Tahukah Anda jika ternyata air limbah dapat digunakan untuk mendeteksi Covid-19? Sejumlah peneliti di Pusat Kajian Kesehatan Anak (PKKA-PRO), Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan, (FK-KMK) UGM membuktikan hal tersebut.
“Hal ini disebabkan karena pada aliran air limbah, tinja dan urine individu yang terinfeksi Covid-19, baik bergejala maupun tanpa gejala, masih mengandung bagian/fragmen virus SARS-CoV-2 yang sudah tidak menular,” terang Ketua Peneliti dari PKKA-PRO, dr. Indah Kartika Murni, M.Kes, Ph.D., Sp.A(K), Selasa (30/1).
Dengan prinsip tersebut, lanjutnya, sistem surveilans air limbah ini telah diterapkan di beberapa negara maju untuk deteksi Covid-19. Hal tersebut seperti yang telah dilakukan di Amerika dan Belanda sebagai pelengkap surveilans individu yang rutin dilakukan. Di Indonesia, surveilans air limbah telah dilakukan untuk deteksi wabah Polio saja.
Tim peneliti PKKA-PRO, di bawah pimpinan dr. Indah Kartika Murni, M.Kes, PhD, Sp.A(K) dan dr. Vicka Oktaria, MPH, PhD, FRSPH, berkolaborasi dengan Murdoch Children’s Research Institute (MCRI), Australia, melakukan penelitian pada tahun 2021-2022. Hasilnya menunjukkan bahwa hasil deteksi dari surveilans air limbah mampu mendeteksi adanya peningkatan kasus Covid-19 hingga dua minggu lebih awal dari peningkatan kasus di masyarakat.
Hal tersebut menjadi dasar penelitian lanjutan untuk melihat efektivitas biaya dari penerapan surveilans air limbah yang diselenggarakan pada tahun 2023. Penelitian lanjutan ini bertujuan untuk melihat biaya yang dikeluarkan untuk menerapkan surveilans air limbah guna deteksi dini wabah COVID-19 di komunitas dan membandingkannya dengan biaya yang dikeluarkan tanpa adanya sistem ini. Pada penelitian lanjutan ini, tim peneliti PKKA-PRO menggandeng dr. Tiara Marthias, MPH, Ph.D., dr. Muhammad Fikru Rizal, M.Sc., dan dr Giovanni Fadhillah van Empel, M.Sc.
Pada hari Jumat, 12 Januari 2024, tim peneliti PKKA-PRO melakukan diseminasi hasil penelitian uji efektivitas biaya secara daring di depan Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK), Kementerian Kesehatan RI, Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), World Health Organization (WHO), dan Japan International Cooperation Agency (JICA). Penelitian ini menunjukkan bahwa sistem surveilans air limbah memiliki potensi sebagai opsi yang ekonomis untuk mendukung sistem peringatan dini dalam situasi pandemi, terutama di negara-negara dengan pendapatan menengah ke bawah.
Salah satu tim peneliti, dr.Tiara, menekankan pentingnya dukungan kebijakan yang kuat dan tepat waktu, beserta respons kesehatan masyarakat yang efektif. Hal tersebut perlu dilakukan sebagai faktor utama dalam menentukan keberhasilan setiap sistem surveilans.
“Tidak ada surveillance system yang efektif tanpa diikuti public health response,” ucapnya.
Dukungan terhadap rencana inisiasi pelaksanaan surveilans air limbah untuk Covid-19 dapat dimulai dengan pembentukan jejaring nasional khusus untuk surveilans air limbah. Jejaring ini diharapkan akan melibatkan berbagai pihak yang bersedia bekerja sama dalam mengembangkan sistem surveilans air limbah di Indonesia “Kedepannya, kita dapat membuat jejaring nasional untuk surveilans air limbah berisi aktor-aktor yang dapat bekerja bersama untuk mengembangkan surveilans air limbah ini,” ujar dr. Vicka.
Penulis & Foto: Tim PKKA-PRO FKKMK UGM