Sedimentologi dan stratigrafi akan senantiasa mengiringi proses peradaban manusia dalam pemenuhan banyak kebutuhan dan upaya menghindari bencana. Memahami dengan baik karakteristik batuan sedimen di kerak bumi akan menuntut seseorang untuk lebih bijak dalam melakukan eksplorasi, sementara mengenali proses sedimentasi akan mengajari sesorang untuk lebih mawas diri pada setiap potensi bencana yang mungkin terjadi.
Demikian bagian penutup pidato Prof. Dr. Ir. Sugeng Sapto Surjono., S.T., M.T., IPU., ASEAN Eng saat dirinya dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Sedimentologi-Stratigrafi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada. Dalam pengukuhan yang berlangsung di Balai Senat UGM, Selasa (5/12), ia menyampaikan pidato berjudul Sedimentologi-Stratigrafi Untuk Eksplorasi Sumber Daya dan Mitigasi Bencana Geologi.
“Terkait dengan eksplorasi sumber daya, saya lebih fokus pada eksplorasi minyak dan gas bumi. Begitu pula pada bidang bencana geologi juga lebih spesifik pada bencana sedimenter. Keduanya merupakan bidang sedimentologi-stratigrafi terapan yang selama ini lebih banyak bersinggungan dengan aktivitas saya,” ujar Wakil Dekan Bidang Pendidikan dan Kemahasiswaan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada.
Sugeng menuturkan siklus pembentukan batuan sedimen berupa erosi, transportasi sedimen, pengendapan dan pembatuan terus berlangsung hingga sekarang. Ketika proses sedimenter, utamanya erosi, transportasi, dan pengendapan sedimen berlangsung secara berlebihan dan bersinggungan dengan kepentingan manusia maka hal ini akan mengakibatkan adanya bencana, misalnya erosi yang masif, banjir, tanah longsor, banjir lahar dan sebagainya.
Sementara itu, proses erosi dan sedimentasi yang tidak terkendali pada suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) dapat menyebabkan terjadinya pendangkalan waduk secara lebih cepat. “Secara singkat dapat dikatakan bahwa sisi potensi negatif dari proses sedimentasi bagi manusia adalah bencana sedimenter itu sendiri,” ucapnya.
Tercatat periode 1 Januari sampai 1 November 2023 ini saja telah terjadi 461 bencana tanah longsor, 917 banjir, dan 24 gelombang pasang dan abrasi yang menimbulkan kerugian finansial cukup besar bahkan kerugian jiwa. Proses semacam itu akan terus berjalan sebagai sebuah proses alamiah baik karena kontrol alam maupun pengaruh aktivitas manusia.
Oleh karena itu, untuk melakukan eksplorasi sumber daya geologi pada batuan sedimen maupun dalam rangka menghindari bencana sedimenter, maka pemahaman terhadap karakteristik dan proses pembentukan batuan sedimen adalah sebuah keharusan. Peran ahli sedimentologi dan stratigrafi sangat diperlukan untuk mewujudkan kedua tujuan tersebut dapat tercapai secara berkelanjutan.
Sedimentologi dan stratigrafi merupakan bagian ilmu geologi yang berkembang dengan memanfaatkan postulat keilmuan yang telah ada sejak abad ke-17. Hukum superposisi dan Horizotalitas, siklus sedimentasi oleh air, Hukum Uniformitarianisme the present is the key to the past, dan Hukum Suksesi Fasies merupakan beberapa landasan ilmu yang masih digunakan untuk mempelajari batuan sedimen hingga sekarang.
“Bidang ilmu ini semakin berkembang seiring dengan pemanfaatan ilmu geologi dalam berbagai bidang, baik untuk kegiatan eksplorasi sumber daya geologi maupun mitigasi bencana,” paparnya.
Penulis : Agung Nugroho
Foto : Paris Yulianto