
Guru Besar dari Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian UGM Prof. Ani Widiastuti, S.P., M.P., Ph.D. dari menjadi salah satu pembicara di Global Hybrid Potato Alliance (GHPA) Workshop and International Conference on Green and Efficient Production on Potato and Sweet Potato, di Jinan, Propinsi Shandong, China. Dalam kegiatan yang berlangsung selama 4 hari, 16 – 19 April 2025 lalu, ia diundang oleh Agricultural Genomics Institute at Shenzen.
Konferensi internasional ini dihadiri oleh 250 peserta yang terdiri dari akademisi dan peneliti terkait kentang dan ubi jalar di seluruh dunia antara. Mereka adalah para peneliti dari International Center of Potato (CIP), AsiaBlight Network, Crop Improvement Science Project, International Potato Center (CGIAR), The James Hutton Institute (JHI), UK dan berbagai universitas terkemuka. “Konferensi ini membicarakan tentang perkembangan penelitian kentang dan ubi jalar. Perkembangan hingga saat ini, baik yang di lapangan maupun perkembangan pemuliaan secara molekuler”, ujar Ani Widiastuti, di Fakultas Pertanian UGM, Senin (28/4).
Pada sesi pembahasan pengembangan kentang hibrida, beberapa negara menyampaikan perkembangan penelitian kentang dari masing-masing negara. Prospek dan perkembangan kentang hibrida disampaikan para peneliti dan pengamat dari negara Kenya, Nigeria, Ethiopia, Malawi, Indonesia, Vietnam, Thailand, Laos, Bangladesh, Korea, inner Mongolia.
Dalam kegiatan ini, Ani Widiastuti mengaku datang bersama Dr. Meksy Dianawati, pakar Pemulia Tanaman Kentang dari BRIN. Pada workshop ini, disebutnya, dilakukan diskusi tentang kemungkinan pengembangan potato hibrida untuk menghasilkan True Potato Seeds (TPS), yang telah diawali oleh China dengan varietas Bernama U-Potato 1.1.
Diharapkan setelah workshop ini, terjalin kerjasama penelitian guna pengembangan varietas hibrida kentang diantara negara-negara yang hadir. Menurutnya, konferensi internasional ini penting karena untuk updating perkembangan ilmu dan teknologi global. “Tentunya juga untuk menjalin kerjasama lebih erat terutama antara negara Asia dan Afrika untuk komoditas kentang dan ubi jalar, yang merupakan dua komoditas pangan pokok dunia”, imbuhnya.
Penulis : Agung Nugroho