mimpi-mimpi besar bisa tumbuh. “Kenapa memilih Prodi Sarjana Ilmu Ekonomi, ya sederhana saja, saya suka menghitung dibanding harus menghafal sehingga merasa lebih cocok,” terang alumnus SMA N 1 Balikpapan ini.
Syarifah Nazwa merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Ia tumbuh dalam keluarga yang cukup sederhana di Kecamatan Balikpapan Selatan. Saat bersekolah di bangku SMP, ia memutuskan untuk tinggal bersama sang kakek dan bibi di Kota Balikpapan. Keputusan itu ditempuhnya dengan harapan bisa mengejar kualitas pendidikan yang lebih baik. Sayang, semua perjalanan tidak mulus, dan ia dihadapkan kenyataan kedua orangtuanya berpisah. Ayah dan ibunya, memilih untuk menjalani kehidupan masing-masing. Sang ibu dan ketiga adiknya memutuskan tinggal di Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Sementara sang ayah entah kemana.
Nazwa sesungguhnya merasa cukup berat menghadapi kenyataan. Iapun menyikapi perpisahan kedua orang tuanya dengan menguatkan diri dan berusaha tak kecil hati. Ia tetap fokus dan berupaya berjuang untuk mewujudkan mimpinya. Cukup sederhana perjuangan yang dilakukan, di setiap semester ia hanya berusaha menjaga performa nilai stabil dan meningkat. Hasilnya, ia langganan masuk 10 besar di kelas dan membawanya lolos ke UGM. “Tidak ada tips khusus dalam belajar, rutin saja meluangkan waktu 2-3 jam di setiap malam untuk mempelajari kembali materi pembelajaran sebelumnya di sekolah dan mengikuti bimbingan belajar di luar sekolah. Saat SMA pokoknya fokus belajar, meningkatkan nilai agar bisa masuk lewat jalur SNBP UGM,” ucapnya.
Meski sempat merasa cemas karena tidak lolos mendapatkan beasiswa Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-K), Syarifah Nazwa tetap mengaku optimis dengan mencari peluang beasiswa yang lain. Ia meyakini masih banyak pintu kebaikan yang bisa terbuka kapan saja. Karenanya, ia kini tengah bersiap hidup jauh dari keluarga dan memulai kuliah di UGM. Ia menyadari akan banyak tantangan dihadapi, namun justru membuka kesempatan baginya untuk bertumbuh. “Saya akan berusaha belajar lebih mandiri, cari teman, ikut organisasi biar cepat beradaptasi. Saya juga baca-baca riset soal budaya Jogja, kehidupan kampus, supaya punya gambaran untuk beradaptasi,” ucap Nazwa yang bercita-cita bekerja di BUMN selepas lulus nantinya.
Pancaran kegembiraan terlihat di wajah Faradia Irzayana Yahya. Bibi Nazwa itu terlihat begitu bahagia saat mendengar pengumuman dan keponakannya lolos diterima kuliah di UGM. Meski khawatir melepas kepergian Nazwa merantau ke Jogja, sang bibi meyakini Nazwa akan bisa menjaga diri dan baik-baik saja dalam upaya menggapai mimpi kuliah di UGM.“Senang karena akhirnya keinginan kuliah di UGM tercapai. Ada khawatirnya juga karena kuliahnya jauh, semoga Nazwa tetap tekun dan rajin menjalani kuliah agar lancar dan lulus tepat waktu,” katanya.
Reportase : Kurnia Ekaptiningrum/Humas FEB
Penulis : Agung Nugroho