Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Universitas Gadjah Mada, Prof. Amin Wibowo, S.E., M.B.A., Ph.D., dikukuhkan jadi Guru Besar dalam bidang Ilmu Manajemen yang digelar di Balai Senat UGM, Kamis (11/12). Dalam pengukuhannya, ia menyampaikan pidato yang berjudul “Tantangan Membangun Kepemimpinan Berkelanjutan Generasi Milenial dan Z”.
Amin membuka pidato dengan menjabarkan data terkait angkatan kerja generasi millenial yang lahir antara tahun 1981–1996, berdasarkan bulan Februari 2025 tercatat 34,9 persen dari total 149 juta, sementara generasi Z lahir pada 1997–2012 mengambil 22,8 persen di kancah kerja. “Di tingkat perusahaan, data tidak banyak berbeda. Maka, keselarasan antara dua generasi menunjukkan dinamika tempat kerja akan sangat terpengaruh,” ujarnya.
Menurutnya, kepemimpinan berkelanjutan bukan sekadar tren, tetapi merupakan respons yang diperlukan terhadap dunia modern yang saling berhubungan sebagaimana dua generasi ini menjadi garis terdepan. Amin menyebutkan ciri dari milenial dan gen z kini sikapnya yang cenderung mensejahterakan sekelompok orang, bukan hanya individu. “Melalui kolaborasi, inklusivitas, dan tanggung jawab bersama mencerminkan pemahaman bahwa kesejahteraan individu tidak dapat dipisahkan dari kesehatan komunitas dan dunia ini,” tekannya.
Lebih lanjut, Amin menyebutkan peran pemimpin era modern ini tidak lekang dari tiga pilar utama, yakni keberlanjutan lingkungan, sosial, dan ekonomi. Para pemimpin, menurut Amin, perlu berkomitmen terhadap keberlanjutan lingkungan, mendukung praktik pengurangan emisi karbon untuk mengatasi perubahan iklim sebagai masalah mendesak bagi generasi milenial dan z.
Ia mengenalkan teori Eselon Atas yang menyebutkan peran penting pemimpin sebagai pembawa perubahan dalam organisasi, sebagaimana tim belakang layar mengikuti pilihan strategi yang diputuskan oleh tim manajemen tingkat atas. Maka dari itu, Amin menekankan pemimpin yang merangkul nilai generasi milenial dan z bertema keberlanjutan memiliki posisi terbaik dalam dunia yang lebih baik.
Sebagaimana dunia akademik kini menjadi wadah strategis dalam mempersiapkan pemimpin berkelanjutan. Ia menyebutkan di tingkat nasional, dokumen Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) sebagai integrasi pendidikan dan pelatihan kerja. “Namun, harus diakui kata sustainability tidak secara eksplisit ditulis di dalamnya,” tuturnya.
Menjawab hal tersebut, Amin menekankan perlu adanya formulasi jelas seperti manajemen strategis di kancah universitas. Sebagai implementasinya, proses ini dimulai dengan membangun visi, misi strategic, dan nilai dasar organisasinya. “Formulasi dan implementasi strategi merupakan dua prioritas utama dalam mencapai keberlanjutan jangka panjang,” ujarnya.
Selain itu, kata Amin, di era kemajuan teknologi solusi digital dan ramah lingkungan menawarkan jalan dalam melacak kinerja organisasi melalui analisis data, IoT (Internet of Things), dan blockchain. Keadaan ini, menurutnya, membantu meningkatkan kesadaran dari sisi sikap hingga norma sosial yang kuat.
Terkait kolaborasi, Amin menyebutkan pentingnya penguatan kepemimpinan berkelanjutan dengan mendorong sinergi pemerintah, dunia usaha, akademisi, dan masyarakat sipil. Sebab, pemimpin modern, menurutnya harus menyeimbangkan profit dengan tanggung jawab sosial dan lingkungan yang berorientasi masa depan. “Sehingga kedua generasi bukan hanya bagian dari perubahan, tetapi juga penggerak utama kepemimpinan berkelanjutan di Indonesia,” tutupnya.
Penulis : Hanifah
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Firsto
