Universitas Gadjah Mada berduka, salah satu guru besar pakar Ilmu Penyakit Syaraf, Prof. Dr. Harsono, SpS(K)., meninggal dunia pada hari Jum’at (5/12) pukul 03.15 wib di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Almarhum Prof. Harsono, Guru Besar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan UGM dimakamkan di pemakaman Sawitsari, Jum’at (5/12) setelah sebelumnya mendapat penghormatan terakhir dari Keluarga Besar UGM.
Ketua Dewan Guru Besar, Prof. Dr. Muhammad Baiquni, M.A mewakili Keluarga Besar UGM menyampaikan rasa duka mendalam kepada keluarga. Almarhum adalah Guru Besar khususnya dalam bidang Neurologi (Ilmu Saraf), Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan UGM. Almarhum melaksanakan Pidato Guru Besar pada tanggal 4 Desember 2004 dengan judul pidato Karakteristik Epilepsi pada Perempuan.
Semasa hidupnya, kata Muh Baiquni, almarhum pernah ditugaskan oleh pemerintah memberi pelayanan kesehatan di Irian Jaya. Disamping mendapat banyak pelajaran dan pengalaman, almarhum juga berkesempatan berbagi terutama dalam pendidikan kedokteran. “Dalam banyak hal, almarhum selain memberikan layanan kesehatan juga memberikan bimbingan kepada para perawat mengenai Pendidikan saraf. Dengan pengalaman yang begitu banyak dan sebagai staf pengajar, almarhum Prof Harsono diberikan kehormatan besar dan dikukuhkan sebagai Guru Besar Tetap di Fakultas Kedokteran UGM pada tahun 2004,” ungkap Baiquni di Balairung UGM, Jum’at (5/12).
Dalam pandangan Muh Baiquni, almarhum Prof. Harsono selain dikenal sebagai orang yang tekun mendalami bidang ilmunya, sosok Prof Harsono memiliki hobby menari Jawa atau menari wayang orang yang ditekuninya sejak kecil. Bahkan almarhum berkesempatan mengikuti berbagai pentas festival dibeberapa kota dan menjabat menjadi Ketua Paguyuban wayang bocah dari TK sampai SMP.
“Akhir kata, marilah kita menghantarkan Almarhum Prof Harsono ke peristirahatan terakhir dengan berdoa semoga Tuhan YME memberikan ampunan atas dosa-dosa almarhum, melipat gandakan amal ibadahnya, dan memberikan tempat yang damai dan paling mulia di sisi Tuhan. Semoga keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan, Aamiin,” ungkapnya.
Dekan FKKMK UGM, Prof. dr. Yodi Mahendradhata, M.Sc., Ph.D., FRSPH menambahkan almarhum Prof Harsono merupakan salah satu putra terbaik FKKMK UGM yang lahir di Sawit, Boyolali, pada 12 Desember 1945, dan mengabdikan hampir seluruh hidupnya bagi dunia pendidikan kedokteran Indonesia. Menyelesaikan pendidikan dokter di Fakultas Kedokteran UGM tahun 1964–1971 dan pendidikan spesialisasi Neurologi tahun 1980–1982. “Prof Harsono memulai karier sebagai tenaga kesehatan di Jayapura sebelum kembali membaktikan dirinya di UGM tahun 1987 sebagai pendidik, inovator, dan pemimpin akademik,” ucap Dekan.
Perjalanan karier almarhum Prof Harsono bertahap dan dijalani dengan penuh konsisten dari tenaga pengajar, lektor, hingga dikukuhkan sebagai Guru Besar Neurologi pada 1 Februari 2004. Berbagai posisi strategis pernah diemban diantaranya Ketua Unit Pengembangan Pendidikan, Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Kepala Pusat Pengembangan Pendidikan (P3) UGM dalam beberapa periode, hingga Staf Khusus Rektor untuk pengembangan metode pembelajaran. “Di tingkat nasional, Prof Harsono sempat memimpin Kolegium Neurologi Indonesia tahun 2007–2015,” ungkap Yodi.
Sebagai rekan sejawat, Yodi memandang Prof. Harsono sebagai sosok Guru sejati yang mewujudkan patrap triloka dalam hidupnya. Ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun karso, lan tut wuri andayani, sebuah filosofi kepemimpinan yang almarhum jalani dengan penuh konsisten dalam setiap ruang pengabdiannya.
Dedikasinya bagi pendidikan di FKKMK UGM, dinilainya sungguh luar biasa, dan Prof Harsono berhasil membawa inovasi pendidikan ke tingkat internasional. Almarhum Prof Harsono memimpin transformasi kurikulum menuju PBL yang kemudian menjadi standar nasional, serta berjasa besar dalam menanamkan semangat student-centered learning ketika menjabat sebagai Kepala P3 UGM. “Di ranah profesi, Prof Harsono berhasil memajukan pendidikan neurologi Indonesia melalui pembenahan peran pendidik klinik, kurikulum PPDS, hingga ujian nasional yang lebih berkualitas,” tuturnya.
Yodi bertutur, di balik seluruh prestasi akademiknya, Prof. Harsono adalah pribadi yang sangat mencintai budaya. Dengan kecintaan mendalam pada wayang orang dan gamelan maka kepemimpinannya pun mencerminkan harmoni lembut layaknya sebuah orkestrasi gamelan yang indah. “Sosoknya yang ngemong lintas generasi, membuat kolega, murid, dan sahabat memanggilnya dengan penuh hormat sebagai Romo. Sugeng kondur, Romo Harsono. Mugi panjenengan pikantuk panggenan ingkang prayoga, husnul khotimah, ayem tentrem wonten ing suargi langgeng,” pungkas Dekan FKKMK UGM.
Penulis : Agung Nugroho
Foto: Donnie
