Universitas Gadjah Mada terus memperluas kontribusi risetnya dalam sektor pertanian melalui pengembangan Gamahumat, inovasi senyawa pembenah tanah berbasis asam humat hasil kolaborasi lintas disiplin ilmu. Produk ini diperkenalkan dalam kegiatan Rembug Sesarengan di Desa Sekaran, Kabupaten Klaten, Selasa (29/10), bersamaan dengan sosialisasi varietas padi unggul Gamagora 7 dan beras Presokazi. Mengambil tema ‘Ngolah Ilmu, Nandur Harapan: Inovasi UGM untuk Ketahanan Pangan Indonesia’, kegiatan ini dihadiri oleh petani, perangkat desa, serta akademisi yang antusias mempelajari penerapan riset UGM untuk peningkatan produktivitas pertanian di daerah.
Staf Ahli Bupati Klaten, Joko Istanto, S.H., M.Si., menyampaikan apresiasi atas langkah UGM yang menghadirkan riset langsung ke tengah masyarakat. Ia menilai kolaborasi antara universitas dan petani menjadi kunci untuk mewujudkan pertanian yang adaptif terhadap perubahan iklim dan kebutuhan pasar. “Terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Universitas Gadjah Mada (UGM) yang menyelenggarakan acara Rembug Sesarengan di hari ini, semoga kegiatan ini mencerahkan dan memberi manfaat untuk konco-konco tani di Sekaran dan sekitarnya,” ujarnya.
Sementara itu, Sekretaris Universitas UGM, Dr. Andi Sandi Antonius Tabusassa Tonralipu, S.H., LL.M., dalam sambutannya menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan wujud nyata implementasi tridarma perguruan tinggi. Menurutnya, riset yang dilakukan UGM harus berdampak langsung pada masyarakat, khususnya sektor yang menjadi penopang kesejahteraan rakyat seperti pertanian. “Melalui forum seperti ini, kami ingin memastikan riset yang dilakukan di kampus tidak berhenti pada publikasi ilmiah, tetapi benar-benar membantu petani menghadapi persoalan di lapangan,” ungkapnya.

Dalam kesempatan tersebut, Guru Besar Bidang Ilmu Pengolahan Bahan Mineral Fakultas Teknik, Prof. Himawan Tri Bayu Murti Petrus menjelaskan bahwa Gamahumat dikembangkan untuk memperbaiki kualitas tanah dengan memanfaatkan bahan organik humat yang dipadukan dengan unsur mineral alami. Hasil penelitian menunjukkan bahwa asam humat mampu meningkatkan kandungan hara dan memperbaiki struktur tanah, sehingga efisiensi pemupukan meningkat secara signifikan. “Dari uji laboratorium hingga percobaan lapangan, penggunaan Gamahumat terbukti meningkatkan hasil panen hingga lebih dari 70 persen pada beberapa jenis tanaman, termasuk padi,” paparnya.
Prof. Himawan menambahkan, riset Gamahumat menjadi bagian dari upaya UGM menerapkan konsep waste to resource, yakni mengubah limbah mineral menjadi sumber nutrisi baru bagi tanah. Pendekatan ini tidak hanya menekan ketergantungan pada pupuk kimia sintetis, tetapi mendukung praktik pertanian sirkular yang lebih ramah lingkungan. “Kami ingin memastikan bahwa pertanian masa depan bukan hanya produktif, melainkan juga berkelanjutan. Gamahumat hadir sebagai jembatan menuju ekosistem pertanian yang sehat dan efisien,” jelasnya.
Sementara itu, Dr. Agr. Cahyo Wulandari, S.P., M.P., dari Fakultas Pertanian UGM menjelaskan bahwa penelitian Gamahumat juga menyoroti aspek sosial dalam penerapannya. Menurutnya, peningkatan kesuburan tanah harus diiringi dengan peningkatan kapasitas petani dalam memahami cara penggunaan dan manfaatnya. “Selain meneliti bahan aktifnya, kami juga mendampingi petani dalam proses penerapan. Tujuannya agar mereka benar-benar merasakan dampak dari inovasi ini,” tuturnya.

Lebih lanjut, Wulan menekankan bahwa keberhasilan Gamahumat tidak lepas dari sinergi antara fakultas teknik, pertanian, dan mitra industri yang mendukung pengujian produk di berbagai jenis lahan, termasuk lahan marginal dan bekas tambang. Inovasi ini menjadi salah satu langkah strategis UGM dalam mendukung ketahanan pangan sekaligus pemulihan lahan pertanian. “Kami berharap Gamahumat dapat digunakan lebih luas, terutama di wilayah yang menghadapi tantangan degradasi tanah,” ujarnya.
Melalui riset dan kegiatan diseminasi seperti ini, UGM berupaya memastikan hasil penelitian dapat diterapkan secara nyata di masyarakat serta memperkuat ekosistem riset yang berorientasi pada solusi. Kegiatan ini menjadi bagian dari Kampanye Sains dan Teknologi: “Riset Kuat, Pangan Hebat”, yang didukung oleh Direktorat Diseminasi dan Pemanfaatan Sains dan Teknologi, Kemdiktisaintek, melalui Program Kampanye Tematik Sains dan Teknologi (Resona Saintek).
Penulis: Triya Andriyani
Foto: Firsto
