
Prof. Drs. Dwi Siswanta, M.Eng., Ph.D., resmi dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam Bidang Kimia pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada, Selasa (5/8), di ruang Balai Senat Gedung Pusat UGM. Dalam pidatonya yang berjudul “Rekayasa Biopolimer untuk Keberlanjutan: Inovasi Hijau bagi Lingkungan, Pangan, dan Kesehatan”, ia mengelaborasi poin terkait bidang tersebut yang beririsan dengan keilmuan kimia analitik dan kimia lingkungan.
Menurutnya, salah satu isu krusial yang banyak terjadi saat ini adalah pencemaran air oleh polutan berbahaya. “Kita tengah menghadapi tantangan global yang semakin kompleks dalam bidang lingkungan, pangan, dan kesehatan,” ujarnya.
Melihat teknologi pengolahan konvensional yang sering kali tidak mampu mengatasi kontaminan pada konsentrasi jejak, apalagi ketika polutan hadir dalam campuran kompleks, rekayasa biopolimer menjadi sebuah solusi strategis dan inovatif dalam menghadapi tantangan keberlanjutan. Biopolimer muncul sebagai material strategis yang dapat direkayasa untuk berbagai fungsi, salah satunya adalah biosorben. Biosorben sendiri bersifat biodegradable, bersumber dari biomassa terbarukan, dan lebih ekonomis.
Namun, kemampuan alami biopolimer sering kali juga belum memadai untuk suatu aplikasi praktis. Oleh karena itu, diperlukan rekayasa struktur untuk mengoptimalkan performa adsorpsi, meningkatkan selektivitas, serta memperluas kegunaan lintas sektor. Pendekatan rekayasa tersebut meliputi beberapa modifikasi yang mana mendesain biosorben secara fungsional dengan karakteristik unggul sehingga menjadi bagian dari paradigma rekayasa biopolimer yang multifungsi, adaptif, dan lintas disiplin. Di samping itu, penggabungan prinsip kimia hijau dan nanoteknologi menjadi pondasi penting bagi basis biopolimer pada pengembangan sistem. “Kimia hijau mengacu pada konsepsi penggunaan bahan terbarukan, efisiensi atom, pengurangan toksisitas, dan desain produk yang dapat terurai di alam,” paparnya.
Sementara itu, nanoteknologi membuka peluang dalam optimalisasi performa biopolimer hingga ke tingkat struktur nanometer yang mana proses tersebut memperluas permukaan spesifik, meratakan sebaran situs yang aktif, dan memperkuat interaksi dengan molekul target.
Rekayasa biopolimer diyakini bukan hanya menciptakan produk material, melainkan juga menawarkan platform inovasi yang bersifat inklusif, regeneratif, dan responsif terhadap tantangan zaman. Selain itu, arah riset masa depan juga termasuk sangat menjanjikan. Baginya, rekayasa biopolimer juga merupakan bentuk tanggung jawab moral dan ekologis. “Harapan saya, teknologi yang kami kembangkan dapat terus dilanjutkan dan diperluas, terutama untuk menjawab kebutuhan daerah-daerah yang kekurangan akses air bersih, perlindungan pangan, atau pemantauan lingkungan. Di titik-titik sunyi seperti itulah, ilmu harus hadir,” pungkasnya.
Penulis : Alena
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Donnie