Reputasi institusi pendidikan merupakan hal yang krusial. Demi meningkatkan pengetahuan tentang hal tersebut, Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada rutin mengadakan kegiatan diskusi dan berbagi pengetahuan bersama yang dilakukan secara daring. Pada Senin (12/8), Fakultas Psikologi kembali melakukan kegiatan tersebut dengan berfokus pada pentingnya menjaga dan menghormati nama baik institusi.
Rahmat Hidayat, M.Sc., Ph.D., selaku dekan Fakultas Psikologi, menjadi pembicara dalam menyampaikan materi mengenai pembentukan karakter di universitas. Menurutnya, sangatlah penting untuk memiliki inisiatif untuk menjaga nilai-nilai institusi dan menghindari perilaku merugikan. Karakter yang unggul dan citra positif akan timbul apabila hal tersebut terus dijaga. “Dasar dari karakter yang unggul sangat penting bagi individu untuk berkontribusi positif pada masyarakat dan mengembangkan kepribadian yang bermartabat,” ujarnya.
Ia menyampaikan bahwa seluruh anggota civitas akademika dan staf harus berkomitmen untuk menjaga nama baik institusi dan integritas pribadi setiap individu. Sehingga, karakter yang terbentuk dapat mencerminkan integritas, etika, dan nilai-nilai positif. Sebagai salah satu pilar dalam pembentukan karakter, integritas melibatkan sikap jujur dan konsisten dalam tindakan sehari-hari. Rahmat mendorong seluruh anggota organisasi untuk dapat mengimplementasikan integritas dalam masing-masing pribadi.
Dalam pendidikan tinggi, Rahmat mengungkapkan bahwa integritas menjadi pondasi yang kokoh dalam membangun kepercayaan antara mahasiswa, dosen, dan staf sehingga peran aktif dari pendidik sangatlah penting. “Kampus harus menciptakan lingkungan yang mendorong mahasiswa untuk berkomitmen pada nilai-nilai positif dan memberikan teladan yang baik dalam setiap tindakannya,” ujar Rahmat.
Sang Dekan juga menekankan bahwa kolaborasi antara orang tua dan masyarakat dalam pembentukan karakter pun tak kalah penting. Dengan terciptanya lingkungan yang positif, akan mendukung perkembangan karakter mahasiswa di luar kampus. “Orang tua tentu memiliki peran sentral dalam membentuk karakter anak-anak mereka di rumah dan mendukung nilai-nilai yang diajarkan di kampus,” tuturnya.
Dibutuhkan pula adanya komitmen dari seluruh anggota civitas akademika untuk menghindari perilaku negatif juga menjadi kunci dalam membentuk karakter yang kuat. Setiap orang harus belajar mengendalikan diri dan menjauh dari godaan perilaku yang tidak etis atau merugikan.
Lebih lanjut, Rahmat menyampaikan bahwa perkembangan karakter dan kualitas dari mahasiswa juga dapat dilakukan dengan adanya perkembangan teknologi dalam pendidikan. Baginya, inovasi ini dapat menjadi cara untuk meningkatkan pengalaman belajar dan mempromosikan inklusi finansial. “Pendekatan ini tidak hanya mempersiapkan individu untuk pekerjaan yang layak tetapi juga membekali individu dengan keterampilan yang diperlukan untuk masa depan yang berkelanjutan,” katanya.
Pengembangan budaya integritas, perilaku etis, dan kolaborasi di antara civitas akademika, staf, orang tua, dan masyarakat, institusi dapat memastikan bahwa mahasiswa tetap menjadi mercusuar keunggulan dalam pendidikan. Komitmen ini nantinya tak hanya menguntungkan institusi, tetapi juga pada tujuan yang lebih luas dalam pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan sosial.
Reportase : S. Fauzi
Penulis : Lintang