Tiga mahasiswa Departemen Teknik Nuklir dan Teknik Fisika UGM mengisi liburan dengan mengikuti acara winter school yang diselenggarakan oleh Thailand Institute of Nuclear Technology (TINT), Electric Generator Authority of Thailand (EGAT), dan International Atomic Energy Agency (IAEA). Mereka bertiga Rizal Alfariji, Siti Puput Nurhidayah, dan Aldino Putra Andeaz berpartisipasi dalam 9th ASEAN School on Plasma and Nuclear Fusion (ASPNF) 2024 yang diadakan di Bang Pakong Training Center, Chachoengsao, Thailand.
“Kegiatan ini memberikan kesempatan berharga bagi para mahasiswa untuk memperdalam pemahaman mereka mengenai ilmu plasma dan fusi nuklir,” ujar Rizal Alfariji, di Kampus UGM, Kamis (1/2).
Rizal mengaku mereka yang biasanya mempelajari reaktor fisi nuklir dalam perkuliahan, pada 9th ASEAN School on Plasma and Nuclear Fusion (ASPNF) 2024 yang berlangsung 15-19 Januari 2024 ini diajak melangkah lebih jauh untuk mengeksplorasi bidang plasma dan fusi nuklir. Kehadiran mereka dalam acara tersebut bukan hanya menandai keinginan kuat untuk terus mengembangkan keahlian dalam ilmu nuklir tetapi juga mencerminkan semangat eksplorasi pengetahuan di tingkat internasional.
“ASPNF 2024 ini sebuah acara tahunan yang dihadiri oleh para ahli dan mahasiswa dari berbagai negara di Asia Tenggara seperti Thailand, Filipina, Singapura, dan Indonesia. Forum ini memberi manfaat sebagai platform bagi kelompok mahasiswa Teknik Nuklir untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang berbagai aspek ilmu plasma dan fusi nuklir,” terangnya.
Siti Puput Nurhidayah menambahkan dalam kegiatan selama lima hari yang intensif, mereka terlibat dalam proses pembelajaran interaktif yang mencakup pemahaman mendalam tentang teori dasar plasma dan aplikasinya dalam pengembangan teknologi fusi nuklir. Berbagai topik penting seperti kontrol reaktor fusi, transfer partikel dan pengungkungan magnetik, pengenalan tokamak, serta isu-isu diagnostik dalam konteks fusi nuklir menjadi pusat perhatian dalam berbagai sesi pembelajaran.
“ASPNF 2024 sendiri mengadopsi format gabungan antara sesi klasikal dan praktikal, memberikan peserta waktu untuk mempelajari modul dengan bimbingan pengajar selama pertemuan klasikal,” ucapnya.
Aldino Putra Andeaz merasa bersyukur karena mereka bertiga berhasil memanfaatkan pengalaman ini dengan baik, menyempurnakan pengetahuan mereka melalui sesi belajar aktif interaktif yang melibatkan penggunaan berbagai program komputer terkemuka dalam riset plasma dan fusi nuklir. Lebih dari itu, para peserta ASPNF berkesempatan untuk melakukan eksperimen dengan menggunakan perangkat Thailand Tokamak-1 (TT-1) yang merupakan tokamak pertama di Thailand dan Asia Tenggara.
“Kesempatan ini merupakan hal sangat berharga mengingat belum ada tokamak di Indonesia. Kemudian peserta juga terlibat dalam berbagai diskusi mancanegara pada saat praktikum maupun analisis praktikum,” ungkapnya.
Pertukaran pengalaman antar peserta dari berbagai negara, menurut Aldino, juga menjadi poin penting dalam keseluruhan pengalaman mereka. Dalam suasana yang penuh dengan ide dan gagasan inovatif, mahasiswa Teknik Nuklir UGM tidak hanya mendapatkan wawasan baru tentang perkembangan terkini dalam ilmu plasma dan fusi nuklir, tetapi juga memperluas jaringan dengan para profesional dan akademisi dari seluruh Asia Tenggara.
Penulis : Agung Nugroho