Sebanyak 100 siswa SD, SMP, dan SMA berlatih pencak silat di GOR Pancasila UGM, Senin (29/8). Mereka adalah para peserta The 7th Martial Arts Open School, program yang diselenggarakan secara kolaboratif oleh Universitas Gadjah Mada, Universitas Negeri Yogyakarta, dan International Centre of Martial Arts for Youth Development and Engagement (ICM) yang berada di bawah naungan UNESCO.
Program ini memfasilitasi para siswa untuk belajar keterampilan dasar bela diri beserta nilai-nilai yang penting dalam kehidupan. Hal ini diharapkan dapat membentuk para siswa menjadi generasi muda yang tidak hanya sehat secara fisik dan mental, tetapi juga tangguh dan memiliki resiliensi.
“Selain menjadi bagian dari warisan budaya, banyak nilai dan hal-hal yang baik yang bisa dipelajari dari olahraga bela diri. Kami sangat senang melihat anak-anak berlatih dengan baik, harapannya mereka juga bisa menikmati pengalaman ini,” ucap Kang Hyeok selaku perwakilan ICM yang ikut hadir dalam latihan kali ini.
Program ini sendiri berlangsung selama 4 bulan, mulai bulan Juni lalu hingga September mendatang. Selain di Indonesia, program serupa telah berjalan di 23 negara lainnya di seluruh dunia.
Kang menerangkan, program ini menjadi salah satu upaya untuk membentuk generasi muda yang tangguh dan mampu menghadapi berbagai tantangan. Menurutnya, sangat penting untuk mendidik anak muda agar dapat mempelajari nilai-nilai seperti disiplin, saling menghargai, dan lainnya.
“Awalnya program ini lebih banyak diselenggarakan di negara-negara Afrika, tapi saat ini kami mulai memperluas cakupan program sehingga menjangkau negara-negara di Asia Tenggara. Di setiap negara fokus kami utamanya pada siswa sekolah menengah, karena mereka berada pada tahapan usia yang sangat penting untuk pembentukan kepribadian, dan generasi muda punya potensi yang sangat besar,” terangnya.
Mayoritas peserta yang mengikuti program ini memang belum memiliki pengalaman bela diri sebelumnya. Ia berharap setelah mengikuti program ini para siswa bisa menerapkan nilai-nilai dan pelajaran berharga yang diperoleh ke dalam situasi sehari-hari.
“Ini adalah sebuah kolaborasi yang baik dengan UGM, kami berharap bisa melanjutkan kerja sama ini di tahun-tahun selanjutnya,” tutur Kang.
Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Pengajaran, Prof. Dr. Wening Udasmoro, S.S., M.Hum., DEA., mengungkapkan bahwa peserta program ini tidak hanya mendapatkan pelatihan pencak silat saja. Namun, peserta juga akan diberikan pemahaman tentang anti kekerasan serta gender.
Dukungan UGM terhadap penyelenggaraan Martial Arts Open School, menurutnya, sejalan dengan komitmen UGM dalam mendukung pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), khususnya tujuan no. 4 yakni menyediakan pendidikan berkualitas, tujuan no. 5 yaitu pencapaian kesetaraan gender dan pemberdayaan semua perempuan, serta tujuan no. 16 terkait perdamaian, keadilan dan kelembagaan yang tangguh.
“Jadi, selain diberikan materi terkait kekuatan fisik dan jurus pencak silat, peserta juga diberikan pemahaman bahwa antara laki-laki dan perempuan memiliki kesamaan dalam olahraga bela diri. Mereka mempunyai tanggung jawab yang sama pada masyarakat menjadikan pencak silat sebagai olahraga anti kekerasan,” urainya.
Penulis: Gloria