Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada berhasil bertahan pada posisi terkemuka dalam QS World University Ranking by Subject 2024 dengan bertengger di peringkat 101-150 global, peringkat ke-21 Asia dan peringkat 1 di Indonesia. Capaian keberhasilan masuk dalam urutan peringkat seratusan dunia ini patut diapresiasi. Sebab, Fakultas Geografi UGM tidak hanya mampu mempertahankan posisinya sebagai institusi pendidikan tinggi yang berkelas dunia, tetapi juga secara konsisten bersaing dengan lembaga-lembaga pendidikan geografi ternama di Eropa dan Asia.
Dekan Fakultas Geografi UGM Dr. Danang Sri Hadmoko, S.Si., M.Sc., mengaku senang dan bersyukur Fakultas Geografi berhasil mempertahankan reputasinya dalam peringkat 101-150 dunia. Menurutnya salah satu kunci keberhasilan Fakultas Geografi adalah fokus berkelanjutan pada peningkatan kualitas sumber daya manusianya. Fakultas ini secara proaktif menerapkan kebijakan pembelajaran sepanjang hayat bagi para dosen dan tenaga kependidikan. Dengan komposisi dosen yang mencakup 79 orang terdiri 61 doktor dan 18 master, dengan 15 orang diantaranya memiliki jabatan guru besar. “Fakultas Geografi berkomitmen untuk terus meningkatkan kapasitas dan kualitas pengajarannya. Selain kompetensi akademik, dosen juga didorong untuk meningkatkan kapasitas di bidang industri dengan mengikuti sertifikasi kompetensi dan profesi,” kata Danang, Minggu (14/4).
Menurutnya, penguatan di bidang pendidikan ini diharapkan mampu menguatkan dampak kualitas lulusan Fakultas Geografi yang tidak hanya berkiprah di tataran nasional namun juga dapat memberikan kontribusi secara lebih luas di tingkat global. Dalam bidang pendidikan, Fakultas Geografi menawarkan enam program studi, yang meliputi tingkat Sarjana (S1), Magister (S2), dan Doktor (S3). “Masing-masing program studi terus diperbarui untuk memastikan bahwa mereka tetap relevan dengan standar akademis yang berlaku secara global,” ungkapnya.
Untuk meningkatkan program internasionalisasi, tiga program S1 telah mendapat akreditasi internasional ASIIN dan tahun ini akan menjalani re-akreditasi. Bahkan tiga program S2 dan S3 yang akan mengikuti akreditasi internasional ASIIN untuk pertama kalinya. Selain itu, penyelenggaraan program Doktor Double Degree sudah bekerja sama dengan universitas-universitas ternama seperti Université Paris 1 Panthéon-Sorbonne, Université Montpellier, Chiba University, dan Kobe University. “Untuk Program S2 juga terus dikembangkan dengan jejaring mitra internasional melalui skema LPDP Double Degree bersama Rijks Universiteit of Groningen, The Netherlands, pada dua program minat Magister,” jelasnya.
Keberhasilan Fakultas Geografi masuk dalam daftar 101-150 dunia ini menurut Danang juga tidak lepas dari hasil produktivitas riset dan publikasi internasional. Pada tahun 2023 lalu, tercatat jumlah publikasi yang bereputasi dan terindeks Scopus, dengan produktivitas yang menunjukkan bahwa setiap dosen menghasilkan 1-2 publikasi per tahun. Riset yang dijalankan mendapatkan dukungan dari berbagai skema pendanaan, baik internal maupun eksternal, dengan fokus pada tema “Sustainable Planet”. Tema riset ini mencakup riset-riset penting terkait keberlanjutan, perubahan iklim, penciptaan wilayah dan lingkungan yang cerdas dan berkelanjutan, serta mitigasi bencana. “Rasio riset per dosen di Fakultas Geografi terus meningkat dengan rerata minimal 1–2 riset per dosen,” paparnya.
Dalam menguatkan jejaring kerja sama internasional, sepuluh tahun terakhir Fakultas Geografi aktif dalam konsorsium global lintas benua, seperti Centre for Natural Resources and Development (CNRD), Southeast Asian Agriculture Consortia (SEARCA), Twincle (Japan & Southeast Asian Universities), Asian University Network (AUN), University 21 (U21), dan masih banyak lagi. Secara intensif Fakultas Geografi juga menjalin kerja sama dengan beberapa universitas top global seperti University of Oxford, University of Cambridge, National University of Singapore dan terlibat aktif dalam forum-forum internasional seperti UNEP, UNCCD, UNHabitat, PEDRR, G20 Land Initiatives.
Bagi Danang, penguatan jejaring kemitraan global ini tidak hanya mengukuhkan posisi Fakultas di kancah internasional, tetapi juga memperkaya peluang bagi pengembangan penelitian dan pendidikan yang lebih inovatif.
Penulis: Gusti Grehenson
Foto: Firsto