Seiring dengan berbagai perubahan yang terjadi, perilaku adaptif harus terus diupayakan. Problematika tidak lagi dipandang sebagai masalah perseorangan atau satu pihak saja, melainkan tanggung jawab bersama. Oleh karena itu, diperlukan adanya leading innovation melalui serangkaian penelitian untuk merumuskan strategi efektif di masa depan. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) UGM, menjadi salah satu kontributor yang menjawab isu tersebut melalui buku “Ilmu Sosial Politik Mada Depan: Menjawab Megashift”.
“Kita melihat bagaimana perkembangan teknologi dan inovasi menjadi pangkal munculnya transformasi digital. Kesemua itu menjadi apa yang kita kenal sebagai disrupsi. Menimbang efek, implikasi, dan cakupannya luas, disrupsi ini kita sebut sebagai Megashift. Proses munculnya disrupsi ini berkaitan dengan sejauh mana ilmu sosial dan ilmu politik dapat beradaptasi,” ucap Prof. Dr. Poppy Sulistyaning Winanti, S.IP., M.PP. selaku editor buku bersama Dekan Fisipol UGM, Wawan Mas’udi, S.IP., MPA, Ph.D. Buku ini menjelaskan bagaimana disrupsi telah merubah cara pandang, khususnya dalam konteks transformasi digital dan perubahan iklim.
“Disrupsi telah membawa perubahan besar dalam cara kita mengkaji tata kelola kuasa. Tiga aspek yang berubah secara luar biasa, pertama terkait dengan sumber dan arena kekuasaan. Kedua, disrupsi telah melahirkan struktur pemenang dan yang kalah dalam konteks tata kelola kekuasaan yang baru. Ketiga, disrupsi telah melahirkan cara-cara berkuasa yang baru. Kekuasaan yang berbasis elektoral, namun itu tidak cukup,” ungkap Wawan. Perdebatan terkait bagaimana dunia politik harus merespons terhadap problematika akibat disrupsi dihadirkan dalam buku ini. Ditulis oleh beberapa akademisi UGM, artikel-artikel dalam buku ini menyajikan tawaran ide dan inovasi melalui riset penelitian.
Marwa, M.Sc., Dosen Hubungan Internasional UGM, mengungkapkan salah satu contoh nyata pentingnya peran sosial politik dalam berbagai isu. “Contohnya yaitu adanya perubahan regulasi oleh pemerintah, dalam bentuk ditetapkannya batas emisi karbon. Nah, batas ini tentu akan berdampak pada sektor-sektor tertentu, sehingga harapannya kebijakan dapat mendorong investor untuk mendukung teknologi dan usaha yang rendah emisi,” tuturnya. Secara langsung, sektor sosial politik menjadi salah satu penentu utama yang bisa memberikan arah gerak bagi tujuan tersebut.
Proses panjang penyusunan buku ini bahkan telah dimulai sebelum September 2023 lalu. Membutuhkan ketelitian dan diskusi panjang dalam menelurkan inovasi riset guna menjadi acuan bagi dunia akademik. Peran perguruan tinggi di masa mendatang tidak lagi berkutat untuk menyelesaikan persoalan akademik saja. Kontribusi langsung melalui upaya kerja sama lintas sektor dan disiplin perlu menjadi pertimbangan. Harapannya, dengan rilisnya buku ini, Fisipol UGM dapat memberikan berbagai pertimbangan politik untuk menjawab tantangan disrupsi.
Penulis: Tasya
Foto: Asianpost.id