
Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada (UGM) kembali menggelar Festival Karawitan dan Bazar Nusantara sebagai rangkaian perayaan Dies Natalis Fakultas Filsafat ke-58 yang berlangsung di selasar fakultas, Sabtu (19/7).
Ketua pelaksana kegiatan, Dr. Sartini, menyampaikan bahwa ide penyelenggaraan festival ini berangkat dari kegelisahan dari fenomena banyaknya perangkat gamelan di masyarakat yang tidak banyak digunakan lagi, padahal minat masyarakat Yogyakarta terhadap karawitan tergolong tinggi. “Kita ingin mengangkat seni gamelan ini melalui kegiatan festival,” ujar Sartini.
Ia menyebutkan, jumlah peserta festival yang ikut tampil tiap tahun selalu meningkat. Pada tahun ini, tercatat sekitar 51 grup karawitan berpartisipasi, terdiri atas 27 grup dari UGM dan 24 grup dari luar UGM. Festival ini sendiri telah berlangsung sejak tahun 2017 dan kini memasuki penyelenggaraan ketujuh, setelah sempat terhenti selama dua tahun akibat pandemi. Selain pertunjukan karawitan, acara juga dimeriahkan oleh bazar kuliner dan produk UMKM yang melibatkan pelaku usaha dari wilayah Yogyakarta, Bantul, Sleman, dan sekitarnya. Rangkaian kegiatan berlangsung selama dua hari penuh hingga pukul 10.00 WIB.
Dekan Fakultas Filsafat, Prof. Siti Murtiningsih, menekankan bahwa festival ini akan terus diupayakan sebagai ikon tahunan fakultas. Ia berharap kegiatan ini tidak hanya menjadi sarana hiburan, tetapi juga ruang edukasi dan pelestarian budaya nusantara. “Filsafat dan karawitan sekilas tampak berbeda, namun keduanya sama-sama mengajarkan perenungan, yakni filsafat membangkitkan akal, sementara karawitan membangkitkan rasa,” ujarnya.
Apresiasi juga datang dari Dinas Kebudayaan DIY. Kepala Dinas Kebudayaan, Dian Lakshmi Pratiwi, S.S., M.A., yang diwakili oleh Padmono Anggoro Prasetya, S.Sn., menyampaikan bahwa keberadaan gamelan sebagai warisan budaya tidak hanya memiliki nilai estetika, namun juga sarat makna filosofi kehidupan. Menurutnya, gamelan mengajarkan nilai-nilai seperti kebersamaan, gotong royong, serta hubungan harmonis dengan alam dan sesama. Ia menegaskan bahwa budaya bukan hanya peninggalan masa lalu, melainkan juga harus dijaga sebagai bagian dari masa kini.
Wakil Rektor UGM Bidang Pendidikan dan Pengajaran, Prof. Wening Udasmoro, secara simbolis membuka festival melalui pemukulan gong. Dalam sambutannya, ia menekankan bahwa kesenian merupakan aspek penting dalam pembentukan karakter mahasiswa. “IPK tinggi memang penting, tapi untuk sukses di masa depan, mahasiswa perlu mengasah kesehatan psikis, kemampuan sosial, dan koneksi budaya,” ucapnya. Ia juga mengapresiasi Fakultas Filsafat yang telah membangun ekosistem pendidikan yang menyatukan antara pengetahuan dan budaya.
Festival dibuka dengan penampilan Tari Golek Ayun-Ayun dengan iringan tembang langsung oleh mahasiswa internal Fakultas Filsafat. Tari ini melambangkan semangat gadis muda yang sedang mencari jati diri, selaras dengan semangat penyelenggaraan festival. Dengan antusiasme yang terus meningkat, Festival Karawitan ini diharapkan menjadi salah satu pilar pelestarian budaya di Yogyakarta.
Penulis : Ika Agustine
Editor : Gusti Grehenson