Sebuah tumpeng berwarna merah putih terpajang di halaman Balairung, Sabtu (16/12). Diletakkan di atas meja tepat di hadapan panggung tempat dimana lima pemuka agama dari lintas agama memanjatkan doa keselamatan bangsa dalam menyongsong kelancaran pemilu 2024 dan memperingati Dies ke-74 UGM. Doa bersama yang dikemas dalam acara Kenduri Kebangsaan ini digagas oleh Pengurus Pusat Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada bersama panitia Dies UGM yang menghadirkan lima tokoh agama yakni KH Asyhari Abta dari tokoh agama Islam, Jero Gede Dwija Triman dari pemuka agama Hindu, Pendeta Bambang Sumbodo dari pemuka agama Kristen, Romo Adrianus Maradiyo dari pemuka agama Katolik dan Bhante Badra Palo Thera dari pemuka agama Budha.
Kehadiran para pemuka agama saat masuk ke tengah panggung diiringi dengan tembang kidung Jawa karya Sunan Kalijaga yang menggambarkan permohonan keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Bhante Badra Palo Thera mendapat giliran pertama memanjatkan doa agar bangsa Indonesia selalu dipenuhi dengan suasana ketentraman dan kedamaian menjelang pesta demokrasi tahun depan. Ia mengibaratkan negeri ini bak sebuah bunga dengan beragam warna yang dirangkai dalam satu vas. Tanpa mengubah warna bunga tersebut, yang merah tetap merah, putih tetap putih dan yang kuning tetap kuning. “Itulah gambaran Indonesia penuh dengan toleransi, ketenangan dan kedamaian. Meski aneka ragam, suku, budaya dan keyakinan, sama-sama berkumpul dan sama-sama memiliki kewajiban membangun bangsa,”ujarnya.
Melalui doa Kenduri Kebangsan ini, kata Palo Thera, pesta demokrasi pada tahun 2024 mendatang menjadi ajang untuk pendewasaan anak bangsa dan semua orang merasa ikut membangun bangsa. “Harapan dimana negara kita akan merayakan pesta demokrasi dimana bangsa kita diberikan keistimewaan budaya gotong royong dan musyawarah mufakat menjadi jiwa bangsa bukan pesta demokrasi itu dengan perselisihan dan peperangan tapi pendewasaan bangsa yang semuanya ikut serta membangun bangsa,” katanya.
Sementara pemuka agama hindu, Jero Gede Dwija Triman, menyampaikan kenduri artinya memiliki hajatan besar didahului permohonan dengan menggunakan sarana untuk memohon kepada Tuhan. Sedangkan Pendeta Bambang Sumbodo memanjatkan doa agar UGM selalu melahirkan calon pemimpin banga dan mampu mendidik anak bangsa dengan baik. “Para mahasiswa UGM sebagai generasi penerus masa depan bangsa bisa menjadi seorang calon pemimpin. Tinggal pemimpin semacam apa yang hendak dikembangkan tergantung dalam diri kita ini,” katanya.
Usai memanjatkan doa, para pemuka agama ini secara bergantian memotong tumpeng yang potongannya diserahkan ke Sekjen PP Kagama, Dr. Anak Agung Gde Ngurah Ari Dwipayana mewakili agama Hindu, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Pengabdian Masyarakat dan Alumni, Dr Arie Sujito, mewakili Islam, Maria Goretti Ambar Widijaningsih mewakili tendik UGM yang beragama Katolik, Devito Kurniawan Candra mewakili mahasiswa UGM dang beragama Budha dan Vincentia Trisna Yoelinda dari agama Kristen.
Penulis : Gusti Grehenson
Foto : Donnie Tristan