Tim Desa Binaan Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada (UGM) bekerja sama dengan Kelompok Wanita Tani (KWT) Rejosari di Dusun Kledokan, Caturtunggal, Kabupaten Sleman mengembangkan pertanian lokal dengan memanfaatkan lahan kosong sebagai kebun sayur. Lahan seluas kurang lebih 1.000 m² yang digunakan oleh KWT ini merupakan pinjaman dari tanah kas desa dan disediakan secara gratis. Pengerjaan lahan juga mendapat dukungan dari Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL), sementara UGM berperan dalam membantu penyediaan bibit serta melakukan pengawasan untuk meningkatkan produktivitas KWT Rejosari.
Penanggung jawab Tim Desa Binaan Fakultas Biologi UGM, Dr. Dra. Raden Roro Upiek Ngesti Wibawaning Astuti, B.Sc., DAP&E., M.Biomed., menjelaskan Fakultas Biologi telah terlibat dalam pembinaan KWT sejak 2013, awalnya hanya di wilayah Mrican, dan sejak setahun terakhir diperluas ke Dusun Kledokan, Kelurahan Caturtunggal. Upiek, demikian ia akrab disapa, menyatakan komitmennya untuk terus mendampingi KWT hingga mencapai kemandirian. “Saya yakin UGM tidak akan lepas tangan, karena ada 14 KWT di sini yang harus dibina. Harapannya, keempat belas KWT itu nantinya bisa mandiri. Kami akan terus berkoordinasi dengan pihak kelurahan dan mungkin akan melibatkan Fakultas lainnya juga,” jelasnya.
Dengan lahan seluas 1000 meter persegi, tim Desa Binaan Fakultras Biologi akan menyiapkan bibit tanaman sayur dan mengajak KWT Rejosari menanam, merawat, serta membantu membangun infrastruktur seperti pipa untuk penyiraman. “Mahasiswa kami pun terlibat aktif, mereka akan datang untuk membantu menyiram dan merawat tanaman,” ungkap Upiek.
Melalui program desa binaan, kata Upiek, tidak hanya memberi pendampingan di sektor pertanian, namun bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran kolektif di kalangan anggota KWT akan pentingnya pemanfaatan lahan yang optimal dan ramah lingkungan. “Kita ingin anggota KWT semakin sadar akan potensi ekonomi yang dapat diraih melalui pertanian berkelanjutan,”ungkapnya.
Seperti diketahui, KWT Rejosari Dusun Kledokan memiliki 30 anggota yang sudah menanam berbagai varietas tanaman unggulan seperti timun baby, bayam, kacang panjang, dan kacang tanah. Martin, selaku Ketua KWT Kledokan, menyampaikan bahwa hasil panen tidak hanya bermanfaat untuk konsumsi pribadi anggota, tetapi juga dijual secara komersial. “Kami tidak kesulitan dalam pemasaran. Saat panen melimpah, anggota kami memasang status di media sosial untuk menjual hasil panen kepada rekanan mereka. Kami lalu mengkoordinasikannya,” ujar Martin.
Kerja sama antara Fakultas Biologi UGM dan KWT Rejosari juga diharapkan menjadi contoh model pertanian kolaboratif antara akademisi dan masyarakat lokal. Melalui keterlibatan UGM, para anggota KWT mendapatkan pengetahuan teknis pertanian yang lebih baik, termasuk teknik bercocok tanam dan perawatan tanaman yang lebih efisien.
Penulis : Rahma Khoirunnisa
Editor : Gusti Grehenson