Pelantikan Prof. Teuku Faisal Fathani sebagai Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjadi penegasan atas kiprah panjangnya di dunia riset kebencanaan. Guru Besar Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada ini telah lebih dari dua dekade menekuni kajian geoteknik, mitigasi bencana, dan sistem peringatan dini multi-bencana. Dedikasinya dalam riset dan pengabdian menjadikannya dikenal sebagai ilmuwan yang memadukan ketajaman analisis dengan kepedulian sosial.
Dalam wawancara, Faisal menuturkan bahwa riset kebencanaan yang ia jalankan selama ini merupakan panggilan untuk memberi manfaat nyata bagi masyarakat. Melalui berbagai penelitian dan inovasi alat deteksi bencana, ia berupaya menjembatani sains dan praktik lapangan. Upaya tersebut melahirkan sistem peringatan dini yang telah diterapkan di berbagai daerah di Indonesia dan menjadi model pengembangan di tingkat internasional. “Pengalaman riset pengembangan sistem peringatan dini multi-bencana dapat memperkuat sistem deteksi dan mitigasi bencana di bawah BMKG dengan meningkatkan akurasi, kolaborasi lintas sektor, dan keterlibatan komunitas,” tuturnya, Rabu (5/11).
Ia percaya kolaborasi antara peneliti dan pembuat kebijakan merupakan kunci memperkuat ketahanan bencana nasional. Bagi Faisal, penelitian kebencanaan tidak berhenti pada publikasi ilmiah, melainkan harus mendorong lahirnya kebijakan yang menyentuh kehidupan masyarakat. Dengan menggabungkan pengetahuan lokal dan sains modern, ia berharap hasil riset mampu menjadi dasar pembangunan yang tangguh terhadap risiko alam. “Kolaborasi antara peneliti dan pembuat kebijakan memastikan kebijakan yang dikembangkan berbasis bukti ilmiah dan relevan dengan kebutuhan masyarakat,” jelasnya.

Selain dikenal sebagai peneliti, Faisal juga aktif memimpin berbagai organisasi nasional dan internasional di bidang mitigasi bencana. Kepemimpinannya terbukti dalam berbagai posisi strategis, mulai dari Kepala Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan UGM hingga Vice President International Consortium on Geo-Disaster Reduction (ICGdR) dan International Consortium on Landslides (ICL). Pengalaman ini menjadi modal penting dalam membangun jejaring global untuk memperkuat kesiapsiagaan bencana di Indonesia. “Kepemimpinan yang efektif tidak diukur dari jabatan, melainkan dari kemampuan membangun kolaborasi dan memberikan manfaat nyata,” katanya.
Faisal pun berpesan, generasi muda memiliki peran besar dalam membangun masa depan mitigasi bencana yang lebih adaptif dan berbasis teknologi. Ia mendorong mahasiswa dan peneliti muda untuk mengembangkan inovasi yang relevan dengan kebutuhan masyarakat serta memperkuat kerja sama lintas disiplin. Dunia kebencanaan, menurutnya, menuntut semangat belajar sepanjang hayat dan kolaborasi yang berkelanjutan. “Belajarlah dengan giat, jadilah kreatif, dan jalin kerja sama dengan berbagai pihak agar riset kebencanaan membawa manfaat yang nyata,” pesannya.
Menurut Prof. M. Zudhy Irawan, rekan sejawat di Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan UGM, kiprah Faisal mencerminkan kemampuan luar biasa dalam mengelola organisasi akademik dan riset kebencanaan. Selama menjabat sebagai Ketua Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan periode 2021–2025, ia berhasil membawa departemen meraih peringkat pertama universitas di Indonesia untuk bidang Civil Engineering versi THE WUR 2025. Zudhy menilai, kemampuan Faisal dalam memimpin, mengambil keputusan strategis, serta mengintegrasikan riset akademik dengan inovasi teknologi kebencanaan menjadikannya sosok pemimpin visioner yang dihormati di tingkat nasional dan internasional. “Kepemimpinan beliau yang tegas dan berorientasi pada hasil mencerminkan integritas tinggi serta visi kuat terhadap kemajuan akademik dan riset kebencanaan,” ujar Zudhy.
Hal senada disampaikan oleh Prof. Wahyu Wilopo, yang mengenal Faisal sebagai sosok disiplin, tangguh, dan berintegritas tinggi. Ia menilai, semangat Faisal dalam mengajar dan meneliti selalu diiringi kepedulian terhadap mahasiswa dan masyarakat. Keuletan dan tanggung jawabnya disebut menjadi teladan bagi sivitas akademika. “Prof. Faisal sangat aktif dan berdedikasi dalam pengajaran, penelitian, serta pengabdian. Beliau sosok yang tegas, bertanggung jawab, dan humanis dalam bekerja,” tutur Wahyu.
Sebagai sahabat sekaligus kolega, Wahyu percaya bahwa amanah baru ini akan dijalankan dengan penuh integritas dan tanggung jawab. Menurutnya, kombinasi antara keilmuan, kepemimpinan, dan kepedulian sosial menjadikan Faisal layak memimpin lembaga sekelas BMKG. Ia berharap pengalaman panjang di dunia riset akan memperkuat arah BMKG ke depan dalam membangun ketangguhan bangsa menghadapi risiko bencana. “Saya percaya, dengan kemampuan dan dedikasi yang dimilikinya, Prof. Faisal dapat membawa BMKG menjadi lembaga yang semakin handal dan menjulang tinggi,” ungkap Wahyu.
Penulis: Triya Andriyani
Foto: Humas BMKG
