Direktur Pemasaran dan Penjualan, Bisnis Indonesia Group, sekaligus Alumni UGM, Hery Trianto membagikan pengalamannya di bidang media dalam Pembekalan pada 1.387 Calon Wisudawan Pascasarjana, Spesialis, dan Subspesialis, Selasa (23/4), di Grha Sabha Pramana.
Menurut Hery, salah satu kunci untuk dapat mengembangkan diri adalah dengan tidak merasa terlalu nyaman pada titik tertentu. Sebab proses belajar dilakukan sepanjang masa, bahkan ketika sudah bekerja. Oleh karena itu, tantangan terbesar setelah resmi menyelesaikan perkuliahan adalah bagaimana mengimplementasikan ilmu-ilmu yang telah dipelajari ke dalam dunia kerja. Apalagi di era digitalisasi dan media informasi yang telah menimbulkan berbagai disrupsi, hingga memunculkan kebutuhan akan tenaga kerja dengan kompetensi digital. “Kita biasanya terjebak dalam zona nyaman. Ada kalanya kita harus keluar dari zona nyaman tersebut untuk mengambil kesempatan lain. Seperti saat ini, media itu sangat penting. Silakan mengaktualisasi diri, tapi jangan lupa untuk berhati-hati,” terang Hery.
Untuk meningkatkan kompetensi dan sukses dalam berkarier dalam dunia kerja, Hery membagikan tiga kunci yakni menguasai jejaring, kemampuan cara berkomunikasi, dan memiliki semangat daya juang. Sebab menurut Hery, banyak alumni memiliki kompetensi yang sangat baik di bidang akademik, namun kurang mengasah kemampuan berkomunikasinya. Hal ini sangat berpengaruh pada perkembangan karier. “Ide-ide dan inovasi menarik mungkin tidak akan bisa dieksekusi hanya karena kurangnya kemampuan berkomunikasi. Kemampuan ini sekaligus berkaitan erat untuk memperkuat jejaring di dunia kerja,” ujarnya.
Yang tidak kalah lebih penting untuk diperhatikan menurut Hery, dunia saat ini telah memasuki era post-truth yang menyebabkan batasan antara kebenaran dan kebohongan menjadi tipis. Masyarakat dihadapkan pada derasnya arus informasi dan tidak disertai dengan kemampuan menyaring informasi yang sepadan. Inilah peran penting akademisi, yakni untuk membantu memverifikasi dan memilah informasi di masyarakat. “Alumni UGM dapat mengambil peran tersebut dengan kehati-hatian, khususnya di media sosial. Sebagai bagian dari Keluarga Alumni Gadjah Mada (KAGAMA), Alumni UGM tentu membawa nama baik UGM dalam setiap tindakannya,” katanya.
Dikatakan Hery, jejaring di Ikatan alumni dalam KAGAMA menurutnya sangat diperlukan bagi para alumnus untuk menimba pengalaman menambah relasi baik dalam pertemanan maupun dalam hubungan relasi bisnis. “Kontribusi Alumni UGM hingga saat ini masih terus berlanjut dalam berbagai program, mulai dari sumbangan, hibah, seminar, hingga beasiswa KAGAMA. Komitmen ini tentunya perlu dijaga agar dapat memberikan manfaat, baik untuk mahasiswa, UGM, maupun sesama alumni,” katanya.
Koordinator Departemen Pengembangan Seni dan Budaya PP Kagama Ir. R.A. Belinda Arunarwati Margono, M.Sc., Ph.D. mengatakan KAGAMA bukan hanya sebagai wadah perkumpulan alumni, namun juga terdiri dari berbagai komunitas untuk dapat menghubungkan alumni satu sama lain. “Ke depannya, ikatan ini diharapkan dapat terus berlanjut sebagai rumah dan tempat berkarya bagi alumni,” harapnya.
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian Masyarakat, dan Alumni, Dr. Arie Sujito, S.Sos., M.Si., menegaskan agar para alumni untuk tidak lupa terhadap almamater dan terus memberikan apresiasi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan yang dituangkan dalam aksi nyata yang bermanfaat bagi masyarakat. “Untuk itu, saya harap ikatan alumni ini tetap berlanjut, dan kita tetap saling terhubung satu sama lain,” pungkasnya.
Penulis: Tasya
Editor: Gusti Grehenson