Baterai ion litium merupakan perangkat elektrokimia yang mengubah energi kimia menjadi energi listrik melalui reaksi redoks. Tidak hanya digunakan sebagai penggerak utama kendaraan listrik dan berbagai perangkat elektronik, baterai ion litium juga menopang energy storage system (ESS) yang dapat menjaga kestabilan sistem kelistrikan sekaligus menampung kelebihan produksi listrik yang belum dapat termanfaatkan secara optimal. “Jika dibandingkan dengan sumber primer di alam, baterai ion litium bekas pada dasarnya merupakan konsentrat logam berharga”, ungkap Dosen Teknik Kimia UGM Prof. Ir. Indra Pradana, S.T., M.T., Ph.D., IPM., dalam pidato pengukuhannya sebagai Guru Besar dalam Bidang Pemuliaan dan Daur Ulang Material Anorganik di Balai Senat UGM, Rabu (3/12).
Dalam pidato pengukuhan yang berjudul “Daur Ulang Baterai Ion Litium Sebagai Kunci Transisi Energi Bersih Yang Berkelanjutan”, Indra Perdana menyebutkan untuk menjaga keandalan pasokan energi terbarukan dibutuhkan suatu sistem penyimpanan energi yang efisien dan tangguh. “Diantara berbagai bentuk sistem penyimpanan energi yang dikembangkan, baterai ion litium saat ini memainkan peran penting,” jelasnya.
Menurutnya, baterai ion litium bekas merupakan sumber daya sekunder strategis yang memiliki peran penting dalam keberlanjutan rantai pasok mineral kritis karena kandungan unsur dalam black mass yang ada di dalamnya. “Melalui suatu proses daur ulang, logam-logam yang ada di dalam baterai tersebut dapat dipulihkan kembali ke siklus produksi baterai”, tuturnya.
Daur ulang baterai litium bekas ini menruutnya bukan sekadar pengolahan limbah, tetapi merupakan bagian terintegrasi dari ekonomi sirkular energi. Berdasarkan peta jalan ekosistem baterai nasional terkini, sebagai antisipasi pertumbuhan jumlah baterai bekas (End of Life) domestik di masa mendatang, industri daur ulang baterai diperkirakan akan mulai beroperasi pada periode waktu 2031 – 2040. Dengan menerapkan konsep total recovery, seluruh komponen penyusun baterai ion litium diharapkan dapat dipungut kembali.
Indra menegaskan, dirinya bersama tim kelompok peneliti daur ulang limbah elektronik dan baterai yang berkelanjutan di kampus Universitas Gadjah Mada, telah lebih dari satu dekade menekuni proses daur ulang baterai ion litium. Teknologi proses yang dikembangkan oleh tim peneliti telah mencapai kemurnian bahan, karakter sifat dan morfologi yang memenuhi standar minimum sebagai bahan baku baterai ion litium. “Baterai bekas tidak hanya limbah B3, akan tetapi dapat dijadikan sumber daya sekunder yang sangat berharga apabila ditangani dengan benar. Baterai ion litium memainkan peranan penting sebagai media penyimpan energi yang menjembatani intermitensi energi terbarukan dan kebutuhan energi yang stabil,” tuturnya.
Ketua Dewan Guru Besar, Prof. Dr. Muhammad Baiquni, M.A., menyebutkan bahwa Prof. Ir. Indra Pradana, S.T., M.T., Ph.D., IPM., merupakan salah satu dari 539 Guru Besar Aktif di UGM, dan salah satu dari 87 Guru Besar Aktif dari 108 Guru Besar yang pernah dimiliki Fakultas Teknik.
Penulis : Jelita Agustine
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Firsto
