Industri rumahan es puter di Daerah Istimewa Yogyakarta masih menghadapi tantangan inefisiensi dalam proses produksinya. Metode manual yang masih dominan, terutama pada tahap pemecahan es balok dan pemutaran adonan es puter, membuat proses ini memakan waktu hingga dua jam dan sangat bergantung pada tenaga manusia. Kondisi tersebut tidak hanya menghambat produktivitas, tetapi juga meningkatkan biaya operasional.
Menjawab permasalahan tersebut, mahasiswa UGM menghadirkan inovasi alat pemecah es balok sekaligus pemutar es puter otomatis bernama Enu-Cenner (Enumerator and Ice Spinner). Alat ini dirancang untuk mempercepat proses produksi sekaligus mengurangi ketergantungan pada tenaga manual sehingga lebih efisien dan ekonomis bagi pelaku usaha es puter skala rumahan.
Dalam penerapan inovasi, tim melangsungkan praktiknya bersama dengan mitra industri rumahan Yono Es Puter dan Es Krim di Sariharjo, Ngaglik, Sleman. Adaptasi teknologi ini dibersamai oleh tim yang terdiri dari Najmu Tsakib (Teknik Pengelolaan dan Perawatan Alat Berat), Marshall Gibran Wisnujati (Teknik Mesin), Halim Kusuma Putra (Teknik Mesin), Amalisa Putri Defita (Agronomi), dan Endra Tegar Sejati (Teknologi Rekayasa Elektro). Tim ini bekerja di bawah bimbingan Ir. Ma’un Budiyanto, S.T., M.T., IPU, dosen Sekolah Vokasi UGM.

Selaku pembimbing, Ma’un menyatakan bahwa Enu-Cenner lahir dari kolaborasi lintas disiplin dalam Program Kreativitas Mahasiswa – Penerapan Iptek (PKM-PI). IPTEK yang diangkat dalam kolaborasi ini berfokus pada pengembangan sistem otomatis sederhana yang dapat mempercepat proses pembuatan es puter tanpa mengurangi kualitas hasilnya. “Keterlibatan mahasiswa dari berbagai program studi ini menunjukkan komitmen UGM untuk melahirkan inovasi yang aplikatif bagi masyarakat,” katanya, Sabtu (18/10).
Terkait dengan manfaatnya, Endra Tegar Sejati memaparkan bahwa alat ini menggabungkan dua fungsi utama, yaitu sistem pemecah es balok (crusher) dan sistem pemutar es puter, dalam satu unit yang terintegrasi. “Secara teknis, es balok dimasukkan ke dalam crusher dan dipecah menjadi bagian-bagian kecil, kemudian langsung dialirkan ke dalam wadah berisi tabung es puter,” ujarnya.

Lebih lanjut, ia menjelaskan proses pemutaran dilakukan dengan kecepatan yang dapat diatur melalui frequency inverter converter sehingga hasil es puter lebih merata dan bertekstur lembut. “Alat ini juga dilengkapi dengan pengaman seperti MCB (Miniature Circuit Breaker) dan tombol darurat sehingga aman digunakan oleh mitra,” jelasnya.
Sejalan dengan itu, Marshall mengungkapkan karya ini hadir untuk menggantikan proses manual dengan sistem yang menyatu dalam satu alat. Dengan usaha ini, proses produksi yang sebelumnya memakan waktu lama dan memerlukan biaya tambahan untuk tenaga kerja dapat dioptimalkan.
Menjawab permasalahan industri kecil, Halim mengharapkan Enu-Cenner tidak hanya membantu mitra, tetapi juga dapat diaplikasikan oleh produsen es puter lainnya. Inovasi ini menunjukkan komitmen besar mahasiswa UGM dalam mendukung peningkatan produktivitas UMKM lokal, khususnya di sektor industri rumahan. “Enu-Cenner diharapkan dapat menjadi solusi berkelanjutan bagi para pelaku usaha es puter dalam menghadapi tantangan produksi,” pungkas anggota lain, Amalisa.
Penulis : Hanifah
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Tim PKM dan Suara Surabaya
