Sebanyak 22 orang rombongan dari Dinas Pertanian Kabupaten Hulu Tengah, Kalimantan Selatan melakukan kunjungan ke Demplot KWT Srikandi, Mrican Catur Tunggal, Depok Sleman. Dalam kunjungan yang berlangsung hari Kamis (3/9), rombongan secara langsung melihat pemanfaatan lahan terbatas di perkotaan untuk budidaya aneka tanaman, peternakan dan perikanan.
Kelompok Wanita Tani Srikandi Mrican merupakan percontohan usaha ketahanan pangan di perkotaan yang dikelola oleh sebagian masyarakat bukan petani. Bekerjasama dengan Universitas Gadjah Mada, mereka tidak hanya menanam tetapi juga mengolah hasil pertanian.
Berdiri pada tanggal 26 Desember 2014, Kelompok Wanita Tani Srikandi Mrican sekurangnya telah meraih 50 kejuaraan dan penghargaan, dan salah satu yang terbaik adalah menempati posisi lima nasional untuk Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) yang diselenggarakan Kementerian Pertanian di tahun 2021 untuk kriteria urban farming. Tidak mengherankan jika lokasi ini seringkali menjadi tempat untuk belajar pemanfaatan secara optimal budidaya pertanian dan peternakan pada lahan terbatas. Mereka yang pernah berkunjungan diantaranya komunitas petani dari Sumatra, Sulawesi, Kalimantan, KWT-KWT di Sleman, Klaten, Sukoharjo, Banyumas, Magetan, SMA Muhammadiyah Godean, TK, dan anak-anak PAUD.
Nurhandayani, selaku ketua saat menerima kunjungan mengatakan Kelompok Wanita Tani (KWT) Srikandi Mrican berdiri atas prakarsa Sumardji selaku Kepala Dukuh Mrican, Catur Tunggal, Depok Sleman dan kini beranggotakan 54 orang. Dengan lahan seluas 540 meter persegi, Demplot KWT Srikandi Mrican ditanami berbagai jenis tanaman sayuran, buah-buahan, apotek hidup, peternakan dan perikanan.
“Demplot ini berasal dari tanah kas Desa Catur Tunggal dipinjamkan kepada kami untuk berkarya, untuk ditanami. Ada juga budidaya lele, budidaya madu lanceng, budidaya tanaman hias, hidroponik, peternak ayam”, katanya.
Nurhandayani mengatakan kelangsungan KWT Srikandi Mrican bermodalkan semangat dan kerja keras. Para anggota KWT sadar bila mereka bukan berasal dari petani tetapi berusaha menjadi petani untuk ketahanan keluarga.
Sebagian besar anggota KWT Srikandi adalah mereka yang tidak memiliki kebun dan sawah. Bahkan sebagian besar dari anggota adalah pengusaha kos-kosan, sebab lokasi KWT Srikandi dikelilingi beberapa perguruan tinggi diantaranya UGM, UNY, Sanata Dharma, Atmajaya dan beberapa hotel besar.
“Sangat terbatas wilayah kami. Karenanya kami berusaha bekerjasama dengan UGM agar bisa membuat kami dilirik. Tidak hanya soal demplot tanaman, UGM juga membantu melakukan sosialisasi tentang sampah, pembuatan pupuk dan budidaya peternakan. Disini juga terkadang ada pelatihan, kuliah gratis tentang pertanian, semisal mengolah tanah, bagaimana membuat masa tanam untuk musim penghujan dan musim kemarau”, terangnya.
Nurhandayani merasa bersyukur keberadaan KWT Srikandi yang hampir berusia 10 tahun mampu meringankan biaya hidup masyarakat Mrican. Setidaknya mampu mampu menghemat pengeluaran dalam pemenuhan untuk kebutuhan sehari-hari.
Ia mencontohkan untuk kebutuhan sayuran para anggota bisa memetik secara langsung. Dengan seperti itu tidak perlu lagi keluar untuk belanja, dan bisa mendapatkan sayuran segar.
“Untuk kelangsungan KWT anggota tetap membayar, tapi dengan harga jauh dibawah harga pasar. Ini sudah seperti yang menjadi ketentuan Dinas Pertanian, KWT bisa menjual hasil panenan di bawah harga pasar terutama untuk anggotanya”, imbuhnya.
Budi Satriya Tanjung, S.P, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Hulu Tengah, Kalimantan Selatan sebagai ketua rombongan menyampaikan rasa terima kasihnya karena berkesempatan bisa melihat dan mengadopsi contoh-contoh baik untuk dibawa. Menurutnya KWT Srikandi sebagai KWT yang maju sebab dianggap mampu memanfaatkan lahan pekarang secara optimal meskipun tidak luas.
“Sehingga KWT kami memang perlu dan cocok untuk berkunjung ke tempat ini dengan harapan mudah-mudahan apa-apa yang kami anggap baik di KWT Srikandi bisa diadopsi dan bisa kami terapkan di Kabupaten kami untuk meningkatkan kesejahteraan petani khususnya kelompok wanita tani yang ada di Kabupaten Hulu Tengah”, katanya.
Budi Satriya menyatakan 70 persen wilayah Hulu Tengah Kalimantan Tengah bergerak di bidang pertanian terutama sawah dan perkebunan karet. Dikarenakan pertanian sebagai aktivitas yang mendominasi, makanya Dinas Pertanian Hulu Tengah ingin mensejahterakan petaninya dengan berbagai upaya. “Karenanya kami mau belajar dari KWT Srikandi yang maju tanpa menunggu. Tanpa harus menunggu memang istilah yang bagus untuk KWT Srikandi karena tanpa menunggu bantuan bisa berdikari, dan tidak salah jika kami ingin meniru dalam mengelola pekarangan secara lestari dan bisa memanfaatkan lahan secara maksimal. Kami pingin tahu trik-trik yang bisa diterapkan di Hulu Tengah”, ungkapnya.
Dr. Dra. Rr. Upiek Ngesti W.A., B.Sc., DAP&E, M.Biomed selaku dosen pendamping dari Fakultas Biologi UGM mengatakan KWT Srikandi sebagai kegiatan di Dusun Mrican merupakan bentuk pengabdian UGM terkait kesehatan, pengenalan nyamuk vektor penyakit, berbagai pelatihan metoda petangkap nyamuk, demplot tanaman sayur dan herbal. Dipilihnya dusun Mrican sebagai lokasi pengabdian karena adanya kesiapan ibu ibu terutama anggota Kelompok Wanita Tani (KWT) Srikand dalam memanfaatkan lahansecara optimali agar berkelanjutan ditengah lingkungan sub urban.
“Tanaman yang dipilih, adalah tanaman sayur untuk sehari-hari seperti terong, kobis, bunga kol, loncang, seledri, jipang, cabai, dan beberapa tanaman lain. Untuk TOGA ditanam kunyit, kencur, laos, sereh, jahe metah, jahe emprit, sambiloto, binahong dan lain-lain. Tanaman-tanaman tersebut tentunya sangat dibutuhkan untuk kehidupan sehari-hari sehingga dapat memenuhi keperluan para anggota KWT Srikandi”, ucapnya.
Upik menjelaskan lokasi demplot KWT Srikandi juga menjadi tempat belajar para mahasiswa dari berbagai universitas di sekitar yogyakarta untuk magang maupun praktek. Beberapa pelatihan, workshop, dan peningkatan ketrampilan dilakukan di lokasi ini dengan harapan para ibu anggota KWT Srikandi sebagai garda depan mampu membantu meningkatkan pendapatan/ ekonomi keluarga. “Sekaligus membantu keberlanjutan program pemerintah dalam SDGs untuk ketahanan pangan , meningkathan kesehatan keluarga, pemanfaatan lahan secara optimal”, terangnya.
Penulis : Agung Nugroho