Sejumlah Guru besar di lingkungan Universitas Gadjah Mada mengikuti Pelatihan Kepemimpinan yang dikemas dalam Academic Leadership Training on Innovative Transformation for University Development and Empowerment (The Altitude), Jumat (31/1), di ruang Balai Senat, Gedung Pusat UGM. Pertemuan ini merupakan pelatihan kepemimpinan yang ditujukan bagi para guru besar dari berbagai perguruan tinggi nasional untuk meningkatkan komitmen pendidikan bermartabat dan inovatif.
Sejak tahun lalu, The Altitude UGM juga diikuti oleh lebih dari 50 guru besar Indonesia yang ditujukan untuk meningkatkan kapasitas kepemimpinan para guru besar dalam format Training of Trainers (ToT). Tahun ini, The Altitude mengangkat persoalan mengenai leadership dan inovasi kolaborasi dengan industri dan teknologi. Melalui majelis Dewan Guru Besar UGM, diharapkan para guru besar memiliki wadah untuk mentransfer ilmu dan mentransformasikan mahasiswa.
Ketua Dewan Guru Besar (DGB) UGM, Prof. Dr. Muhammad Baiquni, MA mengatakan The Altitude menjadi langkah awal bagi UGM dan perguruan tinggi nasional dalam berkontribusi pada pembangunan kemanusiaan, ekonomi, dan negara. Pertemuan ini juga memperkuat posisi dan eksistensi guru besar sebagai gelar tertinggi di dunia akademik. “Harapannya, beragam inovasi dan dedikasi para guru besar nantinya mampu membuka pintu kemajuan bagi ilmu pengetahuan,” kata Baiquni.
Ia menekankan pentingnya kepemimpinan dengan konsep “Astha Brata” yang bermakna “Kepemimpinan Membumi”. Menurutnya, ada banyak faktor untuk menciptakan kepemimpinan yang membumi dengan meningkatkan ketangguhan, keberanian dan menjaga keseimbangan diri secara lahir dan batin.” Kita perlu menjadi tangguh, berani, namun juga menjaga keseimbangan diri dan memberi pedoman,” tuturnya.
Menurutnya, seorang pemimpin harus mampu memahami persoalan tidak hanya dari sudut pandangnya, melainkan dari faktor terkecil sekalipun.
Dalam konteks pengembangan inovasi, Prof. Ir. Sang Kompiang Wirawan, S.T., M.T., selaku Sekretaris Direktorat Pengembangan Usaha UGM menuturkan pihaknya mendorong transformasi dan inovasi dengan cara membangun teaching university, research university, dan socio-entrepreneurial. Ketiganya diwujudkan melalui program Science Technopark di bawah Direktorat Pengembangan Usaha yang dirintis UGM sejak 2018.“Kami ingin membangun spirit yang fokus pada isu-isu lingkungan dan sosial,” terang Kompiang.
Ia menekankan kemunculan inovasi perlu dilakukan secara organik agar tidak hanya berfokus pada profit. Science Techno Park (STP) awalnya tidak mempunyai lokasi atau gedung khusus, namun menghadirkan konsep yang matang. Kemudian dibangunlah Gelanggang Inovasi dan Kreativitas (GIK) untuk memperkuat komitmen tersebut.
Penulis : Tasya
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Firsto