Prof. Ir. Adi Djoko Guritno, MSIE, Ph.D, Direktur Utama PT. Pagilaran, dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Teknologi Industri Pertanian pada Fakultas Teknologi Pertanian UGM. Dalam pengukuhan yang berlangsung di Balai Senat UGM, Kamis (22/2), dia menyampaikan pidato berjudul Supply Chain Risk Management Untuk Pengelolaan Kerentanan (Vulnerability) Berbasis Sistem Pencegahan Dini Sebagai Upaya Minimasi Deviasi Pencapaian Target : Implementasi dan Tantangan Kedepan.
Dalam pidatonya ia menyampaikan perkembangan keilmuan manajemen risiko yang diterapkan bersama dalam manajemen rantai pasok dengan sudut pandang pencegahan secara preventif sehingga dapat dimanfaatkan sebagai upaya menekan dan mencegah terjadinya kesalahan atau kegagalan dalam pencapaian suatu target yang telah ditetapkan sebelumnya.
“Praktik manajemen dengan pengembangan sistem pencegahan dini (early warning system) tentunya diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran dan kewaspadaan atas munculnya suatu kejadian yang mengandung risiko atau kerugian,” ujarnya.
Adi Djoko Guritno menandaskan bahwa isi pidato yang ia sampaikan untuk memberikan perkembangan wawasan dalam pengelolaan kerentanan (vulnerability) yang selalu ada dalam setiap individu dalam rangkaian terhubung satu sama lain sehingga sasaran atau tujuan tidak mengalami banyak perubahan atau masih dalam batas rentang kendali yang direncanakan. Kerentanan dapat dianalogikan sebagai suatu keadaan kekurangmampuan seseorang atas suatu aktivitas sehingga akan selalu muncul peluang terjadinya penyimpangan yang memengaruhi hasil.
Terkait hal-hal penting menyangkut manajemen risiko rantai pasok yang terus berkembang, di akhir pidatonya ia menyarankan perlunya pengembangan hubungan yang lebih egaliter dan berkeadilan antara penerima manfaat dikaitkan dengan risiko yang diterima schingga dapat mencerminkan hubungan yang logis dan dapat diterima semua pihak. Risiko adalah suatu kejadian yang pasti selalu terjadi sepanjang rantai pasok, hanya kapan dan dimana akan terjadi itulah yang tidak dapat diketahui.
“Upaya yang dilakukan adalah dengan pengembangan leading indikator dan mitigasi risiko sehingga terus diperlukan pengembangan metoda yang lebih akurat, tepat waktu dan efisien dalam penerapannya,” terangnya.
Selain itu, risiko bersifat tak terbatas dan tidak pasti serta cakupannya sangat luas baik dari dalam maupun luar organisasi. Karena itu, menurutnya perlu ditumbuhkan ketangguhan (resilience) dalam organisasi dengan mengkombinasikan kapabilitas manusia yang ada didalamnya, dukungan teknologi yang handal dan terkini yang diikuti dengan unsur kepatuhan (compliance) terhadap peraturan dan regulasi yang terkait.
Penulis : Agung Nugroho
Fotografer : Donnie