Sebagai negara kepulauan dengan 17 ribu pulau lebih, menjadi tantangan tersendiri bagi Indonesia untuk memastikan bahwa seluruh pulau tersebut memiliki kemandirian, termasuk kedaulatan pangan untuk mendukung keberlanjutan kehidupan. Pulau Enggano merupakan salah satu pulau kecil terluar Indonesia yang terletak di Provinsi Bengkulu yang ditetapkan Gubernur Bengkulu sebagai lokasi laboratorium lapangan tridharma perguruan tinggi.
Dalam rangka mendukung program kedaulatan pangan, untuk pertama kalinya, benih padi varietas unggul karya peneliti UGM, Gamagora ditanam di Pulau Enggano sebagai pulau terluar di Indonesia. Penanaman padi Gamagora ini menjadi salah satu dari program kerja Kuliah Kerja Nyata (KKN) Kolaborasi antara Universitas Gadjah Mada bersama Universitas Bengkulu yang bertajuk Pengembangan Ekonomi Kreatif, Kedaulatan Pangan, Pariwisata dan Kebudayaan Lokal di Pulau Enggano.
Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Penelitian UGM, Prof. Dr. Wening Udasmoro mengungkapkan bahwa penyerahan benih dan penanaman padi Gamagora ini dalam rangka mendukung kedaulatan pangan di pulau terluar di Indonesia. Sebab, varietas padi yang dikembangkan peneliti UGM ini mampu tumbuh baik pada lahan sawah irigasi maupun lahan sawah tadah hujan yang airnya terbatas. “Gamagora menjadi jenis padi baru yang mampu beradaptasi dengan perubahan iklim dan sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan untuk berkontribusi pada penanganan perubahan Iklim,” kata Wening dalam keterangan yang dikirim ke wartawan, Rabu (14/8).
Wening juga menjelaskan bahwa padi Gamagora juga telah teruji tahan terhadap beberapa jenis hama dan penyakit, keunggulan ini menjadi harapan untuk mewujudkan kedaulatan pangan Indonesia dan mendukung untuk upaya tujuan untuk menghapus kemiskinan dan mengakhiri kelaparan.
Sementara Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Aset, dan Sistem Informasi UGM, Arief Setiawan Budi Nugroho, S.T., M.Eng., Ph.D., mengatakan infrastruktur di pulau Enggano sudah cukup berkembang pesat dan maju sehingga bisa menjadi modal yang baik untuk peningkatan produktivitas masyarakat dan melancarkan mobilitas warga dan logistik dalam rangka mendukung kemandirian pangan. Meski begitu, imbuhnya, masih diperlukan kebutuhan infrastruktur pendukung lainnya seperti sarana transportasi untuk akses keluar masuk ke pulau Enggano. “Secara umum saya melihat komitmen pemerintah daerah telah ditunjukkan nyata melalui pembangunan jalan, pelabuhan, bandara hingga jaringan komunikasi,” ungkapnya.
Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) KKN kolaborasi, Dr. Hatma Suryatmojo menekankan bahwa melalui KKN Kolaborasi ini mahasiswa diajak untuk berpikir kritis dan mencari solusi permasalahan lapangan melalui berbagai hasil penelitian di perguruan tinggi yang diterapkan di masyarakat.
Ia menyebutkan UGM menyerahkan 20 kilogram benih Gamagora untuk ditanam di persawahan Pulau Enggano yang memiliki keterbatasan sumberdaya air dan kerentanan tinggi terhadap dampak perubahan iklim. Produktivitas tinggi dari padi Gamagora yang dapat mencapai 8-10 ton per hektar menjadi harapan baru bagi pertanian di Pulau Enggano.
Menurutnya, pemberian benih padi varietas unggul Gamagora oleh UGM kepada masyarakat Pulau Enggano memiliki nilai strategis yang sangat signifikan dalam meningkatkan ketahanan pangan dan mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap pasokan dari luar pulau. “Dengan kondisi geografis Pulau Enggano yang terisolasi dan sering terhambat oleh cuaca ekstrem, adanya varietas padi unggul yang adaptif terhadap kondisi lokal akan meningkatkan produktivitas pertanian setempat,” katanya.
Mayong, demikian ia akrab disapa menambahkan penyerahan padi Gamagora ini diharapkan bisa mengurangi resiko kekurangan pangan saat distribusi logistik terganggu, tetapi juga memperkuat kemandirian pangan di pulau Enggano. “Pada gilirannya akan meningkatkan stabilitas sosial, ekonomi lokal dan terwujudnya kedaulatan pangan di Pulau Enggano,” paparnya.
Dampak positif yang diharapkan bagi masyarakat Pulau Enggano adalah terwujudnya peningkatan kesejahteraan melalui hasil panen yang lebih tinggi dan lebih stabil. Dengan hasil panen yang lebih baik, masyarakat dapat memenuhi kebutuhan pangan mereka sendiri dan bahkan mungkin menciptakan surplus yang dapat dijual untuk pendapatan tambahan.
Selain itu, keberadaan varietas padi unggul yang diadaptasi dengan baik juga akan mengurangi tekanan terhadap lahan pertanian dan sumber daya alam lokal, karena produktivitas yang lebih tinggi memungkinkan lahan yang sama menghasilkan lebih banyak pangan tanpa harus memperluas area pertanian secara signifikan. “Kita ingin upaya yang kita sudah lakukan ini juga dapat berdampak positif terhadap konservasi lingkungan di Pulau Enggano,” pungkasnya.
Penulis : Gusti Grehenson