
The 13th Gadjah Mada International Conference on Economics and Business (GAMAICEB) kembali digelar oleh Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Universitas Gadjah Mada pada Rabu (23/7). Mengusung tema ‘Bridging Academics and Practices: Boosting Social Impact in Tourism’, konferensi mengundang sejumlah pakar dan praktisi di bidang pariwisata guna membahas pengembangan sektor pariwisata yang mampu berkontribusi bagi lingkungan dan sosial. Konferensi digelar selama dua hari yakni 23-25 Juli 2025 di Yogyakarta dengan mengelaborasi berbagai topik menarik di lingkup ekonomi, manajemen, dan akuntansi yang berkelanjutan.
Wakil Rektor Bidang Penelitian, Pengembangan Usaha, dan Kerja Sama (PPUKS), Dr. Danang Sri Hadmoko, S.Si., M.Sc. menyampaikan, UGM sebagai perguruan tinggi memiliki tanggung jawab untuk terus mengembangkan kualitas pendidikan dengan merespon isu-isu strategis nasional dan global. “Pariwisata ini adalah sektor yang menjadi daya tarik tersendiri bagi lokalitas daerah. Kelebihan Indonesia tentunya memiliki berbagai objek wisata yang menarik, tapi bagaimana kita menjaga kualitas sekaligus meningkatkan kontribusi sosial itu menjadi penting,” ujarnya.
Sejalan dengan itu, Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian Kepada Masyarakat, Kerja Sama, dan Alumni, Gumilang Aryo Sahadewo, S.E., M.A., Ph.D. menyebut acara ini merupakan bentuk komitmen FEB UGM untuk terus menggerakkan kolaborasi lintas sektor bersama pemerintah dan industri. Ia berharap sinergi tersebut tidak berhenti pada kegiatan ini saja, tetapi berlanjut dalam program-program nyata yang berdampak luas. Menurutnya, kolaborasi yang berkelanjutan akan menjadi kunci dalam menghadapi tantangan global yang semakin kompleks. “Apresiasi dan ucapan terima kasih atas terselenggaranya acara ini. Tentunya semakin memperkuat visi dan misi kita bersama untuk bersinergi,” ucap Didi.
GAMAICEB 2025 menghadirkan sejumlah panel dengan tema besar yang berbeda. Pada salah satu panel, Asisten Deputi Tourism Human Capital Development and Vocational Education, Andar Danova L. Goeltom menjelaskan mengapa pengembangan pariwisata berkelanjutan menjadi penting. Ia menyebut bahwa saat ini kita sudah memasuki era pariwisata 4.0 yang mana objek-objek pariwisata tidak lagi sekedar dinikmati wisatawan, melainkan bagaimana sektor tersebut memiliki sumbangsih pada strategi keberlanjutan.
“Kita harus mengelevasi pariwisata ini dengan landasan fundamental sustainability. Jadi tidak hanya menciptakan kenyamanan bagi penjualan, namun juga memertimbangkan aspek lingkungan,” ucap Dianova. Salah satu implementasi nilai keberlanjutan yang dapat memberikan pengaruh positif bagi pemberdayaan masyarakat adalah program Desa Wisata. Program ini memberikan ruang partisipatif bagi masyarakat untuk andil langsung memajukan sektor wisata daerahnya.
Tantangan lain yang muncul adalah kesadaran dari pengelola sektor wisata itu sendiri. Dianova menambahkan, berkomitmen terhadap nilai keberlanjutan dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen. Maka penting bagi pengelola sektor pariwisata untuk memiliki green mindset dan kemampuan teknis untuk mewujudkan objek wisata yang ramah lingkungan. Ia menekankan bahwa perubahan paradigma ini harus dimulai dari pemahaman bahwa keberlanjutan bukan sekadar tren, melainkan kebutuhan jangka panjang. Selain itu, kolaborasi dengan pihak lain seperti akademisi dan komunitas lingkungan dapat mempercepat proses transformasi tersebut. “Sebanyak 17% pelanggan itu berkenan membayar lebih untuk berkontribusi pada lingkungan, jadi seharusnya ini menjadi peluang yang jelas,” tambahnya.
Direktur Utama Taman Mini Indonesia Indah, Ayu Kartika turut hadir dan menyampaikan contoh implementasi kontribusi lingkungan dan sosial yang telah dilakukan. Alumni pascasarjana FEB UGM ini menyebut TMII sudah jauh berubah dibanding tahun-tahun sebelumnya. Tidak hanya pembangunan dan nuansa kultural yang diperbarui, namun juga peningkatan pelayanan pariwisata. Saat ini, TMII sudah menjadi objek wisata yang ramah terhadap segala usia, termasuk anak-anak. Selain itu, TMII juga menyediakan pelayanan khusus bagi pengunjung disabilitas secara gratis.
Penyelenggaraan GAMAICEB 2025 dengan tema bidang pariwisata kembali memperkuat komitmen UGM terhadap nilai keberlanjutan. Sinergi antara akademik dan swasta menghasilkan perencanaan strategis yang memertimbangkan berbagai peluang dan tantangan ekonomi, lingkungan, dan budaya. Forum ini diharapkan terus membuka kesempatan kolaborasi demi mewujudkan inisiatif yang berdampak. Terlebih, pariwisata berkelanjutan kini menjadi isu global yang menuntut pendekatan lintas sektor dan multidisiplin. Melalui forum ini, UGM ingin menegaskan perannya sebagai katalisator perubahan menuju ekosistem pariwisata yang inklusif dan berkelanjutan.
Penulis/dok.: Tasya
Editor: Triya Andriyani