Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada terus mendorong publikasi riset dan menjalin mitra internasional dalam meningkatkan kualitas akademik dan membangun reputasi internasional. Dekan Fakultas Geografi, Dr. Danang Sri Hadmoko, S.Si., M.Sc. menyampaikan beberapa pencapaian yang berhasil dicapai oleh Fakultas Geografi UGM selama beberapa tahun terakhir. Beberapa diantaranya yaitu jumlah penelitian, serta sitasi dosen yang melebihi target pencapaian.
“Di bidang publikasi, pada periode 2024, jumlah luaran penelitian multidisiplin yang melibatkan peneliti lebih dari satu fakultas mencapai 82 judul dari 18 judul yang ditargetkan Jumlah sitasi dosen juga telah mencapai 860 dari 492 yang ditargetkan” Ungkapnya dalam Laporan Dekan pada Puncak Dies ke -61, Senin (2/9), di Auditorium Merapi Fakultas Geografi.
Selain itu, Fakultas Geografi juga berhasil menjalin kemitraan dengan berbagai pihak Internasional guna melaksanakan riset serta proyek bersama. Beberapa diantaranya adalah TH Köln University, University of Nagoya, serta University of Tasmania. Ia menyebutkan, di bidang kerja sama internasional, Fakultas Geografi UGM terus memperluas jaringan global untuk memperkuat inovasi dan penerapan Tridharma. Pada tahun 2024, Fakultas Geografi UGM memiliki 40 kemitraan internasional yang aktif. “Terdiri dari 35 kemitraan dengan universitas dan 5 kemitraan dengan mitra global yang tersebar di Eropa, Asia, Australia, dan Amerika,” jelasnya
Pada puncak Dies kali ini, selain Laporan Dekan juga disampaikan, sebuah orasi Ilmiah yang berjudul “Emisi Rendah Karbon, Planet Berkelanjutan dan Kontribusi Pemodelan Geografis (Geographic Modelling)” disampaikan oleh Dosen Geografi UGM Dr. Bowo Susilo, S.Si., M.T. Di pidato ilmiahnya, Bowo menjelaskan urgensi dari emisi karbon dengan segala dampaknya terhadap kehidupan manusia serta apa yang kontribusi yang dapat diberikan pemodelan geografis terkait masalah yang dihadapi. “Emisi gas rumah kaca atau emisi karbon mulai menjadi perhatian utama masyarakat global sejak akhir abad 20 hingga saat ini” Jelasnya.
Bowo menambahkan bahwa situasi dan kondisi di Indonesia sebagai negara nomor 6 penyumbang emisi karbon di dunia, dan menjelaskan bahwa langkah yang sudah kita ambil merupakan langkah yang sudah tepat dalam mengurangi emisi karbon. “Kita masih harus meningkatkan usaha kita dalam mengurangi karbon yang dihasilkan oleh negara ini.
Ia menyebutkan, pada tahun 2023, luas area hutan yang direhabilitasi mencapai 550.000 hektar, melampaui target tahunan sebesar 500.000 hektar. Reforestasi ini tidak hanya membantu mengurangi emisi karbon tetapi juga meningkatkan keanekaragaman hayati dan kualitas hidup masyarakat lokal yang bergantung pada sumber daya hutan” Tambahnya.
Menurutnya posisi Pemodelan Geografi sebagai salah satu instrumen yang bisa dimanfaatkan untuk menemukan solusi dalam rangka mengurangi emisi karbon yang dihasilkan oleh Indonesia. Hal ini dikarenakan Pemodelan Geografi dapat dimanfaatkan untuk mengeksplorasi beragam solusi yang mungkin diterapkan dalam rangka memecahkan permasalahan dan mendukung pengambilan keputusan. “Pemodelan geografis, secara langsung berkontribusi pada visualisasi spasial terhadap intensitas interaksi pemanfaatan sumber daya dan aktivitas manusia yang kemudian berafiliasi pada jumlah serapan atau emisi karbon” Jelasnya
Penulis : Hanif
Editor : Gusti Grehenson