Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada diminta untuk mengawal kemandirian obat dan alat kesehatan nasional yang masih menjadi pekerjaan rumah besar di republik ini. Untuk menghadapi tantangan tersebut, diperlukan perubahan paradigma penguasaan teknologi digital dan kecerdasan buatan (artificial intelligent/AI). Peningkatan kolaborasi dan sinergi lintas sektoral di bidang farmasi juga dibutuhkan untuk menciptakan kualitas ekosistem kesehatan yang terintegrasi serta berkelanjutan dalam pengembangan riset dan inovasi.
Pesan tersebut disampaikan oleh Rektor UGM, Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG(K)., Ph.D., saat menghadiri puncak perayaan Dies Fakultas Farmasi UGM ke-78 dan Rapat Senat Terbuka yang dilangsungkan Jumat (27/9) di Auditorium Gedung APSLC.
Rektor berharap adanya pergantian kabinet mendatang akan mengubah juga pola keberpihakan pemerintah terhadap upaya-upaya produksi dalam negeri, termasuk bidang farmasi. “Berbagai upaya telah kita lakukan, mulai dari kerja sama, inovasi, pengembangan kualitas riset dan juga keilmuan. Kalau kita lihat, tidak dipungkiri Fakultas Farmasi termasuk yang tertinggi untuk memproduksi informasi serta pengetahuan-pengetahuan baru,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Rektor mengucapkan terima kasih kepada senior, guru besar, dan seluruh civitas akademika Fakultas Farmasi atas capaian kinerja dan kontribusi yang luar biasa pada Tridharma Perguruan Tinggi yang telah diberikan untuk UGM. Ia berharap dengan perayaan Dies Natalis kali ini menjadikan Fakultas Farmasi terus berkembang dan menjadi pelopor pendidikan tinggi bidang farmasi yang inovatif agar mampu menjawab tantangan-tantangan global di masa depan.
Ketua Senat Fakultas Farmasi, Prof. Dr. apt. Zullies Ikawati, menyampaikan bahwa di usia ke-78 tahun, Fakultas Farmasi selalu menunjukkan komitmennya untuk pengembangan ilmu pengetahuan di bidang farmasi dan kesehatan. Hal tersebut bahkan telah diakui baik di tingkat nasional maupun internasional. Namun, Zullies percaya bahwa perjalanan tersebut masih panjang, apalagi bila dikaitkan dengan era society 5.0 di mana teknologi canggih dan inovasi menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari manusia, tidak hanya untuk efisiensi tetapi juga untuk menciptakan kesejahteraan dan kebahagiaan masyarakat.
Dalam sejarahnya, Fakultas Farmasi UGM didirikan oleh Kementerian Kesehatan RI pada tanggal 27 September 1946 dengan nama Perguruan Tinggi Ahli Obat (PTAO). Perguruan Tinggi ini tergabung dengan PT lainnya yang terdiri dari Kedokteran, Kedokteran Gigi, Pertanian, serta Kedokteran Hewan dan bertempat di Kompleks RSU Tegalyoso, Klaten. Pada 19 Desember 1949, Perguruan Tinggi Klaten dilebur dengan Sekolah Tinggi Teknik dan Sekolah Hukum milik Yayasan Perguruan Tinggi Gadjah Mada menjadi Universitas Gadjah Mada. Dalam perkembangannya, semua entitas berdiri sendiri menjadi Fakultas, sama halnya dengan Fakultas Farmasi yang kini telah memiliki enam Program Studi, yakni Sarjana Ilmu Farmasi, profesi apoteker, Magister Ilmu Farmasi, Magister Farmasi Klinik, Magister Manajemen Farmasi, dan Doktor Ilmu Farmasi yang semuanya telah mendapatkan akreditasi A (unggul) dari LAM-PTKes.
Di acara puncak Dies Natalis ini Dekan Fakultas Farmasi, Prof. Dr. apt. Satibi, S.Si., M.Si., menyampaikan laporan tahunan yang mencakup target capaian kinerja, bidang akademik dan kemahasiswaan, bidang keuangan aset dan sumber daya manusia, bidang pengabdian kepada masyarakat, kerja sama, dan alumni, serta kaleidoskop kegiatan sepanjang tahun 2024. Ia menuturkan, Fakultas Farmasi UGM telah mencatat sejumlah capaian signifikan terutama dalam bidang inovasi, pendidikan, kompetisi, dan kolaborasi baik nasional maupun internasional. “Dua dosen kami baru saja menorehkan prestasi yang membanggakan, mereka masuk dalam daftar 2% ilmuwan terbaik dunia versi Stanford University bekerja sama dengan Elsevier,” ungkapnya.
Satibi berujar semua capaian yang diraih oleh Fakultas Farmasi membutuhkan sinergitas, keselarasan, dan harmoni antara civitas akademika dan tenaga kependidikan, serta membangun networking dan kolaborasi antar lintas sektoral dan juga stakeholder terkait dalam mencapai kemajuan bersama. Satibi meyakinkan bahwa Fakultas Farmasi dapat berkontribusi dalam mendukung kemandirian obat dan bahan bakunya, peningkatan pelayanan kefarmasian dengan penguatan dan pengembangan kompetensi global lulusan Farmasi UGM yang unggul di kancah pendidikan tinggi internasional.
Di Puncak Dies Natalis juga diisi dengan orasi ilmiah dari Dra. apt. Evie Yulin, Presiden Director PT Merck, Tbk., yang merupakan alumnus berprestasi Fakultas Farmasi UGM. Sepanjang tahun 2017-2024, Evie menjadi Top 100 Businesswomen of The Year versi SWA Magazine majalah bisnis terkemuka yang menjadi rujukan bagi pelaku dan pengambil keputusan bisnis. Ia berorasi terkait peluang dan tantangan di ekosistem kesehatan Indonesia. “Indonesia menghabiskan lebih sedikit dana untuk R&D secara keseluruhan dibandingkan dengan negara lain. Paradigma ini yang harus dirubah jika ingin memajukan industri farmasi yang berdaya saing,” ujarnya saat membuka orasi.
Bagi Evie, dengan semakin banyaknya hasil penelitian dan inovasi dalam bidang farmasi yang dihilirisasi diharapkan dapat membantu dalam meningkatkan akses terhadap pengobatan yang lebih efektif dan efisien bagi kesehatan masyarakat. Kolaborasi Triple helix antara universitas, pemerintah, dan industri dibutuhkan untuk membangun ekosistem riset dan inovasi di Indonesia. “Kolaborasi ini digunakan untuk transfer pengetahuan dan adopsi teknologi yang mana keduanya sangat penting untuk inovasi dalam ekosistem kesehatan yang berkelanjutan,” pungkasnya.
Penulis: Triya Andriyani
Foto : Dok. Fakultas Farmasi