Tidak mudah meyakinkan Refiqka Asmilla Rahma. Meski, di hari Jum’at, 26 Maret 2024 sore teman-temannya menyambangi rumahnya dan memberi ucapan selamat, ia tetap belum merespons dengan gembira. Ia tetap belum yakin jika diterima kuliah di Fakultas Kedokteran Hewan UGM. Masih saja ia membuka pengumuman jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) berulang kali.
“Entah berapa kali buka tutup pengumuman. Berulang kali saya bertanya, benar ndak ini,” ucap Fiqka di rumahnya Sungai Batu RT 10 RW 3 Sukasari Kec. Sarolangun Kab. Sarolangun Prov. Jambi. Cukup bisa dimengerti jika Fiqka tidak langsung percaya. Baginya memilih UGM bagai mimpi yang terlalu tinggi.
Jujur, dia mengaku sesungguhnya di awalnya berkeinginan memilih IPB dengan Program Studi Kedokteran Hewan. Seiring berjalannya waktu, salah satu temannya tahu-tahu menentukan pilihan yang sama.
Fiqka mengurungkan keinginannya. Dalam ketidaktahuan mau kemana, ia sempat dipanggil pihak sekolah untuk mengganti pilihan. Ia mengalah dan menuruti arahan pihak sekolah. Memang bisa dimaklumi kebijakan SMA Negeri 1 Soralangun karena sekolahan berkeinginan mereka yang mendapat kuota SNBP memiliki peluang besar diterima di Perguruan Tinggi Negeri.
“Bingung waktu itu. Karena memang tidak mungkin dalam satu sekolah diperbolehkan memilih perguruan tinggi dan prodi yang sama,” akunya. Di tengah batas akhir pendaftaran yang semakin mepet, kepedulian datang dari teman-temannya. Mereka mendorong Fiqka memilih Fakultas Kedokteran Hewan UGM.
Keraguan muncul. Fiqka tidak sepenuhnya mengiyakan dorongan teman-temannya, iapun lantas meminta pendapat ibunya, Wiwik Purwaningsih. Tak kunjung bisa menentukan, ia teringat tantingan ayahnya. Ia masih ingat tantingan ayahnya saat duduk di kelas XI : koe ne wes lulus arep neng endi?
Ia mengaku selalu terngiang pertanyaan itu. Tak berapa lama kemudian sang paman yang juga adik kandung ibu di Klaten memintanya untuk nantinya bisa memilih UGM. “Om tidak berani kayaknya, UGM itu terlalu tinggi,” ucap Fiqka memberi jawab.
Mengingat semua itu, Fiqka sangat bersyukur karena merasa dikelilingi orang-orang yang peduli dan mencintai. Meski di luar itu, tak sedikit juga yang tidak suka padanya. Fiqka lahir dari pasangan Kasto dan Wiwik Purwaningsih, dan memiliki adik kandung Ferizka Asmilla Rahma. Kasto yang penjual mi ayam keliling di seputar Pasar Soralangun meninggal dunia di saat Fiqka duduk di kelas V SDN 64/VII Sukasari II Kec. Sarolangun.
Setelah itu, ibunya Wiwik Purwaningsih menikah lagi dengan Suyatno yang berprofesi sebagai tenaga serabutan di Perkebunan Kelapa Sawit. Pasangan inipun dikaruniai anak M. Raka Dirga Wijaya. “Ya sekarang ini, saya hidup bersama ayah sambungan, karena ibu menikah lagi karena merasa tidak kuat kalau membiayai hidup sendirian,” ungkap Fiqka. Kemiskinan yang menimpa keluarga menjadikan Fiqka seringkali mengalami ejekan teman sejak kecil. Tak jarang ia menahan semua itu, dan menangis ketika sampai di rumah. Ejekan yang terus ia alami menjadikannya terbiasa dan kuat. Ia cukup bisa bersyukur, karena bisa berdiam tak membalas apapun di saat teman-temannya yang tak suka padanya mengejek.
Bahkan di saat duduk di bangku SMA Negeri 1 Sarolangun, sebagian teman-temannya justru gemas dengan sikap Fiqka. Teman-temannya yang peduli padanya berharap agar Fiqka mau membalas mereka yang membulli. Harapan itupun tidak dipenuhi karena sekali lagi Fiqka memilih berdiam, diam, dan diam.
“Kenapa meski membalas. Ya sudah, sejak kecil aku mengalami itu. Sejak itu aku hanya ingin bapak nantinya bisa mengambil rapor dengan tegak kepala biarpun miskin,” ucap Fiqka meneteskan air mata.
Begitulah pilihan cara Fiqka membalas. Tidak dengan balasan cacian namun dengan prestasi-prestasi yang membanggakan.
Benar saja, almarhum Kasto selalu bangga manakala sedang mengambil raport kenaikan kelas. Kasto selalu bangga karena Fiqka menjadi langganan yang terbaik di kelasnya. Prestasi-prestasi inipun terus berlanjut saat bersama ayah sambungnya, Suyatno.
Bahkan saat duduk di bangku SMA Negeri 1 Soralangun, ia berhasil sebagai juara 4 Olimpiade kebumian tingkat kabupaten tahun 2022. Juara 2 olimpiade kebumian tingkat kabupaten tahun 2023 dan juara 1 lomba cipta puisi tingkat kabupaten 2023. Iapun aktif berorganisasi di Kerohanian Islam (Rohis) dan sebagai penghafal Al Q’uran (Tahfiz).
Bagi Fiqka membagi waktu menjadi kunci keberhasilannya meraih prestasi. Gadis yang memiliki hobi membaca, ini selalu meluangkan waktu belajar setelah sholat isya hingga pukul 22.30.
“Kalau sampai jam 23, aku malah kadang pusing. Makanya harus membatasi,” terangnya.
Tidak hanya itu, di saat jam kosong pelajaran ia memanfaatkan waktu membaca novel. Ia akan asyik berada dibawah meja untuk membaca novel.
Baginya kelas kosong pelajaran tidak bisa dimanfaatkan untuk belajar. Kelas kosong biasanya ribut karenanya ia memilih membaca novel.
Fiqka mengaku masuk tipe orang yang bisa belajar jika masuk posisi fokus. Jika belum fokus, katanya, mudah buyar. Namun jika sudah fokus mau dibilang di sebelah ada geledek iapun tidak peduli.
“Di rumah kan banyak buku. Kalau sudah pegang buku dan fokus sampai dipanggil pun saya tidak mendengar,” akunya.
Fiqka bercerita jika kebetulan musim kemarau, sebelum berangkat sekolah iapun berkesempatan membantu ibunya menjemur jagung. Ia tak segan membawa dagangan jagung marning dan keripik tempe ibunya untuk dijual di sekolahnya.
“Lumayan berapapun keuntungan bisa membantu pembiayaan kebutuhan rumah,” ucap Fiqka.
Kini Fiqka merasa lega karena diterima kuliah di Fakultas Kedokteran Hewan UGM dengan mendapatkan subsidi UKT 100 persen dari UGM. Baginya dengan kesempatan kuliah di UGM membuka harapan baru untuk keluarganya.
“Pinginnya kuliah nanti lancar, setelah lulus ada sih niatan kembali ke daerah transmigrasi di Jambi, karena disini kan belum ada dokter hewan, dan banyak pemilik sapi dan kambing,” imbuhnya.
Wiwik Purwaningsih, kini bisa tersenyum lega melihat Fiqka diterima kuliah di Fakultas Kedokteran Hewan UGM dengan mendapatkan subsidi UKT 100 persen. Ia berharap Fiqka akan baik-baik kuliah di UGM dan diberi kelancaran.
“Saya mau nyangoni apa, saya juga tidak punya. Berdoa saja semoga Fiqka selalu sehat, bisa kuliah dengan baik dan jangan lupa sholat,” ungkapnya.
Penulis: Agung Nugroho
Foto: Donnie