Dosen Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Prof. Ir. Bambang Suwignyo, S.Pt., MP., Ph.D., IPM., ASEAN Eng., dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Selasa (5/9) di Balai Senat, Gedung Pusat UGM. Pada upacara pengukuhan jabatan Guru Besar, Prof. Bambang Suwignyo menyampaikan pidato yang berjudul Manfaat dan Peluang Pengembangan Kacang Ratu BW (Alfalfa Tropik) di Indonesia.
Suwignyo mengatakan kasus stunting di Indonesia masih menjadi perhatian serius karena dampak buruk stunting memengaruhi kualitas SDM generasi muda ke depan. Salah satu solusi dalam pemberantasan stunting adalah pemenuhan asupan zat gizi berkualitas tinggi secara konsisten dan berkesinambungan kepada ibu hamil, menyusui dan bayi berusia sampai minimal umur enam bulan dalan bentuk makan pendamping air susu ibu. Sumber zat gizi yang paling lengkap adalah telur dan susu. Menurut Suwignyo, makanan telur fungsional dapat mengatasi masalah stunting karena dapat memenuhi asupan mineral mikro seperti zat besi (Fe) dan seng (Zn) pada anak Indonesia. “Inovasi telur dengan kandungan tinggi zat besi dan seng sangat diperlukan. Untuk menghasilkan telur fungsional yang menghasilkan kandungan zat besi dan seng dipengaruhi dari pakan hijauan pada ransum ayam,” ujarnya.
Berdasarkan hasil riset dari Suwignyo, tanaman Kacang Ratu BW atau Alfalfa tropik pada formula pakan dapat dijadikan solusi untuk menghasilkan produk telur bergizi tinggi karena tanaman ini mengandung protein tinggi, asam amino esensial, kalsium dan phospor. “Kandungan Fe dan Zn yang tinggi pada Kacang Ratu BW bisa menjadi komponen pakan pada ayam karena dapat mempengaruhi kandungan FE dan Zn pada telur yang dihasilkan,” paparnya.
Adapun Kandungan Zn pada Kacang Ratu BW mencapai 67 mg/kg atau dua kali lipat dari kandungan Zn pada beras. Sementara kandungan zat besi pada Kacang Ratu BW mencapai 0,042 persen, lebih tinggi dibanding berbagai jenis makanan sumber zat besi lainnya seperti daging merah, seafood, tahu, sayuran hijau, dan kacang-kacangan lainnya.
Selain telur, imbuhnya, susu juga merupakan produk peternakan dengan kandungan nutrisi lengkap namun sayangnya produksi susu di Indonesia belum mencukupi kebutuhan nasional, apalagi 80 persen pasokan susu Indonesia masih impor dari total kebutuhan nasional yang mencapai 4,4 juta ton per tahun. Tidak hanya itu, produksi susu sapi perah di Indonesia rata-rata berkisar 3000-4000 liter per masa laktasi atau 10 liter per ekor per hari. “Berbeda dengan produksi susu sapi perah di negara beriklim subtropis bisa mencapai 7.421 kg per laktasi atau dua kalinya dari Indonesia,” urainya.
Menurut Bambang Suwignyo, pakan hijauan Kacang Ratu BW bisa meningkatkan produksi susu dari ternak sapi perah karena proporsi hijauan harus mencapai 60-70 persen dan proporsi konsentrat capai 30-40 persen. “Legum Kacang Ratu BW berpotensi menjadi sumber pakan untuk meningkatkan produktivitas sapi atau kambing perah di Indonesia,” katanya.
Dalam hitungan Banvbang Suwignyo, jika setiap peternak sapi perah menanam Kacang Ratu BW maka produktivitas ternak sapi perah dipastikan meningkat. Sebab Kacang Ratu BW dapat menghasilkan panen 8 hingga 13 ribu ton per hektar segar dengan masa panen per 30 hari. “Dalam satu tahun bisa menghasilkan 120 ton per hektar,” pungkasnya.
Penulis : Gusti Grehenson
Foto : Donnie Tristan