Dosen Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Prof. Ir. Ali Awaludin, S.T., M.Eng., Ph.D., IPU., ACPE., resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar bidang Material dan Teknologi Teknik Sipil Berkelanjutan, Selasa (28/10), di Ruang Senat Gedung Pusat UGM.
Dalam pidato pengukuhannya, kayu merupakan salah satu material tertua yang digunakan manusia bahkan sejak era ketika batu masih menjadi material utama dalam peradaban. Tak hanya itu, apabila ditinjau dari sudut pandang keberlanjutan, khususnya dari sisi waktu yang diperlukan untuk memperoleh material dasarnya, kayu dapat dikelompokkan sebagai material berkelanjutan (sustainable materials). “Kayu memiliki sifat mekanis yang lengkap seperti kekuatan tarik, tekan, lentur, dan geser yang mana berkontribusi dalam menahan gaya-gaya internal pada suatu sistem struktur,” kata Ali.
Selain itu, kayu memiliki kinerja yang baik dalam pembebanan jangka pendek dan memiliki rasio kekuatan terhadap berat cukup tinggi. Sehingga kayu merupakan bahan konstruksi yang unggul untuk diaplikasikan di zona gempa sedang hingga tinggi seperti Indonesia.
Menurut Ali, sebagai material terbarukan (renewable material) kayu menjadi primadona dalam bangunan berkonsep “green” atau ramah lingkungan. Ia menyebutkan dengan adanya pengelolaan hutan yang bijaksana, kayu tidak hanya menjadi bahan konstruksi bernilai tinggi, tetapi juga menjaga keseimbangan ekosistem dan keberlanjutan generasi mendatang. Jumlah emisi yang dihasilkan dari bidang infrastruktur cukup menjadi perhatian maka dengan substitusi material dengan kayu mampu menekan kuantitas emisi GHG (greenhouse gasses) yang dihasilkan tanpa mengurangi performa struktur. “Material kayu menjadi pionir dalam bidang infrastruktur untuk menekan jumlah emisi yang dihasilkan,” terangnya.
Namun, saat ini menurutnya ketersediaan kayu solid berukuran besar semakin menipis akibat tingginya kebutuhan serta alih fungsi hutan menjadi lahan pemukiman maupun pertanian. “Kondisi ini menyebabkan harga kayu solid sangat mahal dan keberadaannya pun terbatas,” katanya.
Untuk mensiasati hal itu, ia menyebutkan bahwa perkembangan teknologi dalam industri kayu telah menghasilkan produk kayu laminasi. Produk ini terbuat dari papan-papan kayu yang direkatkan satu dengan lainnya membentuk balok berukuran besar, lebih besar ukuran penampang dari kayu solid alam. “Kehadiran produk kayu laminasi memberikan nilai penting dalam dunia konstruksi sebab produk laminasi memiliki sifat lebih homogen dibandingkan dengan kayu solid karena variasi alami kayu dapat diseleksi dan dikombinasikan yang terbaik pada saat proses produksi,” terangnya.
Lebih lanjut isu mengenai durabilitas juga turut menjadi perhatian, terutama pada kayu cepat tumbuh. Faktor kelembapan tinggi, jamur, rayap, bahkan potensi kebakaran, menjadi tantangan utama yang perlu terus diteliti agar kayu dapat menjadi material andal dalam jangka panjang. Ditambah mata kuliah konstruksi kayu dari program studi Teknik Sipil tidak menjadi prioritas bagi perguruan tinggi di Indonesia.
Ali mengatakan bahwa saat ini dunia tengah bergerak menuju pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) yang menuntut penggunaan sumber daya material ramah lingkungan lebih dominan pada bidang konstruksi. Menyadari hal tersebut, lahirlah inisiatif produk kayu rekayasa yang diimplementasikan pada pembangunan Paviliun CLT Nusantara di kompleks Fakultas Teknik UGM. Paviliun ini dilengkapi dengan panel surya, fasad tanaman hidup dengan sistem irigasi vertikal berbasis IoT dan dirancang sebagai showcase eco-house. “Inisiatif seperti lahirnya paviliun CLT Nusantara menjadi bukti bahwa kayu relevan sebagai material konstruksi berkelanjutan”, pungkasnya.
Rektor Universitas Gadjah Mada, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG(K)., Ph.D., menyebutkan bahwa Prof. Ir. Ali Awaludin, S.T., M.Eng., Ph.D., IPU., ACPE., merupakan salah satu dari 542 Guru Besar aktif di UGM, dan salah satu 88 aktif dari 108 Guru Besar Fakultas Teknik UGM.
Penulis : Jelita Agustine
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Firsto
