Persoalan swasembada pakan ternak di tanah air masih menjadi persoalan. Misalnya di NTT maupun NTB yang selama ini dikenal sebagai sentra ternak sapi, kualitas dan kuantitas pakan ternak masih menjadi pekerjaan rumah.
Menjawab persoalan tersebut peneliti Fakultas Peternakan UGM, Prof. Ir. Nafiatul Umami, S.Pt., MP., Ph.D., IPM., ASEAN Eng., menyosialisasikan rumput Gama Umami kepada lebih dari 50 mahasiswa calon peserta KKN Tahun 2024 Periode II, Kamis (6/6).
Melalui sosialisasi ini diharapkan mahasiswa yang mempunyai program kerja KKN menanam rumput Gama Umami tidak terjadi ‘kesalahan’ di lapangan. Kemungkinan tersebut bisa saja terjadi misalnya ketika dibawa ke luar Jawa. ”Bisa saja karena misalnya kondisi tanah di sana berbeda. Maka kita perlu beri bimbingan kepada para mahasiswa,” katanya.
Nafiatul menjelaskan beberapa kelebihan yang ada pada Gama Umami. Misalnya saja panjang daunnya bisa mencapai 1,3 m, dapat tumbuh tegak hingga tinggi 3,7 m, berbulu lebih sedikit dibandingkan rumput gajah, batang lunak dan manis sehingga palatablitasnya tinggi, serta punya jumlah tunas hingga 41-50 buah.
“Produksi segarnya bisa mencapai 30-50 kg/m2 ubinan. Lebih besar dibanding rumput gajah lokal yang mencapai 30 kg/m2 ubinan,” urainya.
Gama Umami berasal dari mutasi rumput gajah yang telah diradiasi sinar gamma sehingga menghasilkan rumput yang lebih unggul dibandingkan dengan tetuanya. Rumput gajah dipilih karena rumput ini merupakan jenis yang unggul, disukai ternak ruminansia, dan sangat cocok dikembangkan di Indonesia yang merupakan negara beriklim tropis. Hasil produksi rumput Gama Umami lebih tinggi dibandingkan rumput gajah lokal sebagai tetua dan dalam setahun dapat dipanen hingga 6 kali.
Penulis: Humas Fapet/Satria