Dosen Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Diah Fitria Widhiningsih, S.P., M.Sc., berhasil meraih penghargaan 1st Place of Young Water Sustainability Leaders 2024 dalam Kompetisi yang diadakan di sela kegiatan World Water Forum di Bali, 24 Mei lalu yang bertajuk “Conserving Water Conserving Our Future”. Penghargaan yang diikuti 1.000 peserta dari berbagai negara ini, Diah Fitri dinilai mampu memukau dewan juri salah satunya dari dari UNDP atas hasil riset dan karyanya yang mampu menginspirasi, dan berkomitmen dalam menciptakan kesadaran masyarakat global tentang keberlanjutan sumber daya air.
Penghargaan diberikan langsung oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) RI, Basuki Hadimuljono, di sela kegiatan WWF. Selain Diah, penghargaan untuk juara kedua diraih peserta dari Amerika Serikat. Sedangkan juara ketiga diraih peserta dari Ghana.
Dalam keterangannya kepada wartawan, Selasa (28/5), Diah mengaku senang dan bangga bisa meraih penghargaan dari kompetisi bertaraf internasional tersebut. Ia bahkan tak menyangka bisa meraih juara pertama karena diikuti lebih dari 1.000 pemuda . “Perasaan saya tentu saja senang dan semakin termotivasi untuk meningkatkan kepedulian diri-sendiri dan masyarakat sekitar terhadap konservasi air,” katanya.
Diah menceritakan untuk mengikuti tahapan seleksi Young Water Sustainability Leaders ini, seluruh peserta mengirim proposal hasil riset, ide, dan karya masing-masing. Selanjutnya dari proposal yang masuk diseleksi sehingga terpilih 300 peserta. “Kemudian, kami mengikuti bootcamp selama hampir seminggu. Seluruh peserta mengumpulkan abstrak dan dipilih 50 besar,” ujarnya. Selanjutnya, peserta yang masuk 50 besar ini diminta untuk menyusun makalah untuk untuk dipilih 10 besar terbaik untuk lolos ke babak final. “Peserta yang masuk 10 besar diundang dan dibiayai untuk hadir dalam World Water Forum di Bali. Kami melakukan presentasi dan showcase secara terbuka dan dapat disaksikan oleh publik,” katanya.
Pada lomba ini, seluruh peserta umumnya menyampaikan hasil riset, ide atau karya yang sudah dilakukan di lapangan. Namun Diah sendiri mengaku ia menyampaikan inovasi hasil riset dan karya yang sudah dilakukan di lapangan.“Dalam lomba ini, saya melakukan semuanya sekaligus,” paparnya.
Soal karya yang ia tawarkan, Diah menuturkan bahwa dirinya menekankan pada aspek sosial dalam kegiatan konservasi air di kehidupan sehari-hari. Salah satu bentuk karya inovasi yang sudah ia lakukan adalah terkait inovasi Mini T-ReKs atau Mini Tentative Research for Kids. Ia menjelaskan bahwa karya yang ia tawarkan berupa kegiatan konservasi air terintegrasi bidang seni, pertanian, dan edukasi yang ia namakan PEMDA yang merupakan singkatan dari Painting, English, Music, Dance, and Agriculture. “Saya pertama kali memperkenalkan konsep ini pada tahun 2019. Saat itu hanya fokus pada anak siswa SD dan SMP. Namun sekarang, kegiatan tersebut berkembang dengan melibatkan Gen Z,” paparnya.
Meski sudah berhasil memenangkan kompetisi bertaraf internasional tidak membuat Diah berpuas diri, sebaliknya memotivasi dirinya untuk terus melakukan kampanye dan edukasi terkait konservasi air. “Saya harap kita semua dapat berkontribusi dalam konservasi air, sekalipun dengan langkah yang sangat sederhana. Semoga Mini T-ReKs ini dapat bermanfaat dan teman-teman bebas untuk menerapkan atau memodifikasi kegiatan ini sehingga menjadi lebih baik lagi,” ujarnya.
Di pekan terakhir bulan Mei ini, Diah berencana akan mengunjungi TBM Rumah Ilmu Bercak Pustaka dan melakukan diskusi bersama pemuda yang berasal dari Yogyakarta dan Lombok. “Kami membahas tentang keberlanjutan kegiatan konservasi air untuk kedepannya,” pungkasnya.
Penulis: Gusti Grehenson