Organisasi Kemahasiswaan (Ormawa) di Universitas Gadjah Mada memegang peranan penting dalam pengembangan soft skill, kepemimpinan, serta kemampuan kolaboratif bagi mahasiswa. Bahkan, UGM telah menetapkan pedoman pelaksanaan Ormawa dengan tujuan untuk meningkatkan tata kelola, prestasi, serta reputasi Ormawa dalam konteks universitas yang inklusif dan berbudaya melalui Peraturan Rektor UGM No. 1 tahun 2017 dan Peraturan Rektor No. 20 Tahun 2022. Di tahun 2024, UGM melakukan transformasi dalam pengelolaan Ormawa dengan mengadopsi paradigma baru yang menekankan growth mindset dan keberlanjutan untuk menghadapi tantangan masa depan. Untuk menyiapkan paradigma baru ini, Direktorat Kemahasiswaan UGM mengadakan kegiatan Sosialisasi Transformasi Organisasi Kemahasiswaan UGM, pada Senin (21/10), di University Club Hotel.
Sosialisasi yang dilakukan dalam format Focus Group Discussion (FGD) ini dihadiri oleh mahasiswa yang terlibat dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan Komunitas Mahasiswa serta pembina dan pendamping Ormawa. Dr. Arie Sujito, S.Sos., M.Si selaku Wakil Rektor Bidang kemahasiswaan, Pengabdian kepada Masyarakat, dan Alumni dalam sambutannya berharap melalui sosialisasi ini mampu mendorong Ormawa menjadi lebih inklusif, berorientasi prestasi, dan berkelanjutan dalam setiap aspek kegiatan serta mampu memberikan kontribusi nyata bagi universitas dan masyarakat.
Menurutnya, transformasi ini nantinya akan mendorong Ormawa memiliki added value yang tidak hanya sekedar menjadi wadah untuk berorganisasi dan belajar tentang kepemimpinan dan manajerial saja, tetapi menjadi organisasi yang adaptif terhadap berbagai proses perubahan, inklusif, serta memiliki kepedulian terhadap isu-isu lingkungan, kesehatan mental, dan sebagainya. “Meskipun sifatnya tidak wajib, tapi saya selalu mengapresiasi mahasiswa yang mau terlibat di Ormawa karena manfaatnya sangat banyak sekali,” ujar Arie yang juga berkecimpung di dunia pers dan Badan Eksekutif Mahasiswa semasa berkuliah.
Arie juga menyinggung keberadaan Gelanggang Inovasi dan Kreativitas (GIK) sebagai fasilitas infrastruktur yang terbuka bagi mahasiswa dan dapat digunakan sebagai arena pembelajaran. GIK yang memang direncanakan untuk memfasilitasi kegiatan mahasiswa di bidang seni, olahraga, budaya, maupun program-program pengembangan kepemimpinan dan kewirausahaan ini, diharapkan Arie dapat digunakan secara maksimal. Ia meyakini semua mahasiswa UGM adalah individu yang cerdas, namun kecerdasan itu harus ditopang oleh karakter yang kuat sebagai pemimpin masa depan di semua lini. “Mahasiswa yang saat ini terlibat dalam organisasi pecinta alam atau pencak silat, mungkin saja di masa depan bisa jadi ketua DPR. Terlihat tidak linier tapi di situ proses pembelajaran, pembentukan karakter dan leadership skill-nya terbentuk,” tutup Arie.
Sejalan dengan itu, Rektor UGM, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG(K)., Ph.D sepakat jika mahasiswa yang mengambil kesempatan dan memiliki motivasi untuk masuk ke dalam UKM adalah mereka yang mempunyai kompetensi dan ingin mengasah kelebihannya sehingga bisa menjadi agent of change atau pemimpin di masa depan. “Kompetensi ini yang akan UGM tingkatkan, misalnya tentang teamwork, komunikasi, dan kewirausahaan yang akan terus kita latih karena sangat dibutuhkan oleh generasi penerus masa depan,” ungkap Ova.
Ova berujar, banyak hal yang bisa dimasukkan ke dalam UKM agar unit ini tidak hanya menjadi kumpulan yang tidak optimal. Oleh karena itu, UGM membuat harapan-harapan dan paradigma baru terhadap pengembangan UKM. Ova mengambil contoh pengembangan UKM Koperasi karena memiliki spirit ekonomi kerakyatan, sudah selayaknya dilakukan karena bisa memberikan manfaat bagi semua mahasiswa. “Paradigma perubahan ini yang akan bersama-sama kita diskusikan agar value atau nilai dari mahasiswa yang terlibat di UKM bisa bertambah,” tuturnya.
Ova juga menyoroti peran mahasiswa yang terlibat di dalam UKM sebagai duta kesehatan mental. Baginya dengan memiliki kesibukan positif di luar persoalan akademik, mahasiswa akan memiliki kesehatan mental yang lebih baik dibandingkan dengan mereka yang secara sadar memilih untuk tidak mengikuti UKM. Rektor bersama para Pembina UKM berjanji akan mengawal bersama perubahan paradigma yang terjadi di UKM karena universitas memiliki harapan besar terkait pengembangan value dan juga peningkatan employability mahasiswa. Dalam sesi tanya jawab, Rektor memastikan tidak akan ada perubahan dana operasional bagi UKM tetapi ia mengharapkan dana tersebut bisa digunakan secara lebih efektif lagi. “Gunakan dana pengembangan itu sebagai playground untuk berpikir seperti entrepreneur dengan tata kelola yang lebih professional tentunya,” pesan Ova.
Sekretaris Direktorat Kemahasiswaan, Dr. Hempri Suyatna, S.Sos., M.Si., dalam sesi presentasinya mengungkapkan bahwa Ditmawa saat ini sedang mendorong paradigma baru agar UKM tidak sekedar menjalankan aktivitas rutin saja, tetapi juga harus memiliki inovasi dan kreativitas untuk menggarap event yang menarik. Menurut Hempri, transformasi ini juga sejalan dengan Renstra UGM 2022-2027 yang memprioritaskan pengembangan Ormawa sebagai bagian dari strategi meningkatkan prestasi, reputasi, dan kompetensi lulusan UGM. “Nantinya akan ada sistem penilaian yang dilakukan di setiap akhir tahun kepengurusan dan juga evaluasi untuk memberikan reward bagi UKM berprestasi,” ungkap Hempri.
Hempri menambahkan reward tersebut dalam berbagai macam rupa, seperti apresiasi seremonial dalam bentuk penghargaan kepada Ormawa, beasiswa, akses pelatihan untuk pengembangan kapasitas, benchmarking ke universitas atau lembaga lain serta tambahan dana bantuan kegiatan. Selain itu, reward juga akan diberikan dalam bentuk rekognisi kegiatan ekstrakurikuler sesuai dengan Peraturan Rektor Nomor 5 Tahun 2023, SKPI (Surat Keterangan Pendamping Ijazah), serta akses atau peningkatan fasilitas.
Penulis: Triya Andriyani
Foto: Donnie