Kiprah dan dedikasi selama puluhan tahun melakukan riset dan pengelolaan kawasan karst di Indonesia, Guru Besar Fakultas Geografi Prof. Eko Haryono, ditunjuk menjadi anggota Governing Board International Research Centre on Karst (IRCK) atau Dewan Pengurus Penelitian Karst Internasional di bawah naungan UNESCO. Penunjukan ini menempatkannya dalam jajaran pakar kars dunia yang ikut menentukan arah riset dan pengelolaan kawasan kars global. Masa tugasnya dimulai pada 2025 hingga 2031 sebagai bagian dari rotasi periodik lembaga tersebut. Kepercayaan ini juga memperkuat posisi Indonesia dalam forum ilmiah internasional terkait percepatan ilmu dan konservasi kars.
IRCK merupakan pusat riset internasional yang dibentuk Kementerian Sumber Daya Alam Tiongkok pada 2008 dan kemudian disetujui UNESCO untuk memajukan pengetahuan dan pengelolaan berkelanjutan kawasan kars. Penunjukan Prof. Eko Haryono didasarkan pada kiprahnya di organisasi keilmuan dunia, termasuk posisinya sebagai Ketua Komisi Kars International Geographical Union. “Anggota Governing Board berasal dari perwakilan UNESCO, pemerintah Tiongkok, lembaga geologi, dan para top scientist di bidang kars,” ujarnya, Kamis (4/12).
Penunjukan ini sekaligus menjadi pengakuan atas peran UGM dalam pengembangan riset dan kapasitas akademik di bidang karst. Indonesia kini semakin diakui dalam proses penyusunan kebijakan global terkait perlindungan dan pengelolaan kawasan kars. UGM bahkan dianggap memiliki kelompok riset kars yang paling konsisten di Asia Tenggara sehingga posisinya semakin kuat di tingkat internasional. “Karena saya dari UGM, otomatis ada pengakuan terhadap peran UGM dalam bidang kars di tingkat internasional,” tuturnya.
Sebagai anggota Governing Board, Eko memiliki agenda tahunan yang mengharuskannya menghadirkan perkembangan riset terbaru. Setiap pertemuan IRCK selalu diiringi training course yang diikuti peserta dari berbagai negara pemilik kawasan kars. Dalam forum tersebut, para anggota Governing Board diminta menyampaikan materi ilmiah yang mencerminkan riset terkini. “Mereka selalu menyampaikan hal baru, sehingga saya juga dituntut untuk selalu melakukan riset-riset yang baru,” jelasnya.
Tugas ini sekaligus memperkuat jejaring kerja sama internasional yang telah berlangsung selama beberapa tahun. Saat ini Eko dipercaya menjadi co-leader proyek yang diinisiasi IRCK dan didanai Kementerian Sains Tiongkok. Indonesia juga telah memasang jaringan monitoring mata air di dua lokasi, yakni Geopark Gunung Sewu dan calon Geopark di Kalimantan Utara, sebagai bagian dari sistem pemantauan global. “Geopark dipilih karena merupakan UNESCO site yang perlu dipantau,” ungkapnya.
Dalam masa tugas ke depan, IRCK telah menetapkan empat agenda utama bagi pengembangan pengetahuan kars dunia. Program itu meliputi penyelenggaraan training course, penyusunan buku bersama mengenai pengelolaan kars global, pengembangan jaringan monitoring internasional, serta kolaborasi riset lintas negara. Sistem monitoring ini telah terpasang di kawasan-kawasan kars di ASEAN, Eropa, hingga Amerika Serikat. “Di ASEAN, jaringan ini baru ada di Indonesia dan Thailand,” katanya.
Aktivitas internasional tersebut juga membuka peluang lebih besar bagi mahasiswa dan dosen muda UGM untuk terlibat. Eko secara rutin memperoleh kuota pengiriman peserta, terutama mahasiswa Sains Informasi Geografi dan dosen muda dari Fakultas Geografi. Peserta dari institusi lain yang relevan, seperti Badan Geologi dan instansi terkait, juga memperoleh kesempatan melalui rekomendasinya. “Saya sudah mengirim sekitar lima mahasiswa dan lima dosen muda sejak terlibat di IRCK,” ujarnya.
Keterlibatannya juga mencakup pemantauan UNESCO site yang berasosiasi dengan kawasan kars di Indonesia. Saat ini terdapat lima geopark kars serta satu world heritage yang menjadi objek pemantauan lingkungan. Kawasan tersebut meliputi Gunung Sewu, Maros-Pangkep, Raja Ampat, Kebumen, dan sejumlah lokasi lain yang tengah dikembangkan. “Saya berkewajiban memantau pengembangan UNESCO site tadi dari perspektif lingkungan,” tambahnya.
Melalui penunjukan ini, Indonesia diharapkan dapat memainkan peran lebih signifikan dalam pengembangan pengelolaan kars global. Inisiatif nasional untuk mendorong resolusi internasional mengenai perlindungan ekosistem kars menunjukkan komitmen kuat terhadap keberlanjutan lingkungan. Posisi UGM yang konsisten dalam riset kars menjadi fondasi penting bagi kontribusi tersebut. “Harapannya, pengelolaan kawasan kars di Indonesia bisa semakin baik,” pungkas Eko.
Penulis: Triya Andriyani
Foto: Dok. Peneliti
