Perubahan iklim global telah berdampak dan menjadi tantangan nyata masyarakat, tidak hanya resiko bencana termasuk juga ancaman pada infrastruktur transportasi. Pasalnya, fenomena kenaikan suhu udara dan curah hujan yang tidak menentu akibat cuaca esktren, telah membuat konstruksi jalan lebih rentan mengalami kerusakan.
Ir. Ikaputra, M.Eng., Ph.D selaku Kepala Pusat Studi Transportasi dan Logistik (Pustral) Universitas Gadjah Mada mengatakan diperlukan strategi untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim terhadap fasilitas infrastruktur tranportasi. Ia menyebutkan pengembangan inovasi bahan dan konstruksi dalam mendukung daya tahan infrastruktur sangat diperlukan. “Beberapa tindakan juga dapat dilakukan diantaranya dengan penggunaan material yang tahan terhadap perubahan iklim, pemberian air untuk pendingin pada saat udara panas, mengurangi periode penggantian jalan, manajemen lalulintas terutama pengaturan kendaraan berat, dan pengaturan mengenai standar desain perkerasan dan kendaraan,” kata Ikaputra dalam pada webinar bertema Perkerasan Jalan Ramah Lingkungan dan Adaptasi Terhadap Perubahan Iklim, Kamis (23/1).
Namun demikian, imbuhnya, strategi yang ia sebutkan tidak mudah untuk dilakukan karena diperlukan pendanaan yang tidak sedikit untuk kebutuhan riset dan pengembangan. “Setidaknya memerlukan waktu dan biaya. Belum lagi adanya hambatan politis dan institusional karena adanya konflik kepentingan dan keterbatasan institusi untuk menerapkan teknologi baru,” paparnya
Dia menyampaikan Pustral UGM berkomitmen untuk memberikan kontribusi nyata dalam menjawab tantangan ini melalui kolaborasi lintas disiplin. Kolaborasi antar akademisi, praktisi, dan pembuat kebijakan guna berbagi pengetahuan tentang praktik terbaik dari berbagai negara seperti Slovakia yang telah berhasil mengimplementasikan teknologi inovatif seperti High Modulus Asphalt Concrete (HMAC) dan Porous Asphalt. “Kami berharap diskusi hari ini dapat menginspirasi penerapan teknologi serupa di Indonesia,” terangnya.
Menurutnya para peneliti, solusi inovatif untuk meningkatkan daya tahan jalan melalui penggunaan material ramah lingkungan seperti nanokomposit, teknologi Warm Mix Asphalt (WMA), serta metode desain berbasis data iklim. Dengan pendekatan ini, para pihak terkait tentunya tidak hanya memperkuat ketahanan infrastruktur tetapi juga mendukung keberlanjutan lingkungan.
Sementara Ir. Latif Budi Suparma, M.Sc., Ph.D., selaku anggota Tim Ahli Pustral UGM sekaligus Ketua Program Studi Magister Sistem dan Teknik Transportasi, Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknik UGM menyampaikan bahwa infrastruktur ramah lingkungan didesain dan dibangun dengan prinsip meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan, misalnya sumber daya alam, polusi baik udara, air, tanah dan lainnya. Termasuk didalamnya dampak sosial terhadap masyarakat.
Infrastruktur ramah lingkungan, disebutnya, bertujuan untuk meningkatkan umur pemakaian infrastruktur dan mengurangi kebutuhan perawatan. “Beberapa bentuk perkerasan jalan yang ramah lingkungan diantaranya adalah penggunaan recycled materials untuk meminimalkan bahan terbuang, Permeable Pavement berpotensi mengurangi limpasan dan meningkatkan kualitas air, Biogenic Asphalt Technology yang mengurangi emisi karbon dioksida selama produksi, serta Warm Mix Asphalt yang memerlukan energi yang suhu yang lebih rendah selama pemrosesan,” ungkapnya.
Latif mengakui perubahan iklim berdampak terhadap perkerasan, baik langsung maupun tidak langsung. Dampak secara langsung, perubahan iklim meningkatkan suhu yang dapat mengurangi kualitas perkerasan jalan. Demikian pula perubahan curah hujan yang berpengaruh terhadap kualitas permukaan dan stabilitas jalan khususnya pada tanah lempung atau air tanah tinggi yang meningkatkan risiko akan banjir. “Secara tidak langsung, perubahan iklim yang menurunkan kualitas permukaan dapat berpengaruh pada pengurangan keselamatan, peningkatan penggunaan kendaraan, namun mengurangi kecepatan. Hal ini tentunya dapat berpengaruh pula pada peningkatan kebisingan lalulintas,” pungkasnya.
Penulis : Agung Nugroho
Foto : Harian Terbit