Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Universitas Gadjah Mada merayakan puncak Dies Natalis ke-69, Kamis (19/9), di Function Hall Gedung Pusat Pembelajaran FEB UGM. Rektor UGM, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG(K)., Ph.D., turut hadir untuk memberikan pidato sambutan, memberikan apresiasi atas pencapaian FEB UGM dalam mempertahankan akreditasi internasional, Association to Advance Collegiate Schools of Business (AACSB) dan akreditasi dari Lembaga Akreditasi Mandiri Ekonomi Manajemen Bisnis dan Akuntansi (LAMEMBA).
Selain itu, Ova mengapresiasi capaian-capaian FEB UGM yang selaras dengan jumlah mahasiswa pascasarjana yang telah mencapai target, yaitu mencapai 48% dari target 40%. “Semoga karya kreatif FEB UGM senantiasa berdampak demi perkembangan bangsa Indonesia,” ujar Ova.
Dekan FEB UGM, Prof. Dr. Didi Achjari, S.E., M.Com., Ak.,CA., dalam laporan capaian fakultas selama satu tahun terakhir menuturkan beberapa capaian akreditasi, prestasi nasional dan internasional, SDM tenaga pendidik, dan kontribusi alumni FEB UGM. Selain itu, Didi juga memaparkan terkait capaian kolaborasi internasional FEB UGM dengan kampus ternama dunia, serta faculty advisory board yang terdiri dari ahli perusahaan multinasional. “Semoga kita selalu memberikan kontribusi terbaik untuk kemajuan FEB UGM,” ucap Didi.
Sementara Guru Besar Ilmu Ekonomi FEB UGM Prof. Dr. Catur Sugiyanto, MA., berkesempatan menyampaikan pidato orasi ilmiah dengan judul “Sekelumit Bunga Rampai Pemikiran Ekonom FEB UGM dalam Pembangunan Sektor Pertanian RI”. Dalam pidato orasinya, Catur memaparkan tentang perjalanan kebijakan sektor pertanian padi RI sejak tahun 1960 sampai tahun 2020.
Catur mengatakan berbagai kebijakan dan program pertanian yang diterapkan oleh pemerintah sejak tahun 1960, mulai dari Revolusi Hijau di zaman Soekarno hingga REPELITA di zaman Soeharto. Salah satu ekonom FEB UGM yang berpengaruh terhadap pelaksanaan program dan kebijakan ini adalah Prof. Mubyarto. Pemikiran Mubyarto di atas menjadi salah satu landasan perubahan strategi pelaksanaan upaya peningkatan produksi beras melalui Revolusi Hijau di akhir 1960-an. “Pemikiran para ekonom menyoroti pentingnya interaksi antara kebijakan, teknologi, risiko, dan insentif ekonomi dalam keberhasilan pembangunan pertanian di Indonesia,” katanya.
Penulis : Tiefany
Editor : Gusti Grehenson