UGM sebagai lembaga pendidikan memiliki komitmen kuat dalam menjaga kualitas pendidikan yang inklusif dan merata bagi semua termasuk penyandang disabilitas. Selain itu, mendorong penguatan masyakarat yang inklusif sejalan dengan komitmen UGM dalam pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs).
Salah satunya seperti yang dilakukan oleh tim pengabdian kepada masyarakat (Abdimas) Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM memberikan Pelatihan Kesiapsiagaan Bencana Untuk Orang Dengan Kebutuhan Khusus (Difabel) dan Keluarga Difable. Melalui dana hibah Adimas terintegrasi yang diperoleh Syahirul Alim, S.Kp., MN.Sc., PhD, dosen Keperawatan Dasar dan Emergensi FKKMK berupaya meningkatkan kapasitas penyandang disabilitas dalam kesiapsiagaan bencana.
Syahirul menyampaikan melalui kegiatan Abdimas tim melakukan assessment terlebih dahulu terkait dengan jenis difabel masyarakat pada daerah rawan bencana. Assessment tersebut dilakukan untuk memetakan penyandang disabilitas karena setiap disabilitas mendapatkan perlakuan dan intervensi yang berbeda. Setelah assessment, lalu dilakukan pelatihan pada kelompok penyandang disabilitas dan keluarga/pendamping.
Lebih lanjut Syahirul menjelaskan pelatihan diperuntukkan bagi Difagana atau Difabel Siaga Bencana yang merupakan relawan atau sekelompok sukarelawan yang membantu sesama orang berkebutuhan khusus selama fase bencana. Relawan difabel dinilai lebih memahami korban bencana dengan kebutuhan khusus sehingga mereka diharapkan lebih cepat dan tepat dalam pendampingan dan pemulihan difabel ketika terjadi bencana.
“Peran Difagana amat penting khususnya untuk area rawan bencana seperti DIY,” terangnya.
Salah satu pelatihan dilakukan di di Kalurahan Donokerto, Turi, Sleman Yogyakarta pada 15 Juli 2023. Pelatihan mengundang Sigit Alifianto, SE., MM selaku perwakilan dari Dinas Sosial DIY sebagai narasumber. Selain itu, pelatihan ini diharap menjadi salah satu keterlibatan akademisi/institusi pendidikan dalam meningkatkan resiliensi masyarakat. Kegiatan ini juga terintegrasi dengan proses pembelajaran melalui program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) sehingga diharap kompetensi mahasiswa yang mengikuti kegiatan dapat meningkat baik soft skills maupun hard skills.
“Selama ini, masyarakat cukup kesulitan membedakan istilah disable dengan difable. Selain itu, masyarakat juga masih belum banyak mendapatkan informasi dan pengetahuan terkait bagaimana memperlakukan difable, terlebih pada saat bencana. Oleh karena itu, peningkatan kapasitas ini menjadi sangat penting untuk dilakukan,”paparnya.
Pelatihan kesiapsiagaan bencana untuk difabel dan pengasuh di Kalurahan Donokerto diawali dengan sambutan oleh Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan, Haryani., S.Kp., M.Kes., Ph.D., serta Ketua Pelaksana Pengabdian Masyarakat Syahirul Alim., S.Kp., MN.Sc., Ph.D. Acara dilanjutkan dengan pemaparan materi mengenai Difagana oleh narasumber. Dalam sesi ini, Sigit menjelaskan tentang pengertian, tujuan pembentukan, implementasi dan efektivitas Difagana, peran Difagana pada masa pandemi, keberlanjutan Difagana, serta strategi keberlanjutan Difagana. Pada kesempatan tersebut, hadir tim Abdimas FK-KMK UGM untuk melakukan monitoring dan evaluasi terhadap kegiatan hibah Abdimas terintegrasi tersebut.
Penulis: Ika
Foto: Dok. Tim Abdimas FFKMK UGM