Fakultas Farmasi kembali menyelenggarakan The 8th International Conference on Pharmacy and Advanced Pharmaceutical Sciences (ICPAPS 2023) and the 14th Annual Conference of the Indonesian Society for Cancer Chemoprevention (ISCC 2023). Konferensi Internasional tentang Farmasi dan Ilmu Farmasi Tingkat Lanjut (ICPAPS 2023) dan Konferensi Tahunan Perhimpunan Kanker Indonesia berlangsung selama tiga hari, 3-5 November 2023 di Auditorium Fakultas Farmasi UGM.
ICPAPS sendiri merupakan acara dua tahunan yang bertujuan untuk memfasilitasi pertemuan para ahli dan berbagi pengetahuan di kalangan apoteker dan ilmuwan farmasi. Sementara itu, Konferensi ISCC diigelar sebagai forum untuk menampilkan penelitian dan pendidikan di bidang kemoprevensi kanker.
Tema luas ICPAPS-ISCC 2023 berfokus pada ilmu farmasi dan perawatan farmasi untuk perawatan kesehatan berkelanjutan. Tema luas itupun untuk mengatasi berbagai kepentingan penelitian, karenanya lima simposium diselenggarakan dalam topik khusus Farmakologi, Kimia Farmasi dan Bioteknologi Farmasi (PPCP), Pendidikan Farmasi, dan Farmasi Sosial dan Administrasi, Farmasi Klinik (PESC), Farmasi & Obat Sistem Pengiriman (PDDS), Obat Herbal dan Produk Alam (HMNP) dan Kanker Kemoprevensi (PKC).
“Forum ini untuk mempertemukan para peneliti, akademisi, mahasiswa, praktisi di institusi dan industri kesehatan, dan pembuat kebijakan di bidang terkait dari seluruh dunia untuk bertukar dan berbagi pengalaman dan temuan mengenai farmasi, ilmu farmasi, dan kemoprevensi kanker”, ujar Prof. Dr. Satibi, S.Si., M.Si. Apt, Dekan Fakultas Farmasi UGM .
Konferensi yang digelar secara hybrid, ini menghadirkan beberapa pembicara ternama antara lain Dr Hilda Ismail (UGM), Prof Klaas Poelstra (Universitas Groningen), Prof Sudibyo Martono (UGM), dan Prof Subagus Wahyuono (UGM). Prof Verena M Dirsch (Universitas Wien), Prof. Dr. Barbro N. Melgert (Universitas Groningen), Prof Yoshitaka Hippo (Chiba CCRI), Prof Tao Liu (Children’s Cancer Institute Australia), Prof Edy Meiyanto (UGM), Dr Yusuke Suenaga (Chiba CCRI), Dr Herman Woerdenbag (Universitas Groningen), Dr Yow Hui Yin (Universitas Malaya), Dr Eelco Ruijter (VU Amsterdam), dan Prof Atanas Atanasov (Medical University of Vienna).
“Kegiatan ini untuk mengupdate perkembangan ilmu farmasis, bagaimana perkembangan teknologi ilmu farmasi dan farmasi klinik di update setiap dua tahun sekali dalam kegiatan international conference. Untuk kali ini peserta sekitar 200 an dari beberapa negara meskipun mayoritas masih dalam negeri, baik itu dari mahasiswa, dosen praktisi, industri maupun rumah sakit”, katanya.
Dengan tema besar soal peran perkembangan teknologi farmasi dalam rangka peningkatan health care and sustainable, para pembicara kegiatan ini mempresentasikan materi secara oral maupun poster terkait hasil-hasil penelitian terbaru. Sebagai pelaku di bidang kefarmasian diharapkan mampu meningkatkan perkembangan ilmu dan teknologi untuk ketahanan kesehatan.
Isu ini diangkat, menurut Satibi, karena pasca pandemi semua pihak merasakan betul bagaimana agar Indonesia memiliki ketahanan dalam kaitannya dengan obat dan bahan baku obat, alat kesehatan, bahan medis habis pakai. Peran farmasi ini, disebutnya sangat besar, dan di masa pendemi semua dihadapkan pada masalah ketersediaan obat, ketersediaan alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai.
“Semua pembicara menarik, seperti dari Groningen yang menyampaikan perkembangan nano technology untuk farmasi karena beberapa alumni Farmasi UGM juga mengembangkan riset-riset kaitannya dengan nano technology”, terangnya.
Sementara Dr Hilda Ismail, Kepala Pusat Studi Ketahanan Industri Farmasi UGM dalam ICPAPS kali ini mengangkat topik riset terkait dengan parasetamol. Hal ini penting mengingat parasetamol menjadi salah satu program dari pemerintah untuk ketahanan dari bahan baku obat.
Hampir semua orang menggunakan parasetamol, sayangnya industri farmasi dalam negeri belum bisa mensintesis sendiri. Disebutkan bahan baku obat ini hingga kini masih impor, dan ini berdampak pada beberapa obat yang memang sangat dibutuhkan oleh masyarakat.
“Parasetamol adalah salah satu prioritas dari pemerintah dan beberapa obat lainnya. Ini juga yang dimaksudkan dalam Riseet Pengembangan Unggulan Antar Universitas, dan masuk program UGM karena Presiden Joko Widodo beberapa tahun lalu memandatkan kaitannya dengan Parasetamol ini, dan salah satunya menunjuk Fakultas Farmasi UGM untuk melakukan riset”, imbuhnya.
Penulis : Agung Nugroho