Guru Besar UGM, Prof. Dr. Ir. Alim Isnansetyo, M.Sc., berhasil meraih penghargaan dalam Anugerah Academic Leader yang diselenggarakan Ditjen Diktiristek, Kementerian Pendidikan, Kebudayaa, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek).
Pakar Bioteknologi Perikanan dan Kelautan pada Fakultas Pertanian ini dinyatakan sebagai terbaik pertama kategori dosen penerima academic leader bidang kemaritiman. Penganugerahan dihelat dalam ajang World Scientific Forum of Indonesia (WSFI) Diktiristek di Nusa Dua, Bali, Senin 13 November 2023.
Pemberian anugerah Academic Leader untuk mendorong dosen agar terpacu mengembangkan ide kreatif dalam implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBK). Selain itu menghasilkan karya inovatif bidang pembelajaran, bidang penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, berkontribusi nyata terhadap pencapaian indikator kinerja utama (IKU) perguruan tinggi tempat bekerja, menginspirasi, dan memberikan kontribusi bagi pembangunan masyarakat, bangsa, dan negara.
“Semoga penganugerahan ini bisa bermanfaat untuk UGM. Semua capaian ini saya dedikasikan untuk UGM agar nama besar UGM semakin berkibar,” kata Alim, Jumat (17/11).
Alim terpilih menerima penganugerahan Academic Leader bidang Kemaritiman karena dinilai mampu menginspirasi, menghasilkan karya-karya inovatif serta berkontribusi mendorong pembangunan masyarakat serta bangsa khususnya dibidang perikanan. Sejumlah inovasi berhasil dikembangkan oleh Dosen Departemen Perikanan UGM ini dan sudah diaplikasikan di masyarakat maupun industri.
Salah satu inovasi unggulan Alim adalah pengembangan vaksin vibrio untuk ikan laut yang dibudiayakan (marine aquaculture) seperti ikan kakap, kerapu, dan lainnya. Vaksin yang dikembangkan terbukti mampu meningkatkan kekebalan tubuh dan memproteksi ikan saat terjadi wabah.
Alim fokus melakukan kajian dan riset terkait pengembangan vaksin untuk ikan sejak awal ia diterima menjadi dosen di UGM, tepatnya tahun 1994. Ketertarikannya untuk mengembangkan vaksin ikan tidak hanya sebagai bentuk upaya untuk membantu pembudidaya ikan dalam memproteksi ikan budidayanya dari serangan wabah, tetapi juga untuk mengurangi efek samping penggunaan obat-obatan pada ikan yang bisa berimbas pada konsumen.
“Pengembangan vaksin ini sebagai pencegahan yang ramah lingkungan dan tidak membahayakan konsumen. Kalau memakai obat-obatan atau antibiotik akan ada residu dalam daging ikan yang bisa termakan konsumen yang tentunya ini bisa membahayakan keehatan,”paparnya.
Alim menjelaskan tidak hanya penggunaan obat atau antibiotik pada ikan akan meningalkan residu dalam produk perikanan. Hal ini sangat memengaruhi ekspor komoditas perikanan tanah air. Pasalnya, produk-produk perikanan yang akan diekspor disyaratkan harus bebas dari residu antibiotik maupun obat-obatan. Apabila diketahui dalam produk perikanan terdapat residu antibiotik atau obat-obatan maka tidak bisa lolos untuk diperjualbelikan ke pasar internasional.
Ia pun berhasil mengembangkan vaksin ikan pada tahun 2010 silam dengan menggunakan tiga jenis bakteri. Vaksin tersebut telah mendapatkan paten dan diproduksi secara massal serta telah diaplikasikan secara luas oleh pembudidaya ikan air laut di tanah air.
Tak berhenti distu, ia terus melakukan kajian pengembangan terhadap vaksin ikan. Pada tahun 2022 ia berhasil membuat formulasi baru vaksin ikan dengan menggunakan tiga jenis bakteri baru. Untuk saat ini vaksin tengah diajukan paten dan menunggu ijin edar dari Kementerian Kelautan dan Perikanan RI.
Formula yang dikembangkan dari vaksin kali ini juga baru dengan campuran baru yang lebih efektif. Vaksin tidak hanya terbukti meningkatkan kekebalan spesifik pada ikan. Namun vaksin juga terbukti bisa meningkatkan kekebalan non spesifik pad aikan.
“Formulasi baru yang bisa meningkatkan semua kekebalan. Vaksin sudah diujicobakan di pembudidaya ikan seperti di Batam dan Tanjung Pinang. Hasilnya, efikasinya bisa sampai 90 persen,”ungkapnya.
Selain formula baru, vaksin kal ini juga memiliki kemasan yang berbeda dari vaksin yang sebelumnya dikembangkan. Vaksin terdahulu yang dikembangkanya dalam bentuk cair, tetapi kali ini dikemas dalam bentuk serbuk dalam ampul kecil. Kemasan serbuk ini menjadikan penyimpanan lebih efisien dan menekan biaya transportasi.
Selain mengembangkan vaksin ikan, Alim juga berinovasi membuat produk immunostimulan berbasis alginat dari Sargassum Sp. untuk menanggulangi penyakit virus pada budi daya udang vaname. Ia juga mengembangkan produk immunostimulan untuk meningkatkan kekebalan pada ikan kakap putih dengan pengaplikasian pada pakan ikan.
Inovasi lain yang dihasilkan Alim adalah prebiotik ikan untuk meningkatkan kualitas air dan meningkatkan efisiensi pakan. Dengan bantuan previotik tersebut, ikan budi daya diharapkan tidak hanya lebih sehat, namun juga berkontribusi pada kualitas air yang lebih baik dan pemanfaatan pakan yang optimal.
Tak hanya soal ikan, Alim juga berinovasi dalam upaya mendukung peningkatan produksi garam nasional. Ia mengembangkan turbin ventilator untuk peningkatan produksi garam menggunakan sistem tunnel. Karenanya ia pun didapuk sebagai Ketua Gugus Tugas Kemandirian Garam Nasional UGM dengan anggota pakar trandisipliner dari Fakultas Teknik, Fakultas Farmasi, Fakultas Geografi, FIB, FEB, FISIPOL, FKKM, Fakultas Pertanian, FTP, serta Pusat Studi Sumber Daya dan Teknologi Kelautan.
Tak hanya aktif meneliti dan menelurkan beragam inovasi, Alim pun tergolong aktif dalam memublikasikan penelitiannya. Hingga saat ini ada 78 jurnal yang berhasil diterbitkan di Scopus. Lalu, Alim juga berhasil masuk dalam jajaran Word Top 100 Agriculture & Forsetry/Fisheries Scientist in Indonesia 2024 dalam AD Scientific Index, tepatnya berada di posisi ke-15 nasional.
Ia pun berkontribusi dalam pencapaian indikator kinerja utama (IKU) UGM dengan terlibat secara aktif dalam menyosialisasikan program MBKM dalam sejumlah forum, mendorong pelaksanaan MBKM di departemen perikanan UGM sejak 2021, menyusun buku best practice MBKM, serta membimbing penelitian dan magang.
Penulsi: Ika
Foto: Alim Isnansetyo