
Mantan Gubernur Provinsi Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, meninjau kegiatan pengabdian yang dilakukan mahasiswa KKN PPM UGM di Lombok NTB. Ganjar yang didampingi oleh sejumlah anggota Kagama NTB melihat secara langsung proyek-proyek unggulan mahasiswa, salah satunya Greenhouse yang sedang dibangun di Dusun Oma Segoar, Desa Senaru, Bayan, Lombok Utara, NTB, Kamis (24/7) lalu.
Albertus Anggita Wiratna, mahasiswa KKN PPM dari program studi Teknik Pertanian mengatakan Greenhouse tersebut dirancang sebagai kebun gizi percontohan yang diharapkan dapat direplikasi di setiap dusun Desa Senaru. Sistem penanaman dalam greenhouse ini menggunakan teknik Hidroponik wick system, dimana sistem ini sederhana dan dapat digunakan pada lahan yang terbatas, “Jadi untuk sistem penanaman ini dapat diterapkan dan digunakan pada masyarakat yang tidak memiliki lahan,” ungkapnya dalam keterangan yang dikirim ke wartawan, Selasa (29/7).
Anggita berharap keberadaan greenhouse ini bisa memberikan dampak langsung secara ekonomi pada masyarakat.
Dalam dialog dengan Tim KKN UGM, Ganjar Pranowo mengapresiasi kerja nyata yang dilakukan mahasiswa yang menurutnya mendorong semangat kreativitas dan kemandirian dalam mengembangkan potensi lokal. Ia juga mendorong agar keberlanjutan KKN tidak berhenti di satu periode saja. “Boleh nggak setelah anak-anak ini pulang, KKN berikutnya di sini lagi untuk meneruskan ini? Bisa ya?” ujarnya dengan penuh semangat.
Keunikan KKN-PPM UGM Lembaran Bayan 2025 ini juga terletak pada pendekatannya yang multidisipliner. Mahasiswa tersebar di dua desa dengan karakter yang berbeda. Di Desa Bayan, mahasiswa menelusuri nilai-nilai budaya dan tradisi lokal yang masih sangat dijaga, termasuk masjid kuno dan rumah-rumah adat. “Kami menemukan beberapa rumah adat yang menyerupai perkampungan adat seperti Suku Baduy di Pulau Jawa,” ungkap Ferdian, mahasiswa program studi Pariwisata.
Sementara itu, Desa Senaru dikenal sebagai pintu masuk wisata pendakian Gunung Rinjani. Potensi besar sektor pariwisata inilah yang menjadi fokus pengembangan selain sektor pangan dan kesehatan. Dalam diskusi, warga mengusulkan sistem trekking yang menyatu dengan atraksi budaya lokal. “Jangan tamu yang naik ke Rinjani itu (sapuk) harus beli di jalan. Tapi buat sistem, TO (Trekking Organizer) sudah menyisipkan pertunjukan budaya dalam paketnya,” ujar seorang tokoh lokal yang tidak ingin disebutkan namanya.
Isu kesehatan juga mendapat perhatian khusus. Mahasiswa KKN mengangkat masalah stunting, anemia, dan pernikahan usia anak yang masih marak di wilayah tersebut. “Dari laporan, masih banyak ditemukan pernikahan usia anak di Desa Bayan maupun Senaru. Kami sudah melaksanakan program edukasi dan membentuk kelas kader di Bayan dan Senaru,” ujar Nadia, mahasiswa program studi Ilmu Keperawatan. Mereka juga melakukan edukasi tentang antenatal care berupa tanda bahaya kehamilan, pencegahan pernikahan usia anak, dan pentingnya konsumsi tablet tambah darah bagi remaja putri.
Ganjar Pranowo bahkan sempat menyoroti pentingnya edukasi seputar kesehatan reproduksi. Dalam suasana yang hangat, dr. Eka yang juga merupakan alumni FKKMK yang merupakan Kagama NTB menambahkan, “Kalau remaja putri, pinggulnya kecil. Belum siap untuk ditempati bayi. Jadi kalau melahirkan, sebagian besar harus sectio-secaria. Itu berbahaya,” pesannya.
Kunjungan Ganjar Pranowo ini bukan hanya menjadi bentuk dukungan simbolik, namun juga bentuk nyata kolaborasi antara alumni, pemerintah, dan masyarakat untuk membangun desa melalui inovasi berkelanjutan. Mahasiswa KKN pun diberi pesan penting untuk menjaga keberlanjutan program, melibatkan komunitas, dan menjaga semangat pemberdayaan yang telah ditanam. Dengan adanya kunjungan ini, diharapkan hasil kerja keras mahasiswa KKN tidak hanya berdampak jangka pendek, namun juga membangun pondasi kuat bagi masa depan Desa Bayan dan Desa Senaru sebagai pusat budaya, pertanian, dan pariwisata berkelanjutan.
Reportas : Nadia Ulfah dan Albertus Anggita Wiratna/ Tim KKN
Penulis : Ika Agustine
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Dok Tim KKN Lembaran Bayan