
Bulaksumur dikenal sebagai kawasan kampus Universitas Gadjah Mada. Sebagian wilayahnya yang berada di sisi timur, menjadi kompleks perumahan dosen UGM. Saat ini, sebagian rumah masih difungsikan sebagai tempat tinggal, sementara sebagian lainnya telah beralih fungsi menjadi perkantoran. Siapa sangka, di kompleks perumahan dosen ini menyimpan banyak kenangan bagi anak keluarga dosen. Bahkan Mantan Presiden Amerika Serikat Barack Obama saat masih kecil pernah tinggal di perumahan ini.
Sebanyak 41 anak-anak dari keluarga dosen yang pernah tinggal di kompleks perumahan dosen Universitas Gadjah Mada meluncurkan buku antologi berjudul “Celoteh Cah Bulaksumur” di Museum UGM, Sabtu (13/9). Buku setebal 412 halaman ini memuat 93 esai yang merekam kehidupan remaja di Bulaksumur pada periode 1965-1985, menghadirkan kembali potret kebersamaan dan dinamika sosial budaya di lingkungan Bulaksumur.
Dalam buku Celoteh Cah Bulaksumur ini, Sri Rudiatin Siswanto (Tenong) selaku editor buku menjelaskan bahwa para penulis menuturkan kenangan masa kecil dan remajanya di Bulaksumur, dari bermain di lorong perumahan, bersekolah di SMA sekitar Yogyakarta, hingga pengalaman kuliah di UGM. “Buku ini seperti album foto yang hidup kembali. Siapa pun yang pernah tumbuh di Yogyakarta era 60 hingga 80-an akan menemukan dirinya di dalam cerita-cerita ini,” harapnya.
Meski ditujukan bagi generasi yang tumbuh remaja pada 1965-1985, kisah-kisah dalam buku ini tetap relevan bagi pembaca luas. Nilai kebersamaan, persahabatan, dan kehidupan kampus yang sederhana tanpa teknologi canggih terasa hidup dalam setiap cerita. “Melalui buku ini, kami berharap generasi muda bisa belajar dari nilai-nilai yang kami alami dulu, kebersamaan, solidaritas, dan kegembiraan yang lahir dari kesederhanaan,” tambah Tenong.
Pada kesempatan yang sama, Guru Besar FIB UGM Prof. Dr. Heddy Shri Ahimsa-Putra mengatakan bahwa buku ini bukan sekadar antologi, melainkan dapat disebut sebagai biografi kolektif yang merekam kehidupan komunitas intelektual di kawasan Bulaksumur. “Buku ini pada dasarnya adalah bentuk penghormatan kepada bapak dan ibu kami. Inilah cara kami berterima kasih kepada mereka. Buku ini adalah wujud syukur dan penghargaan kami atas dedikasi orang tua yang telah membesarkan kami di lingkungan Bulaksumur,” ujarnya.
Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Aset, dan Sistem Informasi UGM, Arief Setiawan Budi Nugroho, S.T., M.Eng., Ph.D., dalam sambutannya menyampaikan apresiasi atas terbitnya buku Celoteh Cah Bulaksumur. Ia mengatakan bahwa selain Gedung Museum UGM, Balairung, dan Panca Dharma, kawasan Bulaksumur akan terus dilestarikan sebagai sebuah warisan di Universitas Gadjah Mada. “Saya membayangkan isi buku ini akan sangat menarik, karena era dulu dengan sekarang sudah sangat berbeda. Mungkin nanti di dalam buku ini ada cerita permainan masa kecil yang menjadi pengalaman para penulis,” katanya.
Peluncuran buku ini dihadiri para penulis, keluarga besar mantan warga Bulaksumur, serta tamu undangan dari kalangan akademisi. Acara dimeriahkan dengan pembacaan cuplikan kisah dari buku serta sesi berbagi kenangan antar mantan warga Bulaksumur. Beberapa penulis yang turut hadir dalam acara peluncuran buku Celoteh Cah Bulaksumur dan membagikan pengalaman mereka di Bulaksumur ini antara lain Heddy Shri Ahimsa-Putra, Wihana Kirana Jaya, Yanri, Wijayanti Subronto, Tyas Utami, dan Rizon Pamardhi Utomo.
Penulis : Leony dan Lintang
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Salwa