
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIPOL) Universitas Gadjah Mada menjadi tuan rumah rangkaian Global Humanities Alliance (GHA) Annual Meeting 2025 yang berlangsung pada tanggal 30 September hingga 2 Oktober 2025. Global Humanities Alliance (GHA) merupakan konsorsium internasional yang mempertemukan delapan institusi pendidikan tinggi dari seluruh dunia untuk mendorong pendekatan humaniora yang inklusif, reflektif, dan lintas budaya. FISIPOL UGM merupakan salah satu institusi pendiri atau salah satu inisiator aliansi tersebut.
Membuka rangkaian kegiatan GHA ini, Fisipol UGM menggelar roundtable bertajuk “GHA Roundtable on International Collaboration and Launch of the GHA Website” yang diadakan di Auditorium lt. 4, Fisipol UGM, Selasa (30/9). Diskusi ini dilakukan oleh perwakilan dari delapan mitra universitas untuk membahas praktik terbaik dalam melakukan kolaborasi internasional.
Delapan panelis yang mewakili mitra universitas tersebut antara lain Associate Professor Mitul Baruah (Ashoka University), Amy Burton (The University of Melbourne), Professor Jacqueline Dutton (The University of Melbourne), Dr. Anne Kamau (University of Nairobi), Dr. Wawan Masudi (Universitas Gadjah Mada), Professor Valeria Palanza (Pontificia Universidad Católica de Chile), Assistant Professor Narongdej Phanthaphoommee (Mahidol University), Professor Mariana Mota Prado (University of Toronto), dan Professor Angie Wilson (University of Manchester). Mereka merefleksikan pendekatan institusi terhadap kemitraan, berbagi wawasan untuk menjadikan sebuah kolaborasi yang ideal, serta menyoroti manfaat dari keterlibatan global pada GHA sejauh ini.
Dr. Wawan Masudi, Dekan Fisipol UGM, mengatakan FIsipol UGM dalam menjalankan kolaborasi internasional, menekankan pada dua aspek yakni keunggulan riset serta inovasi dalam pengajaran dan pembelajaran. “Untuk keunggulan riset, kami (Fisipol) telah menetapkan tiga bidang prioritas utama yaitu perubahan iklim dan keberlanjutan, inklusi sosial dan kesetaraan, serta transformasi digital dan data,” jelasnya.
Dalam hal kemitraan dan kolaborasi strategis, Fisipol UGM juga berupaya untuk membangun kolaborasi yang berkelanjutan dan terprogram dengan universitas secara global di masa mendatang. “Kami percaya bahwa kemitraan ini akan membuka peluang baru bagi UGM dan dapat menjadi model kolaborasi global yang lebih kuat. Kami juga memiliki visi untuk bereputasi internasional yang mampu mendorong kemajuan bangsa menuju Indonesia sebagai negara maju pada tahun 2050,” ungkap Wawan.
Pada kesempatan yang sama, panelis lain juga menjelaskan strategi universitasnya dalam menjalankan praktik kolaborasi internasional. Professor Mariana Mota Prado dari University of Toronto meyakini bahwa keterlibatan universitas dalam kolaborasi internasional dapat memperkuat sebuah komunitas akademik dan menggunakan 4 pilar untuk melakukan kolaborasi internasional. Pilar pertama adalah kesempatan global bagi mahasiswa difasilitasi melalui mobilitas mahasiswa dan kelas kolaborasi internasional. Sementara pilar yang kedua adalah riset bersama dengan mitra internasional difasilitasi melalui kegiatan seperti lokakarya maupun pendanaan bersama penelitian.
Lebih lanjut, pilar ketiga yang dijelaskan oleh Mariana untuk University of Toronto adalah Pelatihan atau pengembangan mahasiswa pascasarjana melalui joint educational placements, program double degree, dan international visiting graduate students. “Dan terakhir namun tidak kalah penting, adalah alasan mengapa kita semua berkumpul di sini hari ini, yaitu membangun aliansi strategis melalui jejaring internasional,” jelas Mariana.
Professor Angie Wilson dari University of Manchester menambahkan agar semua pihak dalam sebuah kolaborasi internasional dapat memiliki pemahaman dan tujuan yang sama (shared values). Dengan begitu, sebuah kolaborasi yang diciptakan akan membangun universitas menjadi lebih baik. “Dalam percakapan seperti ini, hal pertama yang muncul bagi kami adalah soal shared values. Universitas perlu memastikan bahwa siapa pun yang menjalin kemitraan dengannya bersedia untuk berdialog. Karena inti dari nilai yang sama adalah memproduksi pengetahuan bersama,” ujarnya.
Sebelumnya, telah dilaksanakan penandatanganan MoU terkait penguatan GHA, yang ditandatangani oleh empat perwakilan universitas anggota: Angelia Wilson (University of Manchester), Danang Sri Hadmoko (Universitas Gadjah Mada), Jennifer Balint (University of Melbourne), dan Mariana Mota Prado (University of Toronto). Selain itu, dilakukan penandatanganan Amendment Student Exchange Agreement antara Universitas Gadjah Mada dan University of Melbourne. Perjanjian ini ditandatangani oleh Dr. Danang Sri Hadmoko, Wakil Rektor Bidang Penelitian, Pengembangan Usaha, dan Kerja Sama UGM, bersama Prof. Jennifer Balint dari University of Melbourne.
Penulis : Lintang Andwyna
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Salwa