Universitas Gadjah Mada memiliki komitmen yang kuat untuk mendukung langkah-langkah implementasi pembangunan berkelanjutan sebagaimana diterjemahkan dalam 17 SDGs. Dalam memperkuat pendidikan berkualitas, implementasi SDGs diwujudkan melalui berbagai kanal strategis, diantaranya dengan konten pembelajaran daring terbuka berbasis Massive Open Online Courses (MOOC) dan kredensial mikro.
Baru-baru ini, UGM sebagai anggota inti konsorsium Southeast Asian University Consortium for Graduate Education in Agriculture and Natural Resources atau disingkat University Consortium (UC) bersama anggota perguruan tinggi lain dalam lingkup The Southeast Asian Regional Center for Graduate Study and Research in Agriculture (SEARCA) kembali mendapatkan pendanaan dari ERASMUS+ untuk mengembangkan modul Post Graduate Micro-Credential on Food Security & Climate Change (PMC FSCC) mulai tahun 2024 ini.
Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Pengajaran Universitas Gadjah Mada, Prof. Dr. Wening Udasmoro, SS, M.Hum., DEA mengatakan pengembangan modul PMC FSCC diketuai oleh Kasetsart University, Thailand dan UGM berperan dalam pengembangan modul kredensial mikro dan mendorong harmonisasi kebijakan antar perguruan tinggi dalam jaringan konsorsium SEARCA. “UGM menyusun tentang standarisasi modul kredensial mikro, penjaminan mutu konten dan proses pembelajaran, peraturan pendukung hingga pengakuan dan transfer kredit bagi peserta PMC FSCC,” kata Wening, Sabtu (11/5).
Keterlibatan UGM dalam memimpin pengembangan modul PMC FSCC ini, diakui Wening, merupakan wujud implementasi semangat inklusif UGM dalam Pendidikan dengan berkomitmen membuka peluang dan kesempatan masyarakat luas untuk mengakses dan menikmati IPTEKS UGM melalui berbagai platform pembelajaran daring terbuka melalui kanal ugmonline.id.
Wening dan tim pengembang menargetkan modul PMC FSCC akan siap diakses oleh masyarakat luas secara lengkap pada tahun 2025 dan menjadi inisiatif terbaik dalam kolaborasi regional di Asia Tenggara untuk pengembangan pengetahuan bagi masyarakat luas dalam lingkup global. “Modul akan siap diakses luas oleh masyarakat pada tahun 2025,” ujarnya.
Direktur Direktorat Kajian dan Inovasi Akademik UGM, Dr.Agr.Sc. Ir. Hatma Suryatmojo, S.Hut., M.Si., IPU, ASEAN.Eng., mengatakan pengembangan PMC FSCC melibatkan 9 perguruan tinggi di Asia Tenggara, SEARCA, dan 2 perguruan tinggi di Eropa. Program ini merupakan kelanjutan dari kerja sama untuk mengembangkan program Master of Science bersama dalam Ketahanan Pangan dan Perubahan Iklim dengan pendanaan dari ERASMUS+ pada tahun 2016-2019 lalu.
Pengembangan modul pembelajaran daring ini juga bertujuan untuk memanfaatkan kemajuan teknologi digital untuk mengembangkan dan menawarkan modul online yang terbuka luas untuk meningkatkan kompetensi dan skills dalam kontribusi mengatasi permasalahan ketahanan pangan dan perubahan iklim yang disajikan melalui modul kredensial mikro pada tingkat pasca sarjana. “Modul PMC FSCC akan menjadi wujud nyata kontribusi UGM dalam implementasi tujuan pembangunan berkelanjutan,” katanya.
Menurut Hatma, pengembangan modul PMC FSCC akan menjadi wujud nyata kontribusi UGM dalam implementasi tujuan pembangunan berkelanjutan terutama pada SDG 1 (No Poverty); SDG 4 (Quality of Education); SDG 8 (Decent Work and Economic Growth); SDG 10 (Reduce Inequalities); SDG 13 (Climate Action); SDG 14 (Life Below Water); SDG 15 (Life on Land) dan SDG 17 (Partnerships for The Goals).
Penulis: Gusti Grehenson