Sebanyak 78 gerobak sapi ikut parade keliling kampung sejauh kurang lebih 5 kilometer di wilayah Hargobinangun, Pakem, Sleman, Minggu (25/8). Sejak pagi, gerobak-gerobak sapi berjalan beriiringan dimana satu gerobak ditarik 2 ekor sapi Peranakan Ongole (PO) putih, dengan diawak oleh satu orang Bajingan atau sopir Gerobak Sapi dan satu orang yang bertugas sebagai navigator. Saat karnaval berlangsung, para pengunjung diperkenankan ikut duduk di bagian belakang gerobak sapi.
Arak-arakan puluhan gerobak sapi keliling kampung ini merupakan bagian dari kegiatan Festival Gerobak Sapi Merdeka yang diselenggarakan oleh Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) UGM dalam rangka memeriahkan rangkaian Dies Natalis FKH UGM ke 78 dan perayaan ulang tahun ke-16 kelompok penunggang gerobak sapi Pangrekso Andini Karyo (PAK).
Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian Masyarakat, Kerjasama dan Alumni dari FKH-UGM, yaitu Prof. Dr. drh. Aris Haryanto, M.Si mengatakan pada Festival Gerobak Sapi kali ini diikuti 5 kelompok gerobak sapi. “Ada lima kelompok penunggang gerobak sapi yang ikut festival ini,” kata Aris.
Kelima kelompok Gerobak Sapi tersebut diantaranya Kelompok Pangrekso Andini Karyo, Langgeng Sehati, Makarti Roso Manunggal, Manunggal Lestari, dan Pager Merapi yang berasal dari Klaten, Jawa Tengah.
Sedangkan Sapi yang diikutkan adalah sapi potong berjenis Peranakan Ongole (PO). Salah satu ciri khas Sapi PO ini adalah badan yang tinggi besar, berwarna putih keabu-abuan, dan mempunyai punuk di belakang kepala. “Sapi-sapi PO ini mendapatkan perawatan yang maksimal dan sudah pasti sehat karena mampu dan sudah terbiasa untuk menarik gerobak dan melakukan perjalanan yang cukup panjang”, ungkapnya.
Aris menambahkan setelah melakukan parade keliling dan kembali ke Lapangan Pojok Hargobinangun, Pakem Sleman, Festival Gerobak Sapi dimeriahkan 2 macam perlombaaan yang bisa diikuti yaitu Lomba Drag Race Gerobak Sapi dan Lomba Tunggang Serasi.
Untuk Lomba Drag Race atau perlombaan ketangkasan ini maka para Bajingan mengendarai Gerobak Sapi tanpa navigator. Ketentuan lain gerobak sapi disediakan oleh panitia, dan selama drag race berlangsung, sapi dan gerobaknya harus melewati rute yang sudah dirancang dan tidak boleh melebihi batas waktu 5 menit. “Yang menjadi penilaian adalah bagaimana ketangkasan bajingan terampil mengendalikan sapi yang ditungganginya tanpa menyentuh batas tali dan mampu melewati pasak,” terangnya.
Sedangkan untuk perlombaan Tunggang Serasi Sapi bersifat individu dimana masing-masing penunggang dan sapinya harus mampu melewati rute berliku dalam waktu kurang dari 2 menit. Sapi diharapkan menurut dan mampu diarahkan untuk memberikan penghormatan di depan panggung selama 30 detik dan melewati rute-rute yang telah ditentukan tanpa menginjak batas garis putih.
Untuk Lomba Drag Race Gerobak Sapi, juara 1 diraih oleh Bajingan Suwardi dengan catatan waktu 1:31, juara kedua diraih oleh Dayu dengan catatan waktu 1:37 dan Ari catatan waktu 1:38. Sedangkan Lomba Tunggang Serasi berhasil keluar Juara 1 Sapto dengan catatan waktu 01.11.59, Juara 2 Iza dengan waktu 01.13.73 dan Juara 3 Dani dengan catatan waktu 01.22.91. Para pemenang kedua jenis lomba tersebut berhak mendapat hadiah berupa tropi Dekan FKH UGM, sertifikat juara dan sejumlah uang pembinaan.
Pada kesempatan ini, Aris Haryanto tertarik dan memberi perhatian secara khusus kepada Gani Mustofa salah satu pemenang Tunggang Serasi yang masih berumur 7 tahun. Menurutnya keikutsertaan Dani dalam lomba ini patut menjadi contoh remaja yang masih duduk di sekolah MTS yang ikut memeriahkan perlombaan tersebut mampu menunggang sapi dengan baik. “Memang perlombaan-perlombaan tunggang sapi ini, tidak hanya diikuti orang dewasa tetapi juga para remaja dan bahkan anak-anak,” katanya.
Penulis : Agung Nugroho