Ingin berkarier sebagai dokter gigi? jika iya, maka kamu harus tahu profesi dokter gigi dapat dicapai dengan kuliah di prodi Sarjana Kedokteran Gigi selama empat tahun dengan gelar Sarjana Kedokteran Gigi (S.K.G). Selanjutnya kamu harus menempuh pendidikan koasistensi selama 1,5 tahun untuk mendapat gelar profesi dokter gigi (drg). Namun menjadi dokter gigi tidak hanya sebatas mengobati gigi yang rusak, tetapi juga bertanggung jawab dalam merawat dan mempromosikan kesehatan gigi dan mulut.
Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Gadjah Mada bisa menjadi salah satu prodi bisa kamu pilih untuk melanjutkan kuliah ke perguruan tinggi. Peminat calon mahasiswa yang mau kuliah ke prodi cukup ketat setiap tahunnya. Pada tahun 2023, jumlah pendaftar untuk prodi S1 Kedokteran Gigi sebanyak 1.260 orang dengan daya tampung 150 orang. Artinya satu pendaftar yang diterima dari 8 orang pendaftar.
Di jenjang program sarjana, selain prodi pendidikan sarjana kedokteran Gigi, FKG UGM juga memiliki prodi Higiene Gigi yang bisa kamu pilih. Dekan FKG UGM, drg. Suryono, SH., MM., Ph.D., menerangkan bahwa Prodi S1 Kedokteran Gigi memfasilitasi pendidikan akademik bagi mahasiswa calon sarjana kedokteran gigi dengan metode kuliah interaktif, praktik laboratorium, laboratorium keterampilan pra-klinik, diskusi berbasis kasus, dan proyek berbasis tim yang sudah berdasarkan Standar Kompetensi Dokter Gigi.
Selanjutnya, pada prodi S1 Higiene Gigi UGM yang juga merupakan pelopor penyelenggara pendidikan Higiene Gigi di Indonesia, kata Suryono, mempelajari terkait tindakan pencegahan gangguan mulut dan gigi. “Prodi Higiene Gigi UGM telah memiliki kerja sama internasional dengan berbagai institusi pendidikan Higiene Gigi di tingkat global,” kata Suryono, Kamis (18/4).
Suryono, menyebutkan bahwa FKG UGM sejak berdirinya 76 tahun lalu terus berkomitmen menjaga standar keunggulan dalam pendidikan, penelitian, dan pelayanan masyarakat di bidang kedokteran gigi. “Kami terus berinovasi, berkolaborasi, dan berupaya memberikan kontribusi yang bermakna bagi masyarakat dan ilmu kedokteran gigi,” kata Suryono.
Dalam sistem pembelajaran, FKG UGM melaksanakan sistem pembelajaran berupa metode Student Centered Learning (SCL) dengan pendekatan collaborative-cooperative learning. Sistem pembelajaran ini diharapkan bisa mendukung capaian pembelajaran lulusan untuk membentuk dokter gigi yang memiliki karakter unggul, inovatif, berdisiplin tinggi, berakhlak mulia, berjiwa Pancasila serta bertanggung jawab terhadap masa depan bangsa dan negara.
Khalisa Assyura Varandra (19), mahasiswa S1 FKG UGM asal Pekanbaru, cukup mengaku ia sangat menikmati kuliah di FKG karena menjadi dokter gigi sudah menjadi cita-citanya sejak kecil. Dengan menjadi dokter gigi, kata Khalia, ia justru lebih dekat dengan masyarakat. Salah satu mata kuliah yang paling ia sukai adalah mata kuliah konservasi gigi. “Di mata kuliah ini, kita belajar cara menambal gigi, aku suka karena menurutku sangat applicable aja di kehidupan sehari-hari,” ucap Sasa, demikian ia akrab disapa.
Terkait rencana setelah lulus dan dilantik menjadi dokter gigi kelak, Sasa mengaku ingin mencoba untuk kerja di rumah sakit dan di sela itu ia juga ingin membuka praktik sendiri.
Hal yang sama juga diakui oleh Siti Aina Nurhaliza (20). Ia sangat menyukai mata kuliah yang berkaitan dengan konservasi gigi dan biomaterial kedokteran gigi. “Aku suka yang praktikumnya. Seru sih. Soalnya praktikum bisa bantu memahami materi-materi yang dipelajari di kelas juga,” ujar Aina.
Selain kuliah, Aina ternyata aktif di kegiatan organisasi mahasiswa atau aktif mengikuti kegiatan summer course yang diadakan oleh kampus. Menurutnya, program summer course yang mendatangkan mahasiswa asing memberi kesempatan dirinya untuk menimba pengalaman internasional dan menambah jejaring. “Ikut summer course atau winter course memberi kita kesempatan dalam berdiskusi dan mempelajari materi-materi kedokteran gigi dari berbagai dokter gigi dan mahasiswa FKG dari negara lain,” pungkasnya.
Penulis: Dita
Editor: Gusti Grehenson
Foto: Donnie