Fakultas Matematika dan Ilmu Pengtahuan Alam UNiversitas Gadjah Mada (FMIPA UGM) dan Pertamina Hulu Energi Upstream Innovation (PHE – UI) tengah menjalin kerja sama riset di bidang geofisika. Pada kegiatan Kick Off Meeting serta Monitoring dan Evaluasi pada 3 – 4 Juli 2023 di Fakultas MIPA UGM beberapa lalu dibahas soal perkembangan beberapa riset kolaborasi tentang studi Inovasi Geophysical Cloud Based Computational Tools-Passive Seismik Lanjutan, Studi Metode Electric-Assisted Enhanced Oil Recovery (EEOR) untuk meningkatkan Produksi Minyak dengan Memperbaiki Karakteristik Fluida di Lapangan Pertamina, Studi Inovasi Clean Technology SP-ERT untuk Pemantauan Injeksi Air, dan Studi Pengembangan Drone Magnetometer.
Kedua pihak, yaitu FMIPA UGM dan PHE-UI hadir dalam acara ini dengan jumlah 25 orang. Di antara perwakilan PHE-UI yang ikut serta adalah Teguh Suroso selaku Chief Innovation Geophysics, Boko Suwardi selaku Senior Specialist Innovation Geophysics, Arief Rachman sebagai Chief Innovation Process and Facility, serta Metrik Pradana selaku Senior Specialist Innovation Process and Facility.
Salah satu peneliti Geofisika FMIPA UGM, Dr. Wiwit Suryanto, mengatakan kolaborasi riset ini sudah dirintis sejak tahun 2008. Menurutnya, studi riset dalam bidang pengembangan eksplorasi teknologi migas ini merupakan pengalaman panjang dari Fakultas MIPA dalam membangun kerja sama . “Tentu kerja sama dengan industri memunculkan tantangan bagi FMIPA UGM untuk menghasilkan riset yang bagus, meningkatkan kompetensi dosen dan mendorong lulusan juga dapat terserap oleh industri,” jelas Wakil Dekan Bidang Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat FMIPA UGM ini.
Perwakilan dari Pertamina Upstream Innovation, Arief Rahman, mengatakan ada empat studi kerja sama riset yang sudah dilakukan dengan FMIPA UGM yakni studi pengembangan perangkat lunak Cloud Based Computational untuk pengolahan data seismik pasif lanjutan.
“Perangkat lunak ini telah diimplementasikan untuk pengolahan data lapangan dan akan terus dikembangkan untuk metode seismik pasif lainnya,” kata Arief.
Sementara dalam studi monitoring dan evaluasi metode EEOR, menurut Afif Rakhman selaku peneliti dari FMIPA UGM lainnya, telah diimplementasikan ke Lapangan Klamono, Sorong, Papua, pada bulan Mei lalu. Rencananya alat ini akan terpasang hingga 2 bulan ke depan. “Dari sisi metode kita sudah mendapatkan cukup banyak data untuk nantinya bisa kita evaluasi. Ke depan kita mengharapkan alat ini bisa berkembang menjadi lebih kokoh dan andal,” katanya.
Riset soal pengembangan drone magnetometer yang telah dikembangkan Dr. Wahyudi dan Suhari, S.Si., M.Si dari FMIPA UGM diketahui memiliki potensi untuk mendeteksi keberadaan pipa yang terpendam di dalam tanah. “Kita akan menggunakan magnetometer fluxgate, per komponen. Harapannya, respons terhadap objek yang kita ukur bisa lebih baik.” ujar Wahyudi.
Sedangkan Dr. T. Marwan Irnaka menyampaikan hasil perkembangan risetnya mengenai Studi Inovasi Clean Technology SP-ERT yang digunakan untuk pemantauan injeksi air. Studi ini sudah memasuki tahun kedua, dari mulai pengembangan porouspot, sistem akuisisi menggunakan bak uji di laboratorium, kini mulai diarahkan pada pengembangan aplikasi monitoring otomatis. “Bulan Juli ini clean technology akan diimplementasikan ke salah satu lapangan milik Pertamina untuk pemantauan injeksi air,” pungkasnya.
Penulis: Gusti Grehenson