Prof. Dr. Sukamdi, M.Sc dikukuhkan sebai Guru Besar Dalam Bidang Geografi Penduduk Pada Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. Kepala Laboratorium Kependudukan dan Sumberdaya Ekonomi, Fakultas Geografi UGM dalam pengukuhannya yang berlangsung di ruang Balai Senat UGM, Kamis (16/11) menyampaikan pidato berjudul Revitalisasi Kebijakan Kependudukan di Indonesia.
Ada beberapa alasan diangkatnya topik tersebut. Pertama, dari berbagai konvensi internasional telah disepakati bahwa terdapat hubungan yang sangat erat antara penduduk dan pembangunan yang kemudian melahirkan mandat untuk melakukan integrasi kebijakan kependudukan ke dalam perencanaan pembangunan. Jika variabel penduduk diabaikan dalam perencanaan pembangunan maka sangat mustahil pembangunan berkelanjutan dapat dicapai.
Kedua, dinamika sosial ekonomi dan juga politik di Indonesia telah melahirkan tantangan baru di bidang kependudukan. Tantangan yang muncul tersebut mau tidak mau harus direspons secara tepat agar tidak berkembang menjadi masalah yang dapat menghambat pembangunan.
“Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya kebijakan kependudukan merupakan bagian integral dan tidak terpisahkan dari pembangunan sektor yang lain. Hal ini yang kemudian melahirkan konsep pembangunan berwawasan kependudukan,” ujar Sukamdi.
Ketiga, sesuai dengan bidang ilmu yang ditekuni selama ini yaitu geografi penduduk maka diperlukan penjelasan dari perspektif ilmu geogafi, apa yang dapat dikontribusikan dalam melakukan revitalisasi kebijakan kependudukan di Indonesia.
Menghadapi tantangan kependudukan menyongsong Indonesia emas, dia menyampaikan visi Indonesia emas tahun 2045 yaitu menjadikan Indonesia sebagai negara yang berdaulat maju adil dan makmur. Visi ini akan bisa dicapai melalui 4 pilar, yaitu pembangunan manusia dan penguasan IPTEK, pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, pemerataan pembangunan, dan pemantapan ketahanan nasional dan tata kelola pemerintahan.
Sukamdi menyebut isu kependudukan menjadi bagian integral dengan pilar pembangunan manusia dan penguasan IPTEK terkait dengan pembangunan kualitas penduduk. Hasil proyeksi penduduk 2020-2050 yang disusun oleh pemerintah menunjukkan bahwa pada tahun 2045 jumlah penduduk Indonesia diperkirakan 329,13 juta jiwa.
Jumlah tersebut dicapai dengan menurunkan angka kelahiran total (TFR) pada tingkat replacement level dan dijaga konstan berada pada angka 2,0 serta angka kematian bayi diturunkan secara konsisten mencapai 4,2 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2045 (Bappenas, 2023).
“Jika perubahan tersebut dapat tercapai maka komposisi penduduk juga akan berubah. Perubahan tersebut ditandai dengan 3 hal yaitu meningkatnya penduduk usia produktif, penurunan penduduk usia muda, dan peningkatan penduduk usia lanjut,” sebutnya.
Sukamdi pun menyebut jika kebijakan kependudukan saat ini memerlukan revitalisasi, dan ini dapat dilakukan dalam berbagai aspek. Aspek pertama adalah pada sisi regulasi, dimana dua produk hukum yang selama ini digunakan sebagai dasar penyusunan kebijakan kependudukan di Indonesia yaitu Undang Undang Nomor 52 tahun 2009 dan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 153 tahun 2014 perlu direvisi dan disesuaikan dengan kebutuhan saat ini.
Aspek kedua adalah pendekatan dan sasaran kebijakan kependudukan. Meskipun tidak menutup kemungkinan digunakannya pendekatan yang lain, pendekatan terpadu pembangunan sumber daya manusia dapat digunakan sebagai alternatif. Pendekatan ini, menurutnya, perlu diintegrasikan dengan pendekatan siklus hidup dengan memperhatikan empat dimensi penduduk (diri pribadi, anggota keluarga, anggota masyarakat, dan warga negara) dalam tahap kedua, yaitu pengembangan kualitas penduduk.
“Sementara itu untuk pengelolaan penduduk sebaiknya target yang digunakan dalam berbagai dokumen perencanaan pembangunan diubah menjadi population optimum. Untuk melakukan ini semua, perlu duduk bersama antara K/L yang mengampu kebijakan kependudukan, yaitu BAPPENAS, Menko PMK, Kemendagri, dan BKKBN duduk bersama untuk merealisasikannya,” ucap Kepala Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan UGM 2004-2008
Penulis : Agung Nugroho
Foto : Firsto