Pria yang dikenal arif dan bijaksana itu telah berpulang. Di usia 82 tahun itu, tepatnya Kamis (14/11), Prof. Ichlasul Amal tutup usia. Ia dikenang sebagai sosok Mantan Rektor UGM dan Mantan Ketua Dewan Pers. Betapa tidak, dialah Rektor yang berani pasang badan saat gerakan mahasiswa di era reformasi tahun 1998. Padahal saat itu, aktivis kampus kerap ditangkap dan disweeping oleh tentara.
Dikutip dari buku Rektor-Rektor Universitas Gadjah Mada: Biografi Pendidikan, pelantikannya sebagai Rektor menjelang reformasi 1998 saat itu dihadiri oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Wiranto Arismunandar dan mahasiswa berdemonstrasi untuk dapat berdialog dengan Mendikbud. Prof. Amal saat itu bertemu langsung dengan mahasiswa dan menyatakan dukungannya kepada pergerakan mahasiswa.
Pada kesempatan lain, sosok yang pernah menjabat sebagai Ketua Dewan Pers ini sempat juga ditawari posisi menteri pada era kepresidenan B. J. Habibie. Tawaran ini membuat mahasiswa gelisah sebab takut ditinggalkan, tetapi dedikasi Prof. Amal bagi UGM membuatnya tetap kukuh dan bertahan menjadi Rektor hingga akhir jabatannya. Pada kepemimpinannya pula, Masjid Kampus UGM dapat terealisasikan dan menjadi pusat kegiatan keislaman di sekitar UGM.
“UGM telah kehilangan salah satu putra terbaiknya. Sosok yang mencerminkan ketokohan dan menunjukkan kepemimpinan yang luar biasa,” sebut Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) UGM, Wawan Mas’udi, S.IP., M.P.A., Ph.D.
Wawan menceritakan bagaimana sosok kelahiran Jember tersebut banyak menulis dan memberikan ilmu yang sampai saat ini masih sangat relevan bagi kita semua. Tidak hanya itu, Prof. Ichlasul Amal turut mendukung gerakan reformasi oleh mahasiswa pada tahun 1998 dan berpidato di hadapan ribuan mahasiswa yang turun dalam kesempatan tersebut. “Adanya beliau mengawal kami dan membuat kami merasa aman,” kenang Wawan.
Wakil Rektor Bidang Sumber Daya Manusia dan Keuangan, Prof. Supriyadi, M.Sc., Ph.D. menyebut kepergian Prof. Ichlasul Amal meninggalkan duka yang mendalam bagi UGM. “Prof. Ichlasul Amal merupakan pribadi dengan dedikasi yang tinggi bagi dunia pendidikan,” ucapnya.
Supriyadi memuji komitmen Prof. Amal dalam memajukan UGM dengan penguatan jejaring dan penguatan institusi. Salah satu upaya yang sempat beliau lakukan semasa menjabat sebagai Rektor UGM yang ke-11 adalah dengan mengupayakan bantu ekonomi bagi ribuan mahasiswa UGM yang tidak mampu membayar SPP akibat krisis ekonomi saat itu. Tidak hanya itu, ia juga mengupayakan membantu staf dan karyawan UGM yang terdampak krisis ekonomi.
Bahkan saat demonstrasi reformasi, Prof. Amal juga membantu mahasiswa yang diamankan untuk dipulangkan dan membantu biaya pengobatan bagi mahasiswa yang terluka. “Bahkan saat konflik Maluku pecah pada 1999, Prof. Amal membuka kesempatan mutasi bagi mahasiswa Universitas Pattimura ke UGM,” papar Supriyadi.
Dedikasi Prof. Amal bagi kemajuan UGM dan Indonesia tidak perlu diragukan lagi. Kepergian Guru Besar Ilmu Hubungan Internasional UGM tersebut meninggalkan rasa kehilangan bagi Mantan Rektor UGM Prof. Panut Mulyono. “Beliau merupakan sosok guru sekaligus sahabat terbaik. Saat saya menjabat sebagai Rektor, beliau kerap datang ke kantor untuk berdiskusi tentang banyak hal,” kesan Panut. Menurutnya, kedekatan keluarga keduanya sangat baik, bahkan beberapa kali mendapat kiriman bibit tanaman dari Prof. Amal.
Kesan kebaikan ini juga turut dikenang oleh Dra. Suwarni Darsohardjono yang pernah menjabat sebagai Kepala Subbagian Humas UGM di bawah kepemimpinan Prof. Amal. “Saya ingat beliau sebagai dua hal. Pertama, beliau sangat berani. Dalam kondisi pemerintahan yang sangat kuat saat itu, beliau berani melakukan pergerakan. Kedua, beliau sangat baik, begitu perhatian bagi staf yang bekerja dengan beliau,” kenang Suwarni.
Prof. Ichlasul Amal merupakan putra kebanggaan UGM. Ia memulai pendidikan S-1-nya di Program Studi Hubungan Internasional (HI) UGM pada 1961-1967. Setelahnya, ia melanjutkan pendidikan di Northern Illinois University DeKalb, Amerika Serikat dan mendapatkan gelar Master of Arts (MA) di bidang ilmu politik. Gelar doktor ilmu politik diperolehnya dari Monash University, Australia pada 1984.
Ichlasul Amal kemudian meraih gelar doktor ilmu politik dari Monash University, Melbourne, Australia pada 1984. Dua tahun setelah meraih doktor, ia menjabat sebagai Direktur Pusat Antar Universitas (PAU) UGM hingga 1988. Setelah itu, ia diberi amanah menjadi Dekan Fakultas FIsipol UGM pada periode 1988-1994 dan Direktur Pascasarjana UGM sejak 1994-1998.
Awalnya, Prof. Amal bekerja sebagai dosen HI UGM. Setelahnya, ia sempat menjadi Dekan Fisipol UGM pada 1988—1994. Pada tahun 1994, ia dilantik sebagai Direktur Pascasarjana UGM dan puncaknya, pada tahun 1998 terpilih menjadi Rektor UGM di era reformasi.
Penulis : Lazuardi
Editor : Gusti Grehenson
Foto : Donnie