
Universitas Gadjah Mada kembali menggelar rapat pleno Dewan Guru Besar (DGB) yang tahun ini dikemas dalam format workshop dan pelatihan bertajuk Santiaji Tata Kelola Universitas. Kegiatan yang berlangsung di Balai Senat UGM pada Jumat (20/6) ini menghadirkan perwakilan guru besar dari seluruh fakultas di lingkungan UGM, dengan total peserta aktif sebanyak 42 orang. Forum ini menjadi ruang strategis untuk menyamakan pandangan antaranggota DGB dalam merespons berbagai dinamika pendidikan tinggi, baik di level nasional maupun global. Melalui pendekatan partisipatif dan kolaboratif, kegiatan ini juga mendorong penguatan peran guru besar dalam pembentukan kebijakan akademik yang berorientasi pada nilai dan integritas.
Rektor UGM, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG(K), Ph.D., menyampaikan apresiasi atas kehadiran dan partisipasi aktif para guru besar dalam kegiatan pleno dan workshop ini. Ia menekankan bahwa kegiatan ini merupakan upaya strategis untuk menegaskan kembali pentingnya peran DGB dalam menciptakan iklim akademik yang sehat, etis, dan berpijak pada nilai-nilai luhur universitas. Rektor juga mendorong agar hasil diskusi di forum ini dapat diterjemahkan menjadi panduan dan metode praktis yang dapat diterapkan di masing-masing fakultas dan program studi. “Berbagi informasi dan pengalaman di forum ini sangat penting untuk memperkuat nilai-nilai keUGM-an yang kita anut,” tuturnya.
Rektor meyakini bahwa peran aktif DGB dalam menyampaikan narasi-narasi etik dan moral akan memperkuat karakter UGM sebagai universitas yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga kokoh secara nilai. Menurutnya, konsistensi dalam membangun budaya akademik yang berintegritas harus terus diperkuat dengan kolaborasi lintas bidang dan lintas generasi. “Kita ingin anggota DGB menjadi duta ilmu pengetahuan yang juga mampu mempengaruhi kebijakan di lingkup fakultasnya masing-masing,” tambah Rektor.
Ketua DGB UGM, Prof. Muhammad Baiquni mengatakan kegiatan rapat pelno ini menjadi ruang refleksi kolektif dalam memperkuat fungsi DGB sebagai penjaga integritas akademik dan etika keilmuan. Ia menambahkan bahwa DGB bukan hanya sebagai forum kehormatan, tetapi juga sebagai wadah strategis dalam memberikan nasihat, menjaga martabat akademik, serta mengembangkan pandangan atas isu-isu kebangsaan maupun global yang relevan dengan misi universitas. “Kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat pemahaman serta komitmen kita bersama terhadap prinsip-prinsip Good University Governance,” tuturnya.
Sementara Prof. Ir. Suryo Hapsoro Tri Utomo, Ph.D., selaku anggota DGB menjelaskan materi yang dibahas dalam forum ini mencerminkan komitmen UGM terhadap integritas akademik dan perlindungan terhadap nilai-nilai dasar pendidikan tinggi. “Topik-topik yang kita angkat hari ini adalah refleksi dari komitmen universitas terhadap integritas akademik,” ungkapnya saat memaparkan materi mengenai pencegahan korupsi di lingkungan kampus.
Selain itu, Prof. Dr. Janianton Damanik, M.Si., membawakan materi terkait pencegahan plagiarisme, sementara Prof. Dra. Yayi Suryo Prabandari, M.Si., Ph.D., mengulas secara komprehensif tentang upaya pencegahan kekerasan seksual di lingkungan sivitas akademika. Kedua materi ini bermanfaat untuk memperkuat sistem pencegahan pelanggaran akademik yang tidak hanya berdampak pada reputasi universitas, tetapi juga terhadap kualitas lulusan yang dihasilkan. Dengan memahami akar persoalan dan pendekatan solutif dari para pakar, para guru besar diharapkan dapat menjadi agen perubahan dalam membangun lingkungan belajar yang aman, sehat, dan berintegritas tinggi.
Sebagai bagian dari rangkaian acara, DGB UGM juga memberikan penghormatan kepada para Guru Besar yang tetap aktif berkontribusi, baik melalui riset, paten, maupun pendampingan mahasiswa, meski berada di luar jabatan struktural. Salah satu tokoh yang menerima penghargaan khusus adalah Prof. Dr. Sri Suryawati, Apt., yang memasuki masa purnatugas. Selama menjabat, ia aktif sebagai Sekretaris Komisi II DGB Bidang Organisasi dan Wawasan Kebangsaan dan dikenal sebagai figur yang konsisten mendorong sinergi antarguru besar. “Sebagai penerus, kami menyerahkan SK penugasan kepada Prof. Dr. Fadlil Munawwar Manshur, M.S. sebagai Sekretaris Komisi II DGB UGM hingga tahun 2026,” ujar Prof. Baiquni menutup rangkaian kegiatan.
Penunjukan ini menurut Baiquni menjadi wujud kesinambungan organisasi yang adaptif namun tetap berpegang pada prinsip moral dan akademik. Ia berharap pengurus baru dapat melanjutkan agenda kelembagaan dengan penuh dedikasi serta mampu menjawab tantangan yang semakin kompleks di era transformasi pendidikan tinggi. Regenerasi ini tidak hanya menyangkut penugasan administratif, tetapi juga menjadi momentum untuk memperkuat kolaborasi antarguru besar dalam menjawab dinamika kebangsaan dan globalisasi ilmu. Dengan memperkuat kapasitas dan peran strategis DGB, UGM menunjukkan komitmennya dalam membangun ekosistem akademik yang tangguh, relevan, dan menjawab kebutuhan bangsa.
Reportase : Heru Sutrisno/DGB
Penulis : Triya Andriyani
Foto : Dok. DGB