
Guru Besar Ilmu Komunikasi Universitas Gadjah Mada Prof. Dr. Phil. Hermin Indah Wahyuni merilis buku pengantar teori Niklas Luhmann sebagai perspektif baru dalam bidang keilmuan komunikasi. Meminjam istilah biologi, autopoiesis menggambarkan proses sel berkembang dengan sendirinya. Dalam kontek komunikasi, sel tidak akan berkembang apabila tidak terjadi komunikasi. Perkembangan peradaban manusia akan ditentukan oleh cara komunikasi masa kini. “Hanya komunikasi yang bisa berkomunikasi, dan komunikasi yang mendorong terjadinya komunikasi,” kata Hermin dalam bedah bukunya yang bertajuk “Titik Balik: Teori Sistem dalam Ilmu Komunikasi”, Selasa (17/6), di Fisipol UGM.
Hermin menjelaskan bahwa Niklas Luhmann adalah ilmuwan sosiologi asal Jerman yang mengemukakan teori sistem dan keteraturan sosial. Luhmann berangkat dari teori sistem milik Talcott Parsons untuk menjawab berbagai masalah dan perubahan sosial. Bentuk pengembangan dari teori inilah yang disebut sebagai teori sistem Luhmann, di mana sistem dibuat tidak berdasarkan kesepakatan bersama melainkan karena perbedaan. “Tidak adanya perbedaan berarti tidak ada interaksi dan tidak akan pernah terjadi sebuah sistem,” katanya.
Lebih jauh Hermin menjelaskan, Teori Luhmann memiliki perspektif unik mengenai sistem informasi dan komunikasi yang dinamakan komunikasi autopoiesis. Ilmu komunikasi selama ini diposisikan sebagai “jembatan” yang menjadi penghubung antar informasi. Lebih dari itu, teori autopoiesis mengangkat sisi kritik terhadap perspektif tersebut. Disampaikan Hermin, teori ini menjadi menarik karena lepas dari perspektif aktor yang selama ini selalu digunakan. “Luhmann itu menggeser pandangan itu, dia ingin mengganti society bukan sebagai manusia tapi sebagai komunikasi. Masyarakat tidak ada tanpa adanya komunikasi,” tuturnya.
Selanjutnya, hubungan keilmuan sosiologi dengan komunikasi memang sangat erat, namun Hermin mengatakan Luhmann adalah salah satu sosiolog yang menempatkan komunikasi tidak hanya sebagai penghubung. Ia menggambarkan bagaimana selama ini ilmu sosial dan politik selalu terjebak pada aktor, termasuk komunikasi. Contohnya, berita-berita mengenai korupsi selalu memberikan tempat bagi aktor sebagai peran utama. Bukan sistem yang memungkinkan terjadinya korupsi tersebut. “Tidak mudah memahami Luhmann karena memang teorinya bukan menggambarkan teori masa lampau tapi masa depan. Tergantung apakah masyarakat kita sudah future oriented atau belum,” ucap Hermin.
Luhmann menulis bahwa masyarakat modern tidak berkomunikasi melalui media melainkan sistem. Perbedaan komunikasi oleh media itu berhubungan dengan penguasaan sistem. Pandangan ini menangkis pendapat bahwa kita harus bisa membedakan mana pesan yang benar dan tidak benar. Karena pada dasarnya semua memanipulasi dan telah dimanipulasi oleh sistem.
Guru Besar Ilmu Komunikasi dari Universitas Padjajaran Prof. Dr. Atwar Bajari mengapresiasi buku “Komunikasi Autopoeisis: Sebuah Pengantar Memahami Perspektif Sistem Niklas Luhmann” yang ditulis oleh Hermin. Menurut Atwar, tidak mudah untuk membuat pengantar bagi Teori Luhmann mengingat kompleksitas pemahaman sistem yang dibawa. Namun Hermin berhasil memberikan wacana implementasi teori tersebut dalam isu-isu terkini.“Luar biasa dengan ketekunan 10 tahun memahami Luhmann. Prof. Hermin bisa membuat buku pengantar dari rumitnya teori tersebut. Semoga bisa menjadi pintu bagi penerapan teori Luhmann dalam penelitian kini dan masa depan,” tutur Atwar.
Penulis : Tasya
Editor : Gusti Grehenson